Seribu hariku mulai pecah dengan kalbu berkeping-keping, anganku mulai kalah pada hati yang melawan takdir.
Kau memasuki ruang cerita kepada awan tanpa terang. Rintik segera berjatuhan begitu sigap dan kau enggan menerimanya.
Payahnya lagi, payungku binasa jika diam-diam menyelinap sampai gerbang labirin ketenangan. Berbagai pandang tak terbinar sudah kau soroti pada bola mataku.
Setelah menyoroti pandangku, kau belum juga siuman bahwa aku melampiri sinar pada narasi lesuh yang kau kumandangkan dalam setiap musim.
Sesungguhnya, aku sudah tunduk dengan tetesan bulir yang malu-malu terbit dipadu rasa tawar.
Bisakah kau bernostalgia diantara peluk dan peliknya lembaran hayat bersamaku?
-fap
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI