Mohon tunggu...
Firman Adi
Firman Adi Mohon Tunggu... Insinyur - ekspresi sederhana

arek suroboyo yang masih belajar menulis. nasionalis tak terlalu religius. pendukung juventus sekaligus liverpudlian. penggemar krengsengan, rawon dan tahu campur.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sudah Terhindar dari Perbuatan Zalim-kah Kita Hari Ini?

24 Juni 2016   17:20 Diperbarui: 24 Januari 2022   13:54 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di beberapa kejadian sehari-hari, aturan masih susah ditegakkan di masyarakat kita. Kalau aturan agama, orang takut melanggar karena urusannya sama Allah. Tapi aturan negara dan norma sosial, oleh beberapa orang dianggap bukan aturan yang wajib ditaati dengan alasan misalnya “walah … wong aparat kita aja kelakuannya bejat, kok kita disuruh taat aturan ..”. Akhirnya aturan-aturan itu diremehkan.

Itu bisa terlihat di perilaku sehari-hari masyarakat dalam berlalu lintas. Untuk hal yang sederhana saja misal berhenti di belakang garis saat di lampu merah, masih banyak pengguna jalan yang melanggar. Saya sempat mencari tahu apa yang menjadi alasan melanggar aturan ini dari beberapa teman. Ada yang beralasan biar nggak kena gas knalpot kendaraan di depannya, beberapa beralasan biar lebih cepat kalo pas lampu hijaunya menyala, ada merasa bahwa tidak ada masalah berhenti di depan garis batas selama tidak ada polisi atau bahkan ada yang tanpa alasan dan tidak merasa bersalah (yang penting masih ada space kosong yang bisa ditempati). Sepertinya orang-orang menganggap remeh aturan ini. Masalahnya adalah untuk hal yang remeh saja, masyarakat kita susah sekali mengikuti ketentuan aturan yang berlaku.

Proses berhenti di lampu merah ini sebenernya mirip dengan konsep mengantri. Ada beberapa orang yang saat mengantri (misal beli makanan, beli tiket … dll) masih  menyerobot antrian dengan tanpa rasa malu berdalih buru-buru, kesal karena antrian yang terlalu panjang atau misalnya kasihan dengan anaknya yang rewel belum mendapatkan yang diinginkan karena harus antri.

Belum lagi soal aturan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Masih banyak orang yang meremehkan aturan ini. Beberapa kali kita melihat orang membuang sampah di sungai tanpa rasa bersalah sedikitpun atau bahkan dari jendela mobil tiba-tiba keluar tangan membuang sampah (entah sekedar rokok, tissue atau bahkan tas plastik isi sampah) ke jalan raya. Bukti bahwa status sosial dan ekonomi tidak selalu berbanding lurus dengan mental dan perilakunya, istilahnya “tampilan eksekutif, perilaku primitif ..”

tapi pola pikir menganggap remeh aturan ini, beberapa orang mengaitkannya dengan agama. ungkapan “emang berhenti di depan garis batas waktu lampu merah itu haram? dosa?” “masa’ naik motor di trotoar itu diatur di kitab suci?” atau “apakah nerobos antrian itu melanggar syariat agama?”.

sebelum mengaitkan ini ke agama, mari tempatkan diri kita dulu sebagai manusia. Apakah adil ketika seseorang yang sampai terlebih dahulu di lampu merah dan memilih mengikuti aturan berhenti di belakang garis, kemudian ada orang datang belakangan dan memilih berhenti di depan garis batas berhenti dan di depan orang yang taat aturan tadi? Apakah adil ketika seseorang yang sudah datang lebih awal dan antri di posisi lebih depan dengan banyak antrian orang di belakangnya yang memilih untuk tertib aturan, kemudian tiba-tiba ada orang datang belakangan dan menyerobot antrian di depan? Bayangkan bagaimana perasaan orang-orang yang sudah taat aturan tadi dan rela mengantri. Apakah adil ketika banjir akibat saluran yang tersumbat sampah, yang menanggung beban banjir adalah semua orang di sekitar? (adil jika yang kebanjiran cuman orang-orang yang buang sampah sembarangan).

Saya tidak terlalu paham soal agama, tapi di islam ada istilah dholim / zalim yang artinya menempatkan sebuah perkara bukan pada tempatnya. Lawan kata atau antonim dari kata zalim sendiri yaitu adil. Menurut referensi yang saya baca, selain kata zalim, Al-quran memakai kata baghy, yang berarti sama seperti zalim yaitu perbuatan melanggar hak dari orang lain.

Sudah terhindar dari perbuatan zalim-kah kita hari ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun