Suatu ketika, setiap pagi hari saya selalu melihat para tetangga yang berangkat bekerja. Ada suami saja yang bekerja. Dan ada juga suami istri yang bekerja.
Kadang jika berpapasan di depan rumah, mereka menyapa: "Belum berangkat, kang?" Awalnya saya tanggapi biasa. Tapi lama lama, kok terasa bikin hati sesak yah.
Sampai akhirnya, saya memilih menghindar berpapasan tetangga yang berangkat kerja di pagi hari. Saya tidak mau para tetangga tahu kalau saya itu sedang tidak bekerja.
Pernah nggak, mengalami kejadian seperti saya itu? Tapi sebetulnya, hal lain yang menyesakkan adalah saat bangun tidur di pagi hari, kita bingung mau ngapain nih hari ini?
Hidup saya terasa kusut. Tidak jelas mau kemana. Buka laptop setiap hari, cuma sekedar lihat-lihat info lowongan kerja. Jika ada yang cocok, siapin CV dan langsung apply.
Hari-hari saya juga, pasti tidak pernah terlepas dari Hp, sang telepon yang pintar. Setiap saat, saya buka Hape, scroll FB, IG dan Tiktok melototin postingan orang. Jika ada info lowongan, langsung saya apply saat itu juga.
Lain waktu, saya nyalakan televisi. Tapi tak lama saya nonton acara di TV, karena sekarang ini acaranya banyak yang membosankan. TV pun saya matikan.
Kembali saya raih Hp. Saya buka FB, saya unggah status. Saya komentari status orang. IG dan Tiktok pun kembali saya lihat. Laptop saya buka tapi hanya untuk mendengarkan musik.
Tak terasa, kepala saya terkulai. Tertidur. Lalu saya terbangunkan oleh suara  deru knalpot motor yang nyaring. Entah berapa lama saya tertidur.
Demikian seperti itulah, garis besar kegiatan saya sehari-hari saat menganggur. Dari bangun tidur di pagi hari, ketiduran di waktu siang menjelang sore, hingga tidur lagi di saat malam. Sungguh membosankan. Itulah Dilema Pengangguran.
Hingga saya merasa ngeri, kok hari-hari saya cuma gini-gini aja yah? Perasaan saya sangat campur aduk. Geram, sedih, marah dan sakit hati. Saya merasa tak berguna. Hampa.