Mohon tunggu...
Firsty Chintya L. Perbawani
Firsty Chintya L. Perbawani Mohon Tunggu... Dosen - International Relations Lecturer, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Doctoral Candidate of Social Sciences, Universitas Airlangga. Researcher, Indonesian Community for European Studies. Currently focused on International Peace and Security Studies; Securitization Theory; Migration Studies; European Union.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kontinuitas Pola Blitzkrieg: Analisis Strategi Amerika Serikat dalam Operasi Desert Storm dan Iraqi Freedom

3 Juni 2022   12:48 Diperbarui: 3 Juni 2022   14:27 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Sedangkan dunia internasional melalui legalisasi dari DK PBB dengan UNSCR 678 memberi waktu Irak hingga 15 Januari 1991 untuk menarik diri dari Kuwait, dan apabila melewati tenggat waktu tersebut, maka semua negara diperolehkan melakukan “all necessary means” untuk memaksa Irak mundur dari Kuwait (Culpepper 1997, 5).

- White Paper AS ‘Air Force Performance in Operation Desert Storm’

Kembali fokus pada strategi dan taktik AS pada kali ini, penulis mengutip langsung pada white paper milik militer AS. Operasi Desert Storm ini dikatakan sebagai upaya strategic airlift terbesar pasca Perang Dunia II, karena setidaknya gencatan senjata ini secara total sudah memindahkan 482.000 pasukan dan juga memindahkan 513.000 ton kargo ke titik-titik yang sudah ditentukan (US History t.t). Bahkan karena diinginkan pergerakan yang cepat, upaya deployment ribuan pesawat tempur F-15, lalu juga kapal-kapal tempur masuk melalui Arab Saudi berhasil dilakukan AS hanya dalam waktu 38 jam saja (US Departement of the Air Force 1991, 12). Ini memperkuat argumen penulis bahwa blitzkrieg masih digunakan dengan preposisi bahwa kalahkan lawan dengan cepat melalui peletakan yang cepat dan membangun pola aliansi yang kuat.

Pada bagian command and control, Operasi Desert Storm melahirkan aset-aset baru bagi Angkatan Udara (AU) AS yakni seperti penggunaan: (1) Defense Meteorological Support Program yang memberi kemudahan pada komando perang untuk memberi informasi mengenai cuaca, bahkan juga kemungkinan akan badai pasir dan fenomena lainnya di wilayah Teluk; (2) Global Positioning System yang memberi AU kemampuan bermanuver dengan titik yang presisi; (3) Defense Satellite Communication System yang mewadahi jalur komunikasi antar batalion; hingga (4) Tactical Digital Facsimile yang mampu memfasilitasi para kru dan komandan perang di lapangan untuk mengirimkan gambar beresolusi tinggi yang juga memuat informasi lawan (US Departement of the Air Force 1991, 13-4). Ini juga menguatkan argumen penulis bahwa memang blitzkrieg layak, tetapi akan lebih efektif jika digabungkan dengan invosi teknologi lain, seperti yang dilajukan AS ini.

2. Analisis Perang Teluk II (2003 Invansion of Iraq)

Selanjutnya, adalah bahasan pada kasus empiris kedua yang terjadi di tahun 2013. Walaupun Perang Teluk I dimenangkan oleh AS dan Aliansi karena Irak akhirnya mundur dari Kuwait di tahun 1991, namun rupanya Irak masih saja pada posisi perlawanan. Hingga pada November 2002, DK PBB mengeluarkan UNSCR 1441 untuk menyangsikan segala kegiatan pembangunan WMD, pembelian senjata ilegal, dan okupasi terhadap Kuwait. Ini pun membuat geram AS, hingga pada 19 Maret 2003, Presiden Bush Junior mengumumkan untuk melakukan invasi ke Irak.

­- Penggunaan ‘Shock and Awe’ pada tahap inisiasi Operation Iraqi Freedom

Pada serangan kali ini, AS sudah mengatakan bahwa serangannya akan 30 kali lebih parah jika dibandingkan dengan Operasi Desert Storm di tahun 1991 lalu. Kali ini dengan dua kalkulasi utama, AS menyerang karena: (1) adanya ancaman WMD dari Sadam Hussein; dan juga (2) keterkaitan Irak dengan serangan terorisme 9/11 Al-Qaeda. Tepat pada tanggal 21 Maret 2003, pukul 12:15 EST, ratusan bom diluncurkan di atas ibu kota Irak, Baghdad bahkan juga mengenai kota Mosul dan Kirkuk. 

Menteri Pertahanan AS, Donald Rumsfeld pun mengadakan konferensi pers dan mengumumkan bahwa perang udara telah dimulai. Banyak sekali pesawat tempur F-18 AS yang mulai lepas landas dari basisnya di Kuwait untuk melancarkan misi ini (Ullman 2003). Pola penting yang ada pada operasi kali ini adalah doktrin ‘shock and awe’ yang dicanangkan oleh Harlan Ullman, seorang alumni AL AS dan juga seorang strategis perang AS, bahwa seranglah musuhmu dengan cepat hingga membuatnya lemah, terkejut, dan tidak bisa melawan (Daily Mail 2003). 

Ini benar-benar bisa ditunjukkan dengan pergerakan militer AS bernama Coalition Forces Land Component Command yang juga ikut membantu kelancaran serangan, karena memiliki koalisi dari segala komponen yaitu kekuatan Darat, Udara, Laut, dan special operations yang mampu mendukung serangan ini. Ullman (2003) juga mengatakan bahwa: Of the attack on Iraq, "The point is the simultaneous intensity and enormity of this, it will be a very complicated operation, it will tend to shock, awe and stun the Iraqi leadership. We want them to quit. We want them not to fight.". 

Dari pernyataan tersebut dapat menguatkan argumen tesis penulis bahwa, dasarnya adalah doktrin blitzkrieg untuk menyerang secepat kilat, menyerang secara keseluruhan, mengambil alih alur air hingga secara fisik, emosional, dan pikiran; lawan akan terkalahkan dan mundur perlahan.

Konklusi

Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa ada kontinuitas penggunaan strategi blitzkrieg yang layak digunakan pada pola serangan yang dilakukan AS di dua momentum utama, yakni melalui Operation Desert Storm 1991 yang mana membuahkan hasil kemenangan Presiden Bush Senior mampu memukul mundur pasukan Irak dari Kuwait; dan Operation Iraqi Freedom 2003, di mana penulis lebih melihat fokus pada pola ‘shock and awe’ yang tak lain juga menyaratkan ‘kecepatan kilat perang ala blitzkrieg’ saat awal invasi AS di bawah Presiden Bush Junior, ke Irak dengan pengeboman karpet di wilayah Baghdad. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun