Mohon tunggu...
Firman Seponada
Firman Seponada Mohon Tunggu... -

Memegang idealisme itu laksana menggenggam bara api. Tak banyak orang mau melakukannya. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari pelindung telapak agar tak melepuh.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menculik Petani Pembual

5 Mei 2010   12:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:23 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_133959" align="alignleft" width="300" caption="Om Syam temu kangen sama Uwaknya di Lembah Sarijo. (Dok. Pribadi)"][/caption] Rabu pagi tadi hati saya kecut. Meluncur dari kawasan pegunungan Sukadanaham sehabis begadang, langit kelabu tua. Mau hujan, pikir saya. Padahal, jam 9 pagi saya harus menjemput Syam di Dinas Kominfo Lampung. Sampai rumah, matahari jam 7 pagi yang biasanya membikin benderang, kali ini sinarnya tak mampu menembus awan. “Gawat, bisa berabe nih urusan…” saya membatin. Terus terang cuaca gelap pagi itu membuat risau. Sebab, saya sudah berjanji dengan mantap kepada si Gondrong Kurus itu untuk menculik dia hari ini. Satu-satunya mobil kantor sedang dibawa Mas Imam Subari ke Lampung Timur meliput perempuan cantik yang mendalangi pembunuhan suaminya. Sehingga, untuk mengakomodasi Syam harapan tinggal kepada skuter yang tidak kebal hujan. Sampai pukul 8 pagi kotaku masih gelap. Meskipun begitu, usai sarapan saya tetap bergegas mandi agar bisa ontime tiba di kantor Pemda. Sedang bersalin pakaian di kamar saya melihat cuaca secara perlahan menjadi cerah. Keluar rumah, saya tengok langit, tampak awan hitam bergerak agak cepat diseret angin menuju utara Kota Bandarlampung. Alhamdulillah, tak jadi hujan! Tuhan berpihak kepada engkau hari ini Syam! Jam 9 kurang 20 menit saya meluncur dari rumah. Tiba di kantor Pemda Provinsi persis pukul 9.00. Saya memarkir skuter di basement gedung DPRD Lampung yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari kantor Dinas Kominfo. [caption id="attachment_133960" align="alignright" width="253" caption="Kak Ijal, di rumah aktivis senior ini Om Syam menginap. (Dok. Syamsurrizal)"][/caption] “Hei!” teriak Syam ketika melihat saya muncul di muka kantor yang dulunya Biro Infokom itu. “Sori Om Syam, saya salamin senior dulu.” Saya menyalami Kak Ijal (Syamsurrizal) kemudian Syam. Kak Ijal ini aktivis senior LSM di Lampung. Berjumpa lelaki yang rambutnya sudah putih semua inilah alasan Syam bertandang ke Lampung. Dia Ketua Watala, ketika LSM lingkungan hidup ini masih sebagai organisasi mahasiswa pecinta alam di Fakultas Pertanian Unila. Kak Ijal juga pernah menjabat Direktur PKBI Daerah Lampung. Sekarang dia dipercaya menjadi salah seorang Tim Seleksi Anggota Komisi Informasi Publik (KIP) Lampung. Tim ini bersekretariat di Dinas Kominfo. Itulah alasan Syam pagi-pagi sudah ada di kantor ini. “Man, tolong amankan dulu Syam. Saya pagi ini rapat,” kata Kak Ijal. Saya maklum, Tim Seleksi Anggota KIP Lampung memang sedang sibuk-sibuknya menjaring calon komisioner. Akhir Mei ini sudah harus terbentuk untuk menjamin masyarakat bisa mengakses informasi publik. [caption id="attachment_133963" align="alignleft" width="229" caption="Firman tiba di LTV dijepret Om Syam"][/caption] Saya pun mengajak Syam kabur dari Kantor Pemda. Sekretariat Walhi adalah tujuan utama kami. Saya dan Syam memang aktivis LSM lingkungan hidup ini. Tiba di kantor sederhana itu, kami disambut seorang staf. “Mana kawan-kawan pengurus?” tanya saya. “Agak siang baru pada muncul, Bang,” jawab staf yang saya tak tahu namanya. Dia baru tiga bulan bekerja di LSM yang saya pernah menjadi pengurusnya itu. Saya segera kontak Hendrawan, Direktur Eksekutif Walhi Daerah Lampung. “Di mana Hen? Saya di Walhi nih sama Syam.” “Waduh, saya lagi di Tanggamus Bang.” Saya juga mengontak Supriyanto, ketua Dewan Daerah Walhi Lampung. Dia pun tak bisa ke Walhi karena akan berjumpa seseorang. Jadilah saya dan Syam berbincang berdua ditemani kopi tubruk seduhan staf yang baik dan santun itu. Tercatat ada dua aktivis Walhi singgah dan sempat berbincang dengan kami. Berdua saja, banyak hal menjadi topik bualan kami. Mulai dari ancaman perkebunan sawit hingga maraknya pertambangan emas di Lampung. Syam juga bercerita tentang pahit getir perjuangannya selama menjadi aktivis lingkungan di Sumatera Selatan. Sampai pukul 11.30, tidak satupun pengurus Walhi menunjukkan batang hidung mereka. Saya pun mengajak Syam cabut untuk mencari makan siang. Meluncur ke kawasan GOR Saburai, Enggal, kami singgah di pondok santap prasmanan. Sembari membayar utang kepada usus, kami juga membual banyak hal. Tetapi tentu saja umumnya soal lingkungan hidup. Logistik sektor tengah sudah aman, kami beranjak dari warung makan yang menu-menunya lezat dengan harga relatif murah ini. Saya tengok Syam merogoh dompet yang terselip di kantong belakang celananya. “Biar saya yang bayar Om,” kata saya. Tak sopan rasanya makan dibayari kawan jauh. Buruh media macam saya masihlah punya kalau sekadar sepuluh dua puluh ribu. “Ya sudah kalau gitu. Saya kan tamu ya. Hehehehe,” balas Syam. Dari pondok santap yang pemiliknya ramah itu, kami meluncur ke Hutan Monyet Lembah Sarijo. Syam hendak saya ajak melihat uwaknya di sana. Untuk hutan ini, biarlah Syam yang berkisah. Apalagi saya pernah menuturkannya di sini. Puas melihat polah satwa jenaka itu, saya boyong Syam ke LTV. Kantor yang jauh dari mentereng dan berada di daerah pegunungan pinggir kota yang masih berhutan. Kami rehat di kawasan berhawa sejuk ini sambil menunggu kepulangan Mas Imam Subari dari meliput di Lampung Timur. Catatan: Postingan ini bukan feature wisata atau kuliner. Sekadar jurnal kegiatan saya dan Syam dari pagi hingga sore di Bandarlampung yang urung hujan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun