Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Laba Tidak Lagi Menjadi Tujuan Utama dalam Bisnis

17 Februari 2023   06:42 Diperbarui: 17 Februari 2023   07:08 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (Sumber: Dokumen pribadi)

Apa yang bisa Anda pikirkan dalam benak Anda tentang dibangunnya sebuah usaha atau bisnis? Tentu ingin mendapatkan laba sebesar-besarnya, bahkan karena faktor laba ini yang sering membuat para petinggi perusahaan mengganggp laba sebagi hasil akhir dari sebuah kinerja. Tentu tulisan ini "saat laba tidak lagi menjadi tujuan bisnis" akan membuat banyak kontra apalagi di era seperti saat ini, dimana laba yang didapat akan menghasilkan sebuah efek didapatkannya keuntungan, bonus misalnya.

Masih ingat dengan Mary Kay Ash? Dia adalah seorang pemilik perusahan besar, yaitu Mary Kay Cosmetics, yang beberapa tahun lalu merupakan salah satu perusahan besar dunia versi majalah Fortune.

Terdapat ungkapan yang sedikit menggelitik kita, apalagi bagi para pelaku bisnis, yang dalam kesehariannya berupaya mengejar pundi-pundi uang atau dolar demi mencapai target perusahaan yang sudah ditetapkan dalam berbagai rapat direksi. Ungkapan ini menjadi fondasi paling kokoh dari manajemen Mary Kay Cosmetics, yang mungkin saja berlawanan dengan apa yang terjadi dalam kehidupan bisnis selama ini, yaitu:

Perlakukan orang lain, sebagaimana Anda ingin diperlakukan oleh mereka.

Prinsip Mary Kay dalam membesarkan usaha ini menjadi sebuah prinsip sederhana yang sebenarnya bisa dilakukan tidak hanya mengandalkan kearoganan semata, sehingga karyawan atau pegawai yang khawatir dipecat, mau bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu:

Mulailah dengan perhatian, tenggang rasa dan kepedulian kepada orang lain. Laba adalah hasil ikutan dari keseriusan kita melaksanakan prinsip-prinsip terakhir.

Prinsip ini mungkin hampir sama dengan memanusiakan manusia yang tentu saat ini mulai berkurang feelnya, ada beberapa kasus terjadi yang sempat viral, dimana seorang buruh pabrik di suatu daerah yang sudah lembur tetapi tidak dibayar menjadi salah satu contoh kecil, bagaimana sebuah bisnis tidak memanusiakan manusia.

Sebagai sebuah penjabaran dari prinsip manajemen dan juga hukum utama terakhir, Mary Kay Ash pernah menulis bahwa setiap orang membawa kemana-mana tulisan psikologis di dahinya, yang berbunyi: "make me feel important".

Baca juga: The Power of "Believe".

Mengutip juga apa yang disampaikan Gede Prama dalam sebuah tulisan, bahwa prinsip manajemen yang menjadi tiang penyangga Mary Kay Cosmetics tersebut sangat mirip dengan pendekatan Dale Carnegie dan Stephen Covey, dimana benang merahnya terletak pada modal yang dinamakan "sentuhan kemanusiaan".

So... Tidak banyak yang bisa dilakukan saat ini apalagi bersentuhan dengan banyak orang, mengambil dari bahasa Mary Kay Ash yang berbunyi: make him/her feel important. Semoga bisa menjadi satu jalan yang mencerahkan kita semua, apalagi bagi yang berkecimpung dalam bisnis bahwa laba adalah hasil akhir dari berbagai sistem dan proses dengan berbagai pendukung dalam bisnis tersebut. Maka benar saat laba tidak lagi menjadi tujuan bisnis, akan membuat Anda yakin bahwa keberhasilan memanusiakan siapa pun yang ada dalam sistem bisnis Anda akan mendukung semesta memberikan sebuah hikmah positif dalam pencapaian laba yang luar biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun