Mohon tunggu...
Firzanatusalma Rafiza Yuadi
Firzanatusalma Rafiza Yuadi Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Topeng" Hingga Sisi Gelap Kepribadian Manusia

20 Juni 2022   12:02 Diperbarui: 24 Juni 2022   20:45 2336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, setiap manusia memiliki ketidaksadaran (unconsciousness) dan kesadaran (consciousness) yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam pembentukan arketipe, lalu apa itu arketipe? 

Arketipe atau juga disebut collective unconsciousness, yaitu manifestasi primordial image dimana image pada diri seseorang ini akan muncul ketika adanya suatu sikap untuk mempertahankan kesatuan suatu kelompok atau kesatuan sosial dari ancaman yang datang dari luar atau adanya nilai-nilai yang memiliki kaitan dengan sistem keyakinan dalam ketidaksadaran kolektif dalam tema-tema dan pola-pola pada mimpi, serta fantasi.

Carl Gustav Jung, tokoh psikologi besar pada abad ke 20 seorang psikolog yang berasal dari Swiss dan seseorang yang merintis dan mengembangkan konsep psikologi analitik atau psikoanalisis. 

Jung percaya bahwa setiap arketipe memainkan peran dalam kepribadian, tetapi merasa bahwa kebanyakan orang didominasi oleh satu arketipe tertentu. Menurut Jung, cara aktual di mana arketipe diekspresikan atau diwujudkan tergantung pada sejumlah faktor, termasuk pengaruh budaya individu dan pengalaman pribadi yang unik.

Jung mengidentifikasi empat arketipe utama tetapi juga percaya bahwa tidak ada batasan jumlah yang mungkin ada. Keberadaan arketipe ini tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dengan melihat agama, mimpi, seni, dan sastra. Berikut adalah beberapa arketipe menurut Jung yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari kita.

The Persona

Misalnya, pernahkah anda merasa bahwa anda sedang menggunakan "topeng" pada keadaan tertentu? Bisa jadi beberapa dari anda merasa bahwa ketika anda menggunakan "topeng" tersebut bukan diri anda melainkan wajah lain dari anda yang hanya anda tunjukkan ketika keadaan tertentu saja. Hal ini ada penjelasannya lho!

Salah satu arketipe yang sangat lekat menurut Jung, disebut persona, persona adalah bagaimana kita menampilkan diri kita kepada dunia dengan kata lain yaitu wajah publik/peran yang ditunjukkan di depan orang lain, penting bagi adaptasi kepribadian dengan berbagai situasi dan orang lain. 

Kata "persona" berasal dari kata Latin yang secara harfiah berarti "topeng." Iya, topeng yang anda pakai pada situasi tertentu disebut persona, lalu apa penjelasan lebih dalam tentang persona?

Persona mewakili semua topeng sosial berbeda yang kita kenakan di antara berbagai kelompok dan situasi. Ia bertindak untuk melindungi ego dari citra negatif. 

Menurut Jung, persona mungkin muncul dalam mimpi dan mengambil bentuk yang berbeda. Jadi, maksudnya adalah persona mungkin saja tercipta dari mimpi yang anda dapat secara tidak sadar dan secara sadar anda akan memakainya di kehidupan nyata.

Selama perkembangan zaman, manusia belajar bahwa mereka harus berperilaku dengan cara tertentu agar sesuai dengan harapan dan norma masyarakat. 

Persona berkembang sebagai topeng sosial untuk menampung semua dorongan primitif, impuls, dan emosi yang tidak dianggap dapat diterima secara sosial.

Yaa...singkatnya bagian dari diri anda (persona) memungkinkan anda untuk beradaptasi tergantung pada bagaimana anda menginginkan diri anda.  Namun, jika manusia tetap memakai "topeng" maka di kemudian hari manusia akan kehilangan pandangan tentang diri mereka yang sebenarnya.

The Shadow

Move on dari persona, mari kita beralih pada sisi gelap kepribadian manusia.

Sebelumnya, saya akan mengutip satu quotes dari Bapak Jung...

"Unfortunately there can be no doubt that man is, on the whole, less good than he imagines himself or wants to be. Everyone carries a shadow, and the less it is embodied in the individual's conscious life, the blacker and denser it is. If an inferiority is conscious, one always has a chance to correct it. Furthermore, it is constantly in contact with other interests, so that it is continually subjected to modifications. But if it is repressed and isolated from consciousness, it never gets corrected". -"Psychology and Religion" (1938). In CW 11: Psychology and Religion: West and East. P.131.

Intinya, tidak ada keraguan bahwa manusia, secara keseluruhan, kurang baik daripada yang dia bayangkan atau inginkan. Setiap orang membawa shadow (bayangan) dan semakin sedikit bayangan itu terwujud dalam kehidupan sadar individu, semakin hitam dan pekat bayangan itu.

Jadi, sudah tidak diragukan lagi bahwa setiap manusia memiliki sesuatu  yang disebut shadow. Shadow sendiri memiliki artian sebagai sesuatu yang negatif yang terdapat dalam diri manusia. Jung menggunakan istilah shadow untuk menamai realitas psikologis yang relatif mudah dijangkau dalam tahap imajiner, tapi sulit untuk ditangkap dalam taraf praktis dan teoritis.

Shadow adalah arketipe yang terdiri dari naluri seks dan kehidupan. Shadow ada sebagai bagian dari pikiran bawah sadar dan terdiri dari ide-ide yang ditekan, kelemahan, keinginan, naluri, dan kekurangan.

Bayangan terbentuk dari upaya kita untuk beradaptasi dengan norma dan harapan. Dimana hal inilah yang mencakup hal-hal yang tidak dapat diterima, tidak hanya oleh masyarakat, tetapi juga moral dan nilai pribadi seseorang. Ini mungkin termasuk hal-hal seperti iri hati, keserakahan, prasangka, kebencian, dan agresi. Dari sinilah mengapa shadow seringkali disebut sebagai sisi gelap kepribadian manusia

Jung juga beranggapan bahwa shadow dapat muncul dalam mimpi atau penglihatan dan dapat dikiaskan dengan berbagai bentuk. Shadow dalam mimpi dapat muncul sebagai ular, monster, iblis, naga, atau sosok gelap, liar, dll.

Singkatnya, shadow adalah bagian tersembunyi dari jiwa manusia yang cenderung bersifat negatif mencakup sisi gelap dari jiwa manusia, mewakili keliaran, kekacauan, dan "the unknown".

Sebenarnya masih banyak lagi yang belum terbahas jika membocarakan tentang arketipe Jung, seperti anima/animus, self, dan masih banyak lagi. Dimana masing-masing arketipe mewakili pola dan gambaran universal yang merupakan bagian dari ketidaksadaran kolektif.


Referensi:

Cherry, K 2022, What Are the Jungian Archetypes?, verywellmind, dilihat pada tanggal 20 Juni 2022, https://www.verywellmind.com/what-are-jungs-4-major-archetypes-2795439.









Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun