Mohon tunggu...
Firman
Firman Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Ikhtiar Dibarengi Dengan Doa

6 Agustus 2022   11:23 Diperbarui: 6 Agustus 2022   11:29 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh penaku.smampuraseda.sch.id

Tidak ada usaha yang sia-sia, begitulah ungkapan pribahasa bijak yang mungkin dapat memacu semangat kita. Dalam setiap melakukan aktivitas tentu untuk mendapat hasil yang maksimal, dibutuhkan ikhtiar dan usaha yang sungguh-sungguh.

Masih cukup jelas teringat, ketika saya sedang menyelesaikan tugas akhir S2 saya di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Saat itu saya sempat kehilangan harapan untuk bisa selesai dan lulus tepat waktu.

Entah bagaimana semakin hari situasi seolah semakin rumit diselesaikan. Pressure dari dosen dan tuntutan akademik kerap membuat saya bergadang setiap malam sampai pagi, menyelesaikan tugas-tugas. Dan suatu ketika sempat terbesit dalam diri saya untuk menyerah “ya sudahlah tidak apa-apa walaupun molor, lagian kan saya kuliah sambil kerja, sulit mengatur waktu”.  

Kata-kata itu terdengar biasanya saja, tapi tahukah kita hal itu adalah ungkapan pembenaran atas kegagalan yang mensugesti pada diri kita, bahwa kita sudah berupaya semampu kita. Yang akhirnya akan membatasi kemampuan kita untuk mencoba kembali dan berikhtiar lebih keras dari biasanya.

Hari demi-hari saya melakukan perenungan pada diri saya. Apa yang salah dari diri saya, terus-menerus saya lakukan hingga akhirnya suatu ketika, saya curahkan kepada ibu saya soal kesulitan-kesulitan yang saya alami. Ibu saya nampak begitu tenang mendengar keluh kesah yang diungkapkan sang buah hati.

Di akhir cerita saya sampaikan kepada ibu saya, bu saya sudah berupaya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang saya miliki, namun sepertinya saya sudah hampir tidak kuat lagi. Tidak ada lagi harapan saya bu selain do’a ibu agar saya bisa tetap semangat menyelesaikan studi saya.

Setelah selesai saya bercerita, kemudian beliau memberikan nasehat pada saya. “Nak ibu yakin kamu bisa, ibu pasti akan selalu mendo’akan kamu, selagi ibu masih sehat dan diberikan panjang umur, ibu ingin melihat kamu suatu hari berhasil”.

Semenjak saat itu semangat saya untuk menyelesaikan studi meningkat 1200, dan komunikasi saya dengan orang tua semakin intens. Setiap waktu saya menyampaikan progres saya kepada ibu saya, sambil diselingi bercerita mengenai kabar keluarga, untuk memastikan semuanya sehat dan baik-baik saja.

Hal itu saya lakukan secara rutin, sampai akhirnya saya dinyatakan lulus dan selesai mendaftar wisuda. Disitulah saya sadar bahwa betapa kekuatan do’a seorang ibu, menjadi sesuatu paling berarti yang kita miliki. Sesuatu yang rasanya tidak mungkin ternyata bisa dilampaui. Kemampuan yang kita miliki belum apa-apa tanpa dibarengi do’a seorang ibu.

Mari selalu bersyukur bagi kita yang masih memiliki seorang ibu membersamai kita. Semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan dan panjang umur serta dijaga oleh Allah SWT. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun