Mohon tunggu...
Firdha Laila
Firdha Laila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Bebas, asal bertanggung jawab

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Ideologi Tak Lagi Serasi(?)

25 September 2022   22:09 Diperbarui: 25 September 2022   22:29 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hidup dan tumbuh di negeri dengan kekayaan dan keberagamannya ini, tentu tak asing lagi dengan kehidupan beragama. Karena tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang mengakui dan meyakini eksistensi Tuhan.

Terbukti dengan disahkannya enam agama dan diberi kebebasan dalam memilih untuk menganut salah satunya oleh warga Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya sinergi yang mendorong keselarasan antara ideologi dengan kebutuhan ruhani manusia itu sendiri.

Negeri dengan lambang burung Garuda ini menjunjung tinggi ideologi Pancasila. Ideologi dengan sila-silanya yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan rakyat Indonesia. Salah satumya  nilai agama yang tercantum pada sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kehidupan beragama dalam keseharian masyarakat Indonesia sudah sangat mengakar, terutama agama Islam . Mayoritas agama yang dianut oleh penduduk Indonesia.

Sebentar dulu, sepertinya penggunaan istilah “mengakar” sebelumnya masih belum tepat. Karena pada penerapannya, pemahaman beragama dalam kehidupan sehari-hari masih suka ‘kecolongan’.

Terutama pada pemeluk agama mayoritas ini. Berdasarkan data jumlah pemeluknya, agama Islam memang menang dalam hal ini. Akan tetapi, jumlah yang sebegitu besar ini seolah hanya angka dan data.

Karena data tersebut diambil berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP) yang menjadi pendataan identitas warga Indonesia. Di kartu identitas tersebut wajib untuk mencantumkan agama apa yang dianut.

Nah, karena banyak yang lahir dari orang tua ataupun banyak di sekitarnya yang menganut agama Islam, membuat mereka tak perlu sulit untuk memutuskan untuk mencantumkan pada identitas KTP-nya bahwa ia juga beragama Islam.

Padahal kenyataannya, banyak dari mereka yang mencantumkan identitas beragama Islam tersebut bahkan belum memiliki pemahaman terkait agama Islam itu sendiri. Hal inilah yang menjadi ironi kehidupan beragama di dalam  masyarakat kita.

Sehingga sering terjadi gap antara agama Islam dengan bagaimana masyarakat menjalani kehidupannya. Agama ini seolah-olah  hanyalah alat yang dipakai pada saat-saat tertentu saja. Contohnya, akhir-akhir ini marak penggunaan simbol-simbol agama (Islam khususnya) untuk suatu tujuan duniawi (seperti dalam  politik, ekonomi, dsb) yang sebenarnya itu bertentangan dan tidak dibenarkan dalam agama.

Berdasarkan riset, umat Islam itu memiliki over estimate, sering menganggap jika simbol-simbol tersebut sudah terpasang, maka segala-galanya seolah sudah tercapai. Padahal sebenarnya yang paling penting dan sangat mendasar ialah perilaku di belakang simbol itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun