Apalagi akhir-akhir ini cukup banyak foto maupun video yang diunggah di media sosial menimbulkan kontoversi yang memicu adanya pertengkaran.
Etika dalam dunia fotografi dan videografi memang tidak tersirat yang bahkan dapat menjadi pedoman hukum layaknya Undang-Undang dari pemerintah melainkan tersirat, yang tumbuh dari dalam diri masing-masing seorang fotografer maupun videographer dan dari referensi-referensi apa yang kita lihat.
Berikut saya telah mengumpulkan beberapa etika dalam mengambil foto dan video yang saya dapat dari pengalaman dan referensi-referensi yang saya lihat dan pelajari.
1. Patuhi peraturan
Terdapat beberapa tempat yang menerapkan peraturan dilarang memotret/merekam gambar. Biasanya peraturan tersebut terdapat pada area public seperti SPBU, mal, museum, hotel, dan lain-lain.Â
Larangan ini diberlakukan biasanya berkaitan dengan kenyamanan orang lain, privasi, keamanan dan bahkan hak cipta.
2. Beradaptasi
Dalam beberapa acara tertentu, pada saat mengambil gambar atau merekam video, kita seharusnya mampu beradaptasi dengan situasi tertentu dalam acara tersebut mulai dari cara berpakaian, tingkah laku, dan perkataan.Â
Sebagai contoh, ketika kita mendokumentasikan acara resmi seharusnya kita memakai pakaian yang rapi sesuai dengan tema acara tersebut.
3. Komunikasi
Komunikasi dalam hal ini berkaitan dengan seorang fotografer atau videografer dengan objek atau model yang akan kita rekam dan tampilkan dalam karya kita.
Kemampuan berkomunikasi yang baik dapat menjaga mood model yang akan kita jadikan objek foto maupun video, membuat model akan merasa nyaman, dengan demikian kita dapat lebih leluasa dalam mengambil gambar dan berekspresi.Â
Kasus lain berkaitan dengan pentingnya komunikasi adalah ketika kita sedang menagmbil objek human interest atau dapat dikatakan memotret/ merekam lingkungan masyarakat sekitar.
Sebelum kita mengambil atau merekam gambar, sebaiknya terlebih dahulu kita meminta ijin apakah orang tersebut bersedia untuk kita jadikan sebagai objek.Â