Gula dan MSG akrab dikonsumsi oleh masyarakat. Gula dan MSG merupakan tambahan penyedap pada makanan. Gula menambahkan rasa manis pada minuman, kue, dan masakan. Sedangkan MSG memberikan cita rasa gurih pada makanan.Â
Gula dan MSG sering dicap sebagai penambah rasa yang mengganggu kesehatan. Hingga saat ini MSG masih mendapatkan reputasi buruk sebagai penambah rasa yang bersifat toksin. Sedangkan gula selalu disalahkan sebagai pemicu seseorang mengalami diabetes.Â
Gula merupakan pemanis buatan atau fruktosa yang dibuat dari tebu, pohon aren, pohon enau, atau pohon palem. Bit dari gula dipanaskan menjadi gula putih, gula aren, dan brown sugar. Gula tambahan berbeda dengan gula alami. Gula alami terdapat pada buah, madu, sayuran, susu, dan sebagainya. Gula tambahan banyak dipakai sebagai pemanis pada minuman dan makanan.Â
MSG merupakan singkatan dari monosodium glutamat yang berasal dari ikatan kimia antara asam glutamat dan natrium. Asam glutamat secara alami terdapat pada rumput laut, tebu, kaldu daging ayam, sapi, dan seafood seperti kerang dan udang. MSG buatan yang menjadi penyedap rasa terbuat dari ekstrak tebu berikatan dengan natrium yang dipanaskan hingga membentuk kristal-kristal tipis.Â
Gula dan MSG menjadi primadona penyedap rasa yang membuat cita rasa makanan menjadi istimewa. MSG banyak dipakai pada masakan Asia seperti chinese food. Masakan apapun serasa kurang lengkap tanpa MSG. Faktanya, masyarakat dunia masih memberikan stigma buruk mengenai MSG. MSG dipandang buruk sebagai penyebab sakit kepala, kesemutan, dan pandangan kabur. Selain itu, MSG selalu dikaitkan dengan gangguan konsentrasi dan belajar anak.Â
Penyebab buruknya reputasi MSG berasal dari klaim sejumlah penelitian yang dimulai pada tahun 1960. Sejumlah klaim penelitian ini menganggap MSG sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh yang memicu sejumlah penyakit dan gangguan berpikir. Ternyata, penelitian ini menggunakan metode yang buruk, kurangnya sampel, dan dosis pemberian MSG yang berlebihan pada sampel selama penelitian berlangsung.Â
Scientist terus melalukan uji coba dengan penelitian terbaru yang membuktikan bahwa MSG dengan dosis harian wajar tidak merusak kesehatan tubuh. MSG aman dikonsumsi setiap hari asalkan tidak melebihi 2.5gram/hari. Namun, penelitian mengungkapkan bahwa konsumsi MSG pada banyak orang di dunia rata-rata kurang dari 1 gram/ hari. Konsumsi MSG yang berlebihan dapat memicu sakit kepala, kesemutan, mati rasa/baal, kebas, jantung berdebar-debar, dan mual-muntah.Â
Demikian halnya gula, batas aman konsumsi gula menurut kemenkes yaitu 50 gram atau 4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan dapat memicu diabetes dan penyakit kardiometabolik. Konsumsi gula dalam batas normal masih aman.
Walau gula dan MSG merupakan perasa tambahan makanan yang aman dikonsumsi oleh BPOM, tetapi harus mendapat perhstian dengan dosis konsumsi hariannya. Seseorang yang senang makan sepotong cake setiap hari dapat mengalami diabetes di kemudian hari. Dalam 1 potong cake terdapat gula tambahan melebih 4 sendok makan. Sama halnya dalam 1 kaleng minuman kemasan yang manis mengandung kadar fruktosa yang sangat tinggi. Bila dkonsumsi rutin setiap hari maka akan merusak kerja hormon insulin.
Mereka yang suka jajan bakso dan mie ayam setiap hari harus menghentikan kebiasaannya ini. Dalam 1 mangkok bakso dan mie ayam terdapat 1 sendok makan MSG. Pada kuah bakso dan mie ayam juga sudah ditaburi dengan MSG dosis tinggi. Konsumsi makanan tinggi MSG melebihi batas sajian dapat mengganggu kesehatan dalam jangka panjang.Â