Mohon tunggu...
Fiska Aprilia
Fiska Aprilia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rena Ini Menakjubkan

26 Maret 2018   18:48 Diperbarui: 26 Maret 2018   18:59 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (pixabay)

           " Tadi Ibu sudah tanya panita katanya boleh kok."

Hati Rena kembali gunda, bagaimana bisa ia ikut kontes lagi, bertemu dewan juri lagi, menampilkan aksinya lagi, yang hari ini sudah jelas-jelas ditolak. Memang tak dapat dipungkiri hati kecilnnya tetap ingin berjuang, tetapi Rena ingin pulang saja.

"Ya sudah sekarang kita ke rumah Pakde Jojo ya, nginap di situ, nanti Ibu bikini kamu mie rebus pakai Fried Chicken yang tadi Ibu beli, kita makan malam di sana."

***

Keesokan hari pagi-pagi Rena sudah sudah tiba. Kemauan Ibu ia terima, tidak sepenuh hati. Saat antri menuju bilik-bilik audisi kembali, tidak ada cemas dihatinya, tidak seperti kemarin menebak-nebak karakter juri seperti apa yang ia dapati dibalik satu dari kesepuluh bilik. Tidak ada masalah tahapan pendaftaran, semua lancar. Ia hanya mengulang seperti kemarin, berkas-berkas pengisian biodata terlengkapi tanpa bantuan panitia. Tak khayal langkah kakinya berat tersendat-sendat mengatur spasi antrian, tatapan-tatapan para panita penyelenggara penuh makna, yang sudah berkenalan dengan wajahnya yang belum genap 24 jam. Mereka seperti memiliki tugas dua hari mengawasi orang sepertinya. Anggapan-anggapan Rena terhadap para panitia yang melihatnya itu seharusnya Rena acuhkan, karena itu hanyalah persepsi bobrok, yang mengurangi kesadaran dirinya akan kecantikan wajah orientalnya yang memesona. "Tolong sambutlah baik." Pintanya dalam hati.

***

Ia kembali kedapatan di bilik  penjurian yang sama.  Sial! Kenapa bilik yang sama! Ia tidak mau melihat apa-apa lagi disekitarnya hanya fokus pada dirinya.

Matanya tertutup berdoa kepada Tuhan agar diberi kelancaran, bermenit-menit khusyuk tak menghiraukan pandangan orang sekitar. Seketika matanya berat terbuka seperti  ketibanan bintang, "positif Rena" suara itu seperti petir dari cuap-cuap tukang foto. Ia ingat kata-kata itu dibenaknya, lalu ingatannya seperti beranjak dalam tidur ke jalan setapak pinggir kali, burung-burung berkicau nan indah, dilangit seperti ada yang menggema "tunjukan bakatmu Rena" nyata suara itu akhirnya bergema dari hati kecilnya. Bagaimana bisa kamu mengeja anugrah Tuhan Rena, menimbang-nimbang kekuranganmu. Lihatlah keseluruhan dirimu, kamu pantas berada dipannggung yang megah. Kamu harus punya keberanian tampil, jangan jadi pengecut yang mengumpat di belakang meja, hanya lima menit Rena, keluarkan semua kemampuanmu, tidak usah memikirkan apapun, keluarkan saja tanpa beban. Semua akan baik-baik saja.

"Kamu siap?"  Badannya di tepuk panitia, ia tersenyum.

***

"Hai, saya kayak pernah lihat kamu."  .

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun