Mohon tunggu...
Firmansyah 060202
Firmansyah 060202 Mohon Tunggu... Penulis - Libatkan Allah SWT dalam segala urusan

I love Allah SWT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Upacara Adat Patorani Masyarakat Galesong

19 Oktober 2020   08:23 Diperbarui: 2 November 2020   20:26 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             Upacara adat patorani adalah salah satu tradisi yang masih dilakukan hingga sekarang oleh sebagian besar penduduk di wilayah Galesong dikarenakan mata pencaharian utama mereka adalah nelayan.  Ritual ini biasanya dilakukan sebelum berangkat berlayar untuk menangkap ikan torani (ikan terbang) beserta telurnya di laut lepas. Serangkaian kegiatan ini kemudian lambat laun menjadi kebiasaan bagi tugalesong (masyarakat Galesong) serta tidak hanya dilakukan sebagai ritual semata, akan tetapi juga sebagai wujud kesadaran masyarakat terhadap kehidupan masa lampau dan berkaitan dengan hal-hal magis.

           Selain itu, terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui dalam upacara ini, seperti: Anrong guru (mereka yang diberi amanah untuk memimpin upacara adat patorani), Punggawa (pemimpin para nelayan), Sawi (orang yang membantu punggawa saat menangkap ikan terbang beserta telurnya) di mana mereka adalah orang yang terlibat langsung selama proses upacara adat. Namun, saya rasa tidak cukup jika hanya mengenal istilah tersebut dan belum mengetahui beberapa keunikan di dalam upacara adat patorani masyarakat Galesong. Oleh karena itu, di dalam tulisan ini akan disajikan beberapa keunikan yang terdapat dalam upacara adat patorani, yakni: (1) Kepercayaan tentang kehadiran Nabi Khidir, (2) Upacara adat patorani mampu mempererat persaudaraan antar masyarakat, (3) Terdapat nilai sarak (syariat) dalam pelaksanaannya, (4) Tangisan keluarga dianggap membawa bala.

1. Kepercayaan tentang kehadiran Nabi Khidir

              Sebelum agama Islam memasuki wilayah Galesong, mereka cenderung bersifat dinamisme (kepercayaan masyarakat terhadap benda-benda tertentu yang memiliki kekuatan magis). Dalam konteks ini, tugalesong percaya bahwa di lautan terdapat berbagai makhluk halus. Kemudian, setelah kedatangan agama Islam kepercayaan mereka mulai beradaptasi dengan unsur-unsur yang terdapat di dalam agama Islam. Mereka percaya bahwa Allah SWT melimpahkan penguasaan wilayah lautan kepada Nabbi Hellerek (Nabi Khidir) yang hingga sekarang kehadirannya masih dipercayai.

2. Mempererat persaudaraan antar masyarakat

            Dalam pelaksanaan upacara adat patorani masyarakat akan saling bahu-membahu, dan bersinergi satu sama lain agar semuanya berjalan dengan baik. Misalnya saja saat memeriksa kesiapan perahu sebelum digunakan, mereka akan melakukan kegiatan akbesok biseang (menarik perahu pantai ke permukaan daratan).

 3. Nilai Sarak

            Sarak adalah segala hal yang harus dilakukan sebelum melakukan sesuatu  agar apa yang dilakukan terhindar dari segala hambatan, rintangan dan juga terlepas dari bala. Nilai sarak dalam upacara adat patorani sebenarnya berkaitan dengan nilai-nlai syariat dalam Islam. Alasan yang mendasari gagasan tersebut karena di dalam ajaran agama Islam, setiap manusia disunnahkan untuk berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan sesuatu agar semua yang dilakukan menjadi berkah. Selanjutnya dalam upacara ini seorang anrong guru selaku pemimpin upacara akan memulai pembacaan doa keselamatan bagi para nelayan agar mereka mendapatkan hasil yang melimpah dan terhindar dari bala. Sehingga, dari kesamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ritual ini tetap mengedepankan ajaran agama Islam sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Tangisan keluarga membawa bala

            Saat proses upacara patorani tidak hanya keluarga dekat tetapi juga kerabat jauh dilarang keras untuk meneteskan air matanya, dalam hal ini bersedih atas kepergian anggota keluarga untuk menangkap ikan torani karena dianggap akan membawa kesialan dan kegagalan hasil tangkapan torani.

            Dari beberapa keunikan yang terdapat dalam upacara adat patorani, dapat disimpulkan bahwa upacara adat ini sangatlah krusial bagi kehidupan masyarakat pesisir pantai di wilayah Galesong serta tidak lepas dari pengaruh unsur-unsur ajaran agama Islam. Tugalesong sangat meyakini bahwa dengan memohon perlindungan dari Sang Pencipta disertai dengan pelaksanaan upacara adat patorani, diharapkan para nelayan akan mendapatkan keberkahan berupa hasil tangkapan torani yang melimpah. Sebagai generasi muda, upacara adat patorani perlu dilestarikan sebagai wujud kepedulian dan pelestarian budaya bangsa di era industri 4.0. Pelestarian tersebut dapat dilakukan melalui: (1) Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan dalam diri tentang pentingnya suatu budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, berupa melakukan gelar wicara ke berbagai sekolah maupun di lingkungan masyarakat luas. (2) Mengadaptasi budaya ke dalam ranah kemajuan teknologi dengan cara menciptakan film dengan tema upacara adat patorani kemudian diunggah ke berbagai media sosial seperti, Youtube, Facebook, Instagram, dll. Sehingga kebiasaan ini tetap lestari di tengah-tengah kemajuan bangsa.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun