Pandemi covid-19 tidak selamanya merugikan, namun juga memiliki dampak positif terutama bagi peternak lebah madu yang ada di Pulau Bali. Setelah hampir 5 bulan virus Corona mewabah di Indonesia, usaha peternakan lebah madu mampu meningkatkan penjualan dengan cukup signifikan hingga 100 persen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis industri madu dalam meningkatkan kemampuan kerja peternak madu di tengah pandemi COVID-19 dan menganalisis kualitas hasil panen madu agar membawa manfaat bagi masyarakat setempat. metode penelitian menggunakan deskripitif kualitatif. hasil penelitian menunjukkan bahwa impor madu meningkat 2x lipat selama masa pandemi. hal ini karena madu baik dikonsumsi untuk kekebalan tubuh agar terhindar dari virus corona. Data serta informasi yang diperoleh melalui penelitian lapangan kemudian dianalisis dengan melakukan reduksi data yaitu meringkas data hasil observasi lapangan, kemudian saling dikaitkan dengan landasan teori dan kajian pustaka untuk mendapatkan kesimpulan final. Â
Faktor alam indonesia yang sangat berpotensi untuk memproduksi aneka ragam produk, baik produk segar maupun olahan dengan kekayaan sumber daya yang dimiliki, salah satunya yaitu industri madu yang memiliki banyak manfaat. Hal ini disebabkan karena sumber pakan lebah yang melimpah (hampir semua tumbuhan yang menghasilkan bunga dapat dijadikan sebagai sumber pakan) baik yang berasal dari tanaman hutan, tanaman pertanian maupun tanaman perkebunan (Setiawan, 2016). Dalam meganalisis industri madu saat pandemi dan di pasca pandemi sama saja mengalami peningkatan yang begitu baik, akan tetapi dapat kami lihat bahwasanya industri madu tersebut jauh lebih baik pada saat COVID-19, oleh karena itu sangatlah beruntung bagi orang yang memiliki industri madu yang kian meningkat pada kondisi saat ini.
Produksi madu petani di Indonesia baru mencapai 5.000 ton per tahun, sedangkan kebutuhan madu yang dibutuhkan mencapai 7.500 ton pertahun dengan asumsi konsumsi perkapita sebesar 30 gr/tahun (Kementrian kehutanan, 2014). Tingkat konsumsi madu perkapita di Indonesia masih cukup rendah, yaitu sekitar 10-15 gr/orang/tahun, dibandingkan dengan konsumsi madu di negara maju seperti Jepang dan Australia yang mencapai 1.200- 1.500 gr/orang/tahun (Dirjen BPDASPS, 2013). Hal tersebut mengindikasikan bahwa produsen madu dan pebisnis yang bergerak di industry madu memiliki peranan yang penting untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi madu agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Faktor lain yang menjadi indikasi bahwa peluang pasar untuk usaha madu masih sangat besar ditunjukkan dari tingginya nilai impor madu Indonesia jika dibandingkan dengan nilai ekspornya.
Metedo penelitian ini di artikan untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan. Sehingga dapat digunakan memahami, memecahkan, mengantisipasi masalah dalam bisnis madu tersebut. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisispasi masalah (Sugiyono, 2017). Metode penelitian meliputi prosedur dan teknik penelitian. Sebelum dilakukan penelitian, disiapkan rancangan penelitian dengan cakupan komponen yang diperlukan. Menurut Sugiyono (2017) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil melalui pengamatan atau observasi, wawancara dan studi dokumentasi, baik terhadap peternak lebah madu, petani buah dan bunga maupun masyarakat lokal dan umum, mengenai kegiatan panen madu, selanjutnya hasil kumpulan pendapat informasi tersebut.
Penelitian tentang madu sudah lama dilakukan baik oleh para peneliti dari masa lalu hingga masa kini, banyaknya fakta-fakta menarik yang mengungkapkan tentang segala hasil penelitian madu. Berbagai fakta empiris mengungkapkan kehebatan, keistimewaan madu khususnya berkaitan dengan kesehatan juga menjadi salah satu peneltian-penelitian baru berkembang sehingga muncul fakta-fakta baru.
Manusia sudah menggunakannya untuk makanan dan minuman sebagai pemanis atau perasa bahkan sebagai obat, madu dijadikan obat karena kandungan yang ada di dalam madu sangat banyak yang baik bagi kesehatan, namun untuk mengetahui manfaat madu, untuk mengetahui kandungan madu dibutuhkan riset atau penelitian yang dilakukan oleh para illmuan, hal ini dilakukan demi ilmu pengetahuan dan juga bagi umat manusia.
Tidak hanya sebagai alternatif gula karena rasanya yang manis, madu memiliki keistimewaan dari kandungan yang terdapat di dalamnya. Bahkan, madu secara khusus memiliki tempat dalam salah satu surah dalam Alquran, yakni An-Nahl, yang bermakna 'lebah'.
Alquran mengungkap rahasia di balik manfaat madu, yang terbentuk dalam proses alami. Dalam Alquran surah An-Nahl ayat 68-69, Allah mengungkapkan kebesarannya melalui keistimewaan dan khasiat yang terkandung dalam madu.
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia." (QS. 16:68). Terbukti bahwasanya industri madu sangatlah baik saat di konsumsi oleh setiap orang, karena begitu istimewanya khasiat yang teerkandung pada madu tersebut.
Di tengah pandemi COVID-19 di daerah jambi memperluas pasar. Produk madunya kini tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri, namun juga diekspor ke negara tetangga, yaitu Singapura. Dan di daerah jambi ini Jambi adsalah satu usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mitra binaan PLN yang berada di Kota Jambi terus berkembang. Ekspor madu sekitar 60 ton per tahun atau 5 ton setiap bulan akan dikirimkan dari Jambi ke Singapura melalui pengiriman via Batam.
Usaha yang dirintis oleh seorang pengusaha lokal bernama Candralela sejak 2008 ini sempat mengalami pasang surut. Pada awalnya, jumlah pegawai di daerah Jambi hanya 3 orang dengan kapasitas produksi 900 kilogram per bulan, dengan omzet saat itu sebesar Rp15 juta hingga Rp20 juta per bulan.
kemudian saat indutri madu di daerah jambi ini terus berkembang dan sudah memiliki 20 orang pegawai serta menggandeng lebih dari dari 15 petani madu. Selain itu, juga bekerja sama dengan 37 mitra usaha lainnya. Hasilnya saat ini telah berhasil membukukan omzet hingga Rp167 Juta per bulan dengan kapasitas produksi sekitar 8 ton per bulan.
Tentu ini adalah kemajuan yang sangat baik, di tengah pandemi Covid-19, di mana banyak sektor usaha menurun, mulai mengepakan sayap dengan merambah pasar ekspor. Dengan berkolaborasi yang baik antara PLN dan di daerah Jambi mulai menampakan hasil.
Dalam pasca pandemi indutri madu Menurut, tingkat konsumsi madu negara-negara maju seperti, Jerman, Jepang, Inggris dan Perancis mencapai 700-1500 g/kapita/tahun, sedangkan untuk negara berkembang kurang dari 70 g/kapita/tahun, dan untuk Indonesia kurang dari 20 g/kapita/tahun. Menurut Pusat Perlebahan Nasional (2002) dalam Darmawan (2003), Indonesia memiliki tingkat konsumsi madu sekitar 15 g/kapita/tahun. Saat ini kebutuhan nasional madu ialah 150.000--200.000 ton/tahun, sedangkan produksi nasional baru mencapai 20.000--40.000 ton/tahun. Meskipun tingkat konsumsi madu di Indonesia tergolong sangat rendah, namun jumlah produksinya masih dibawah permintaan. Jumlah produksinya yang masih di bawah jumlah permintaan tersebut adalah sebuah peluang usaha di bidang pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA