Mohon tunggu...
Fitrah Abdilah
Fitrah Abdilah Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis

Menulislah, maka kamu akan ada dalam sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Determinasi Dahsyat Pasca KKN

2 Oktober 2020   16:11 Diperbarui: 2 Oktober 2020   16:19 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pagi yang cerah, kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) versi Covod-19 pun dimulai. Tajuk dari KKN ini adalah Kuliah Kerja Nyata berbasis Perkebunan dan Ketahanan Pangan (KKN-PKP), ala satu di antara kampus dimana penulis bernaung, memang tidak familiar karena ini merupakan perdana dilakukan, itung-itung penyesuaian terhadap corona yang masih berkepanjangan.

Sebelum KKN berlangsung, jauh-jauh hari sebelumnya. Memang kerap tersiar, jika KKN berpotensi merusak tali apapun, baik itu tali pertemanan atau asmara. Sepertinya hal demikian bukan sekedar isapan jempol belaka, alias benar adanya.

Sebelum KKN-PKP ini bergulir, semua serasa nyaman dan tentram. Pertemanan cukup erat dan hubungan asmara kian menuai sinergi keselarasan. Baik-baik seperti tidak terjadi apa-apa.

KKN yang sudah dijadwalkan akan berlangsung selama 45 hari itu memang terasa tidak begitu lama jika dibayangkan. Namun seiring berjalannya waktu, hal tersebut sudah lebih dari cukup untuk menyulitkan. Cukup untuk mengacaukan semua hal termasuk urusan perasaan.

Teman-teman yang awalnya kerap bersedia untuk diajak berkumpul, mulai kerap menyelipkan beragam alasan saat diajak berkumpul. Dari alasan klasik, hingga alasan yang cukup realistis untuk diterima akal sehat. Berpikir positif, mungkin alasan itu benar adanya.

Atmosfer KKN tentunya ikut andil dalam mempengaruhi solidaritas pertemanan. Mulai dari bertemu dengan orang-orang baru hingga akhirnya berteman. Sampai akhirnya tumbuh rasa nyaman, ntah itu terhadap sejenis atau lawan jenis.

Hubungan asmara juga tidak akan terelakkan dari ancaman serupa. Kisah yang awalnya berbalut dengan romansa baik-baik saja, berubah sebaliknya. Tidak mengkambing hitamkan objek lain, namun itulah kenyataannya.

Pasangan akan mulai berubah, mulai dari sikap serta perlakuan. Akan memunculkan seabrek alasan untuk menghindar, hingga bertengkar. Serta kurangnya rasa perhatian yang awalnya segar.

Tentunya pasangan kita tidak akan serta-merta hanya berkutat dengan sesama jenis saja. Tentu akan ada interaksi berbeda, tentunya bermain atau akrab dengan lawan jenis. Semua hal kecil itulah yang akan menjadi gemercik api yang akan membakar segalanya.

Apalagi jika pasangan kita punya good looking, tentu saja hal demikian akan menggiring mata seseorang untuk memandang lebih. Tidak hanya sebatas pandang, saling berkenalan, minta nomor WhatsApp, dan makin hari kian akrab. Hingga kenyamanan itu akan tiba, sampai dimana posisi kita akan terdegradasi.

Seperti pengalaman yang penulis temukan di lapangan selama masa KKN bergulir. Hal seperti itu kerap dijumpai, dari hubungan yang sudah terjalin sampai akhirnya kandas, hingga munculnya sosok orang ketiga. Memang KKN akan terasa hambar jika tidak dicampur dengan bumbu-bumbu seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun