Mohon tunggu...
Fitin Agustin
Fitin Agustin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tukang Sintesis Kata-Kata menjadi berSenyawa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iklan Tanpa Bahan Kimia, Padahal Kimia dimana-mana

16 Desember 2019   14:24 Diperbarui: 16 Desember 2019   15:28 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Berbagai produk mulai dari pembersih, pewangi hingga makanan sering dilabeli "Tanpa Bahan Kimia". Kalimat ini dinyatakan sebagai vonis aman sepihak dari produsen ke konsumen. Padahal label produk mencantumkan komposisi bahan-bahan yang terkandung dalam produk tersebut. Lalu, apakah produk tersebut benar-benar tidak mengandung bahan kimia ? apakah bahan kimia aman ?.

Alkimia dalam bahasa Yunani atau biasa kita kenal dengan Kimia erat hubungannya dengan unsur atau materi yang melibatkan interaksi atom dengan segala karakteristik senyawa kimia. Sedari SD kita dikenalkan dengan 3 fasa yaitu cair, padat, dan gas. Air disimbolkan sebagai H2O yang terdiri dari dua atom Hidrogen dan satu atom Oksigen berikatan kovalen. Oksigen, fasa gas yang paling sering didengar saja memiliki penamaan O2. Atau Besi berkarat yang disimbolkan sebagai Fe atau ferrum. Ketiga contoh tersebut sangat erat dengan hidup manusia. Tanpa disadari bahan kimia ada dimana-mana. 

Mengapa produk dilabeli "tanpa bahan kimia"?

Siaran Repotase atau Investigasi di televisi, sering mengungkapkan adanya kecurangan oknum yang tidak bertanggungjawab dengan mencampurkan/mengoplos bahan kimia berbahaya kedalam produk kosmetik hingga makanan. Boraks dan Formalin, saudara kembar yang menjadi korbannya. Oknum tersebut mencampurkan boraks (Na[BO(OH)]*8HO)  kedalam adonan makanan untuk mengenyalkan tekstur makanan tersebut. Tak tanggung-tanggung, formalin (CH2O) yang biasa digunakan sebagai pengawet mayat justru untuk pengawet makanan. Rasa takut dan heran masyarakat berkembang menjadi stigma negatif bahwa bahan kimia sangat tidak aman. 

Validasi adanya kandungan boraks dan formalin ditunjukkan dengan menampilkan uji sampel makanan di laboratorium sambil laboran menjelaskan adanya kandungan bahan kimia dalam makanan tersebut. Tidak cukup itu, biasanya ditampilkan praktisi kesehatan yang menjelaskan dampak buruk apabila mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan kimia. Namun, masyarakat awam lupa bahwa ada kalimat "Bahan Kimia Berbahaya". Ada kata berbahaya sehingga tidak semua bahan kimia masuk kategori B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun. Kata berbahaya yang jarang sekali disebut, sehingga masyarakat cenderung percaya bahwa bahan kimia tidak aman. 

Momen ini pula yang digunakan produsen yang melihat ketakutan ini sebagai peluang iklan dengan meyakini produknya tanpa bahan kimia. Salah kaprah makna kimia masuk perlahan dan membentuk stigma di masyarakat.

Bagaimana tau produk mengandung "Bahan Kimia Berbahaya"?

Masyarakat perlu edukasi untuk mampu memilih produk mana yang terhindar dari daftar bahan kimia berbahaya. Kini, masyarakat sudah terbantu dengan adanya BPOM yang selektif dalam menguji produk-produk tersebut dari bahan B3. Anda lebih baik memilih produk yang jelas ada Nomor BPOM pada label. Selain itu, pastikan tempat pembelian produk di tempat yang terpercaya seperti supermarket. Boleh juga untuk searching tentang kandungan kimia yang terkandung dalam produk sebelum membelinya. Pelanggan yang cerdas pasti memilih yang terbaik untuk dikonsumsi. Tak kenal maka kenalilah kimia :).

Referensi: Tribunnews

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun