Mohon tunggu...
Firman sabar
Firman sabar Mohon Tunggu... Bankir - Manager Perbankan

Peminat sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan Ziarah Rakeyan Sancang: Sri Baduga Raja Hind dari Negeri Sungai-sungai

14 Mei 2023   20:32 Diperbarui: 14 Mei 2023   20:34 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Penulis

Awal tahun 2023, tepatnya di bulan Januari, saya dan teman-teman berencana untuk melakukan ziarah ke beberapa kota. Garut-Cirebon-Pekalongan adalah rute ziarah yang kami tetapkan. Kami semua bersepuluh. Kami berasal dari beberapa kota, ada yang dari Garut, Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. 

Malam Jumat, kami bertemu di sebuah majelis pengajian di kota Bandung. Setelah mengikuti acara pembacaan shalawat dan doa bersama, kami berkumpul bermusyawarah mengenai rute ziarah yang kami tetapkan sebelumnya. Singkat cerita, karena berbagai pertimbangan, kami akhirnya sepakat untuk merubah rute ziarah. 

Rute yang sebelumya dimulai dari Garut, kami rubah. Ziarah dimulai dari Pekalongan kemudian ke Cirebon dan berakhir di Garut. Karena kondisi, saya dan beberapa teman tidak dapat ikut ziarah ke Pekalongan dan Cirebon. Saya dan tiga teman saya akan menunggu di Garut, sedangkan yang lainnya berangkat ke Pekalongan. 

Jumat pagi harinya, setelah sholat subuh berjamaah, kamipun berpisah. Saya kembali ke Garut, tiga orang teman saya kembali ke rumah masing-masing, dan enam orang lagi bertolak ke Pekalongan. Kami berjanji untuk bertemu di Garut pada malam harinya.

Di Pekalongan, teman-teman berziarah ke makam guru kami, Imam Hazahirin. Beliau adalah orang bijak yang pernah kami temui. Semasa hidup, beliau wakafkan dirinya untuk melayani sesama. Kami sering datang menumpahkan segala keluh kesah kami tentang kehidupan. Beliau selalu mendengarkan kami. Ringan rasanya hidup kami, jika kami telah bertemu beliau. Bersama beliau, kami bisa mentertawakan masalah yang awalnya terasa berat. Beliau tanggapi masalah kami dengan tenang dan bijak. Jauh dari kesan serius, beliau sangat humoris. Itulah mengapa kami sangat nyaman dekat beliau. Sayangnya, perjumpaan kami tak begitu lama. Tahun 2021, beliau pergi meninggalkan kami.

Dari pusara Imam Hazahirin, mereka bertolak berangkat ke Cirebon untuk berziarah kepada Sunan Gunung Jati dan Syaikh Siti Jenar. Dua tokoh legendaris penyebar Islam di tanah Jawa. Yang satu sangat populer dan yang satu lagi sangat kontroversial. Tetapi, bagi kami mereka berdua memendarkan cahaya yang sama.

Setelah menuntaskan ziarah di Cirebon, mereka langsung menuju Garut. Sabtu, pukul 02.00 dini hari, mereka tiba di rumah. Saat itu, tiga orang teman dari Bandung sudah tiba terlebih dahulu. Kedatangan mereka pun menggenapi jumlah kami.

Sekitar pukul 07.00, kami terbangun. Kami lewati pagi dengan sarapan dan bercengkrama bersama. Setelah dua jam berlalu dan kami masing-masing sudah mempersiapkan diri, kamipun berangkat memulai perjalanan ke lokasi ziarah. Tetapi sebelum menuju lokasi ziarah, kami pergi mengunjungi rumah Abah Wahyu Yunus. 

Abah adalah ketua ormas yang membenahi lokasi ziarah yang kami tuju. Ormas itu bernama Gagak Lumejang. Karena kebaikan hatinya, Abah berkenan mengantarkan kami ke lokasi ziarah. Sekitar pukul 10.00 kami tiba di rumah Abah. Kami disambut dengan sangat ramah. Kami habiskan waktu satu jam untuk bercengkrama di sana. Pukul 11.00 kamipun bertolak dari rumah Abah menuju lokasi ziarah di Gunung Nagara, Garut Selatan.

Kami dan tim Abah berangkat dengan menggunakan empat mobil. Perjalanan cukup jauh. Melewati jalan yang tidak seberapa lebar, berkelok dan berlubang. Tetapi, pemandangan yang kami lalui sangat indah. Rangkaian bukit dan gunung, hamparan kebun teh yang hijau, tebing batu yang eksotis, membuat kami bisa menikmati perjalanan. Ditengah perjalanan, hujanpun turun cukup lebat. 

Setelah sekitar tiga jam berlalu, kami tiba di lokasi ziarah. Kedatangan kami disambut sebuah gapura yang tersusun dari batu bata merah dan anak tangga yang tersusun rapi menanjak. Setelah berfoto-foto sejenak di gapura, kami semua mulai meniti anak tangga. Beberapa teman dan tim Abah berangkat terlebih dahulu, sedangkan saya dan tiga orang teman: Reza, Firman, dan Oki berangkat kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun