Mohon tunggu...
FirmanPedia
FirmanPedia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Konten Seputar Dunia Anime dan Film, Review Jujur dan opini

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sosiologi Kebersihan Lingkungan Kampusku

23 Juni 2022   11:11 Diperbarui: 23 Juni 2022   12:05 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kebersihan adalah suatu kesadaran yang sepele dan sederhana namun sulit menerapkannya dalam keseharian kita, terlebih kita sebagai manusia yang hidup di zaman sekarang sering menyepelekan kebersihan yang ada di sekitar kita pada umumnya. Kebersihan sendiri tidak harus dengan upaya yang besar seperti membuat gebrakan pembersihan pantai ataupun sungai yang sudah tercemar melainkan hal kecil seperti membuang sampah bungkus permen dan makanan ringan ke tempat sampah, ataupun dengan menyediakan dan membawa tempat khusus untuk menampung sampah tersebut misalnya bagi mereka para perokok aktif menyediakan tempat sampah mini yang bisa di bawa kemana-mana untuk digunakan sebagai tempat membuang putung rokok yang sudah dipakai.

            Namun dewasa ini, masih banyak ketidaksadaran akan kebersihan tersebut terjadi terlabih ketika hal tersebut dilakukan bukan oleh orang-orang yang berpendidikan menengah kebawah melainkan mereka yang memiliki taraf pendidikan tinggi sekelas akademisi seperti mahasiswa dan mahasiswi, sering kali walaupun berpendidikan tinggi mereka kurang sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan kebersihan lingkungan. Banyak juga hal yang menyebabkan kesadaran yang sering disepelekan setiap harinya terus terulang dikarenakan mereka-mereka ini sering sibuk dengan urusannya masing-masing seperti berkumpul dan bersosialisasi dengan komunitas, organisasi, dan teman sekarib atau sekedar teman dikelas, sambil membawa makanan, minuman dan rokok bagi mereka yang merokok. Namun, dari asiknya mereka membangun relasi dan bersosialisi dengan sesamanya mereka lupa bahwa hubungan makhluk sosial bukan hanya terjadi dengan sesamanya melainkan dengan tuhan dan lingkungan sekitar. Seorang akademisi sendiri belum bisa dikatakan akademisi yang sebenarnya apabila mereka masih menyepelekan hal sesederhana ini.

            Kebersihan lingkungan sering kali di sepelekan kecuali ada dampak yang diakibatkan dari ketidakpedulian akan lingkungan tersebut misalnya saja banjir, krisis air bersih, polusi udara yang terjadi. Dampak seperti itu hanyalah sedikit dari banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan manusia yang tidak peduli dengan kebersihan sampah di lingkungannya. Kita seharusnya sebagai manusia harus memiliki kesadaran yang tinggi akan hal ini karena kita adalah ciptaan tuhan yang diberkahi dengan akal, pikiran dan perasaan yang sewajarnya dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat terlebih apabila itu terjadi di lingkungan kita  dan terus terus terulang setiap harinya tanpa adanya usaha dan pemikiran yang signifikan akan adanya suatu kebijakan atau tindakan yang menyadarkan khalayak umum, terlebih di lingkungan kampus yang di dalamnya terdapat banyak sekali orang-orang yang berintelektual tinggi baik dari mereka yang berpandangan dan berintelektual umum dan mereka yang berpandangan dari sudut keagamaan. Seharusnya para akademisi ini sendirilah yang menjadi pionir pencetus akan kesadaran itu agar terus ditegakkan dan dibiasakan sampai memunculkan suatu adat dan budaya kebiasaan dalam menjaga lingkungan.

            Di dalam dunia pendidikan di kampus sendiri seringkali kita di jelaskan oleh para dosen bahwa budaya yang tercipta di masyarakat adalah sesuatu yang berangkat dari suatu perilaku yang umum dilakukan oleh suatu kaum atau masyarakat yang terus terulang hingga menjadi suatu kebiasaan dan budaya yang lestari hingga sampai kapanpun. Namun, apa jadinya apabila budaya yang dihasilkan adalah budaya yang memiliki dampak buruk bagi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Itu sebabnya mahasiswa dan mahasiswilah yang memiliki daya intelektual tinggi harus menjadi agent of change atau sebagai agen perubahan yang membawa kemasyalahatan untuk kepentingan bersama. Hal-hal kecil yang harus di lakukan oleh para akademisi sendiri dapat dilakukan dengan membiasakan lewat pola perilaku dan tindakannya sehari-hari sebelum mengajak orang-orang disekitarnya untuk ikut serta dalam menjaga sendi-sendi kehidupan manusia agar terus terjaga dan bekerja seperti semestinya.

              Terlebih di Indonesia sendiri dunia perkuliahan terbagi menjadi beberapa kampus yang pengklarifikasiannya seperti kampus umum, kampus keagamaan dan kampus teknik yang memiliki standar dan kebijakan kebersihannya sendiri-sendiri terlebih bagi kampus-kampus yang memiliki organisasi intra kampus yang menunjang akan kepeduliannya terhadap lingkungan ataupun semisal organisasi pecinta alam. Misalnya saja di kampus umum mahasiswa dan mahasiswinya cenderung menjaga kebersihan di dalam dan sekitar kampusnya karena memang memiki pembiasaan pola hidup bersih yang seperti itu. Mereka ini berlandaskan pola kesadaran yang di tunjang oleh kebudayaan yang mereka lakukan di kampus, itupun bagi mereka yang sadar saja dan ada juga yang walaupun di tekankan dalam peraturan dan himbauan di kampusnya tapi tetap saja tidak dipedulikan oleh masyarakat yang ada di dalam kampus tersebut lebih-lebih disaat usainya jam perkuliahan dan disaat mereka hanya sekedar beristirahat saja di tempat-tempat tongkrongan tertentu di dalam kampus maupun diluar dan sekitar kampus.

            Hal tersebut juga terjadi sama halnya di kampus-kampus teknik dan keagamaan. Namun bedanya, di kampus-kampus keagamaan dijadikan fokus yang teramat penting karena diajaran setiap agama selalu mengajarkan pentingnya menjaga hubungan antar manusia, alam dan terlebih kepada sang pencipta segalanya yaitu tuhan. Misalnya saja di kampus-kampus keagamaan Islam yang di dalamnya sebagai pusat keilmuan dan pengetahuan keagamaan, haruslah memiliki kesadaran yang lebih tinggi karena di tempat-tempat tertentu seperti di ruangan kelasnya terdapat iklan himbauan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan. Iklan-iklan yang biasanya tertulis itu di tempel dalam bentuk poster-poster yang bertujuan untuk menarik audiens ataupun sekedar mengajak mereka untuk peduli terhadap lingkungan. Contoh tulisan yang biasanya ada di poster-poster tersebut misalnya “Kebersihan Sebagian daripada Iman”, “Yang menjaga kebersihan berarti mereka yang beriman”dan lain sebagainya. Namun, apakah hal itu mereka lakukan ketika mereka berada di luar ruangan tersebut. Nyatanya tidak, selepas keluar dari tempat tersebut mereka cenderung mengabaikan ajakan dan ajaran yang diberikan lewat poster-poster itu tadi. Padahal maksud di letakkannya poster-poster itu adalah bagaimana kita untuk bisa membangun kesadaran atas kepedulian kita terhadap keberlangsungan lingkungan yang bersih dan sehat. Banyak sekali kebermanfaatan lingkungan yang jarang kita sadari seperti di kelas. Apabila kondisi di dalam kelas bersih, nyaman dan tentram kita akan merasa betah berlama-lama di dalamnya serta kita akan lebih mudah menerima penyampaian pembelajaran yang dilakukan di kelas. Itu sebabnya kita selaku akademisi baik itu dari kampus umum, teknik ataupun yang keagamaan sekalipun, harus mulai peduli terhadap lingkungan sekitar karena dengan terjaganya lingkungan yang ada, akan menunjang keberlangsungan kehidupan terlebih dalam aspek bersosialisasi dengan sesama. Misalnya saja, kita bersosialisasi mana mungkin bisa nyaman berbincang-bincang apabila kita berada di kondisi lingkungan yang sedang mengalami bencana banjir pada waktu itu. Seharusnya kita sebagai akademisi yang sadar, baik yang sudah lulus ataupun masih berproses di dalam kampus harus mulai mengajak diri kita serta orang-orang di sekitar agar peduli akan pentingnya hal tersebut. Karena dari banyaknya bencana alam yang terjadi pada dewasa ini, itu tidak luput dari kesalahan yang dilakukan oleh manusia tanpa mereka sadari seperti halnya peristiwa banjir, polusi udara karena bau sampah, masalah air bersih dan sehat karena teracuni limbah di selokan dan sebagainya.

            Sekian kurang lebihnya penulis memohon maaf atas tulisan yang masih penulis rasa harus lebih dikembangkan lagi untuk kedepannya karena masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap para pembaca bisa ikut serta menuangkan kritik, saran, dan masukan yang membangun untuk kedepannya. Ide penulisan artikel inipun dilatarbelakangi oleh keresahan penulis mengenai kondisi kebersihan yang ada di kampus penulis sendiri, terlebih di depan kampus yang setiap malamnya dijadikan sebagai tempat tongkrongan untuk membangun relasi dan sosialisasi. Namun, sehabis berkumpul mereka malah mengesampingkan kebersihan yang ada karena cenderung berpangku tangan kepada petugas kebersihan yang ada. Bukankah selayaknya orang yang diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang tinggi harus mencontohkan perilaku yang baik walaupun dengan melakukan hal yang sederhana, sepele dan seringkali diabaikan oleh khalayak ramai. Semoga saja dengan adanya tulisan artikel ini bisa menunjang kesadaran dan kepedulian para kaum akademisi dan masyarakat di sekitar kampus penulis agar dapat ikut serta mensukseskan misi lingkungan hidup untuk melestarikan lingkungan yang sehat agar dapat dinikmati keindahan dan kelestariannya untuk generasi di masa yang akan mendatang.

Note: Artikel ini tidak ditujukan untuk menyinggung pihak-pihak tertentu melainkan hanya bersifat himbauan dan ajakan akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan membudayakan pola hidup sehat dan bersih dari hal sepele seperti membuang sampah pada tempatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun