Ramadan sore itu terasa seperti ujian kesabaran. Shanum duduk di sudut dapur Bu Puji, tangan kecilnya sibuk mencetak adonan nastar.
Tapi fokusnya terbagi... antara kue yang harus selesai dan celengan ayam kecil di sudut meja.
Celengan itu sudah berat, isinya hasil kerja keras Shanum selama dua minggu terakhir.
"Shanum, uangmu udah cukup kan buat baju Umma? Jangan kepikiran jajan terus, ya," ujar Bu Puji sambil tertawa kecil.
Shanum tersenyum tipis. Dalam hatinya, janji itu terus berkumandang:
Tahun ini, Umma harus punya baju Lebaran.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, saat Umma selalu bilang, "Baju lama Umma masih bagus, kok," meski Shanum tahu kainnya sudah pudar dan robek kecil di bahu.
Godaan di Pasar Ramadan
Pasar sore itu hidup dengan keramaian. Suara pedagang bersahutan, aroma kolak dan gorengan memenuhi udara.
Shanum berjalan pelan, celengan ayam tergenggam erat, matanya awas mencari kios baju. Namun langkahnya mendadak terhenti.
Matanya tertumbuk pada sebuah kios kecil, dan di sana, duduklah boneka kain berwarna cokelat muda.