Wabah Corona Vs Wabah Psikologi
Pandemi covid 19 belum juga berkahir. Sementara itu, varian baru bermunculan dan semakin mengancam hidup manusia. Berbagai kebijakan di keluarkan Oleh pemerintah untuk menanggapi situasi ini.Â
Salah satu kebijakan yang mendapat beragam tanggapan yakni PPKM. Kebijakan ini memang menimbulkan kontroversi, sebab situasi kehidupan ekonomi juga yang belum stabil dan pulih. Dan ketika kebijakan ini diumumkan Oleh pemerintah, tentu mendapat banyak reaksi dan tanggapan dari masyarakat.Â
Ada yang mendukung ada pula yang menolak. Memang hal ini bukan sesuatu yang mudah sebab kebijakan ini dihadapkan pada dua realitas yang sangat essensial bagi kehidupan manusia, yakni kesehatan dan ekonomi, yang kedua-duanya punya peran penting bagi hidup manusia.
Di tengah situasi yg sulit ini, kita juga masih berhadapan dengan derasnya informasi yang bermunculan di mana-mana. Khususnya berkaitan dengan variasi baru covid 19 dan vaksinasi. Berita apa pun tentang kedua obyek ini pastinya akan menarik perhatian banyak orang. Oleh karena itu, informasi seputar ini, baik yang akurat dan benar maupun 'siluman' dan asal-asalan pasti akan di akses dan dikonsumsi oleh banyak orang.Â
Namun, persoalan utamanya bukan hanya terletak dari berita itu sendiri melainkan Persoalan utamanya terletak pada daya kritis dari konsumen berita terebut. Tak jarang kebanyakan dari kita menerima berita begitu saja tanpa mengkritisinya. Situasi derasnya berita yang tak terbendung dapat mengakibatkan kemalasan berpikir dan daya kritis seseorang yang berdampak pula pada wabah psikologis manusia.Â
Wabah psikologis yang penulis maksudkan di sini adalah situasi di mana seseorang merasa lelah karena begitu banyaknya informasi sehingga mereka memutuskan untuk yakin saja atas berita yang ada tanpa mendalami kebenarannya.
 Situasi seperti yang digambarkan di atas punya pengaruh besar bagi hidup.  Di mana kita tidak saja digerogoti oleh ancaman virus Corona, tetapi juga di rongrong oleh virus yang mengancam psikologi. Salah satu dampak virus Corona terhadap psikologi manusia adalah kita menjadi emosional.
Emosi memiliki akar kata bahasa Latin yakni, exmovere, exmovere (to move out, move away), ex-, et movere (to move, more at move); yang artinya, terdapat suatu gerakan yang bergerak secara 'lebih'/'berlebihan' dari yang semestinya.Â
Jean Paul Satre, seorang filsuf eksistensilis Prancis mengatakan bahwa tindakan berlebihan adalah reaksi seseorang dalam menghadapi dan menggumuli realitas dunia dan sekaligus menyatakan cara berandanya (being) di dunia. Situasi pandemi Covid-19 serta merebaknya arus informasi secara masif tentunya sangat mempengaruhi seseorang dalam merespons situasi ini.