Mohon tunggu...
Firza Maulana
Firza Maulana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa S1 Komunikasi

Whoever controls the media, This means they control the mind.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rindu pada Pilihan, Menempuh Malam atau Menyesali Perjalanan

27 Januari 2020   16:17 Diperbarui: 27 Januari 2020   16:31 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja menghantarkan rindu pada Pilihan : menempuh Malam atau menyesali perjalanan.

Selain patah hati bumi pada senja yang beranjak pergi, ternyata senja juga memghantar rindu pada Pilihan: menempuh Malam atau menyesali perjalanan.

Ada perasaan senang dan gembira yang kian muncul pada ketenangan dan damainya suasana.

Keistimewaan itu jelas membisik pada remang mangrib yang sunyi, kadang juga gelisah datang pada penikmat yang akan ditingal pergi, senja yang tak ingkar  pada malam yang ingin menghampiri.

Pandangan itulah yang terus menurus muncul di pikiran yang menjadikan kenangan dan rindu selalu menjadi bagian yang unik dalam ingatan.
Pada akhirnya ada rindu yang membekas pada penikmat damai keadaan senja.

Karena itu kekhawatiran muncul pada keindahan yang berakhir dengan meningalkan, ada yang terlelap untuk menempuh malam, kadang juga ada penyesalan pada sebuah perjalanan menuju kedamaian.

Artinya, setiap manusia menyimpan rindu pada setiap moment suka dan duka. Kenangan tersimpan dalam ingatan menjadikan pengalaman, apakah itu ingin terulang atau membuang, Pilihan tetap kembali pada mereka.

Mengapa senja begitu berani meningalkan, setelah menarik suka dari penikmat?

Kadar janji yang tak dipungkiri, pencipta banyak menguji setiap kejadian pasti ada keistimewaan tanpa di mengerti, jangan sesali pada menatap dan berpaling sebab dari moment gembira yang masuk ke ingatan menjadikan rindu yang begitu dalam.

Sedikit mengusik jiwa perihal rindu yang ingin terulang, seperti hujan rabu kemarin ada skenerio terindah pernah dialami di pondok santri, yang obrolan kecil selalu dihiasi tawa, tapi mengulang kembali harus memastikan apakah layak atau harus dibuang tanpa mengingat indah dan sayang atau percuma untuk kembali.

Begitulah makna rindu yang terkalaborasi, bahwa di setiap apapun kenangan yang telah dibuat, tidak harus mengulang namun jika perlu jadikan ingatan saja, tanpa melibatkan pemain dalam moment tapi diri sendiri Sudah cukup untuk senyum gembira pada saat menelusuri rindu dalam ingiatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun