Pagi ini aku teringat Ibuk. Kenangan-kenangan tentangnya tiba-tiba berkelebat di kepala.
Ibuk, seseorang yang di rumah bisa jadi apapun yang beliau mau.
Ibuk bisa jadi koki. Apa saja yang beliau masak pasti terasa enak di lidahku. Istri yang tak suka makanan pedas, tiba-tiba jadi nambah-nambah bila ibuk masak bebek pedas.
"Bang, aku pingin maem bebek pedasnya ibuk." Istri nyengir.
Setelah itu aku bilang ke ibuk kalau menantunya suka sekali masakan bebek pedas ibuk. Sejak saat itu, bila masak bebek, ibuk akan meneleponku.
"Nak, istrimu ajak main ke rumah, gih. Ibuk masak bebek, soalnya kemarin inget dia."
Ibuk bisa jadi mekanik lampu. Beliau tidak canggung naik di atas kursi, berniat mengganti lampu yang mati. Meski pada akhirnya Ibuk selalu memanggil, "Fitraaah. Pasangin lampu, Nak. Tangan ibuk gak nyampai. Biar ada gunanya Ibuk punya anak tinggi."
Saat itu aku jadi mengerti, tujuanku dilahirkan di dunia ini gunanya untuk mengganti lampu.
Dan sampai sekarang aku bingung, kalau tahu tangan gak sampai, mengapa ibuk selalu naik kursi? Kenapa gak dari awal manggil aku buat ganti lampu?
Ibuk juga bisa jadi mekanik listrik. Kalau lagi nganggur, beliau akan otak-atik kabel. Entah apa maksudnya. Tapi yang jelas, setelah itu bapak sering terdengar marah-marah,
"Ini siapa yang mainan kabel? Mati lampu ini, loh. Konslet! Konslet!"