Mohon tunggu...
fiqri Rafii
fiqri Rafii Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama Punya Seribu Nyawa

15 Mei 2019   04:19 Diperbarui: 15 Mei 2019   04:23 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Terhadap agama, kita sering mempunyai sikap yang mendua. Terkadang agama diyakini dan dibela keberadaan dan kebenarannya, namun disaat yang sama terkadang dibenci dan dicaci. Sejarah manusia mencatat, selalu muncul sekelompok pemikir dan gerakan politik yang terang-terangan membenci agama serta berusaha membasminya. Tetapi, harapan itu tidak berhasil. Buktinya, sampai detik ini secara praktis masih banyak manusia yang menjalani kehidupan beragama.

Paham dan gerakan komunisme-ateisme, secara terang-terangan berdiri sebagai musuh agama, dengan tokohnya seperti Lenin dan Marx. Ada juga filsuf dan ilmuwan kiwari seperti Richard Dawkins, Christopher Hitchen, dan Sam Haris, yang secara sistematis membangun argumen ilmiah-rasional untuk meragukan kebenaran agama, bila perlu dihapuskan ja agama. Mereka sepakat menyatakan bahwa berbagai dalil, keyakinan, dan pengalaman keagamaan itu hanyalah kepalsuan dan omong kosong.

Tetapi, lagi-lagi serangan itu tidak membuat agama mati dan ditinggalkan pemeluknya. Justru yang kini tengah berlangsung semangat dan militansi beragama semakin meningkat diberbagai belahan dunia. 

Kebencian sekelompok orang pada agama memang cukup beralasan, yang antara lain disebabkan perilaku sebagian umat beragama dengan dalih membela Tuhan dan menyebarkan agama, malah menciptakan perpecahan ditengah masyarakat, bahkan perujung pada peperangan. 

Tak ada konflik dan perang yang paling panjang dan berdarah-berdarah selain perang antarkelompok agama.

Tak ada debat keagamaan yang tidak mendorong munculnya sikap emosional. Jika nalar sehat, cinta kasih, dan ketulusan hati tidak menyertainya, maka tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa agama memang sering menjadi sumber konflik dan pertengkaran. Ujungnya, keyakinan dan nama Tuhan dibawa-bawa untuk melangsungkan peperangan. Parahnya lagi, perang itu diyakini sebagai perang suci (holy war). 

Seolah-olah, apapun harus dilakukan meskipun dengan menumpahkan darah. Sering kali persoalan itu muncul lantaran perdebatan doktrin, keyakinan dan pemahaman terhadap agama.

Hal yang juga menarik terkadang para pemerhati sejarah agama, fenomena keyakinan pada Tuhan dan ritual keagamaan tak pernah hilang dan mati dari kehidupan masyarakat dari zaman ke zaman, dengan berbagai ragamnya. Padahal, beberapa pemikir modern memperkirakan bahwa agama akan mati dengan sendirinya, sekalipun tanpa dibasmi, ketika ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek) sudah maju. 

Mereka berargumen, ketika semua persoalan hidup bisa dijawab dan diselesaikan dengan jasa iptek, Tuhan tak lagi diperlukan. Dengan kata lain, Tuhan diprediksi pensiun dini ketika manusia sudah mampu mengatasi ragam persoalan hidup melalui ilmu dan tekhnologi.

Dengan demikian, agama tak akan pernah bisa terbunuh, apalagi Tuhan. Masjid bisa saja dibakar, gereja bisa saja diratakan, tempat-tempat ibadah yang lainnya pun bisa saja digusur, tetapi keyakinan personal tak akan bisa dihanguskan begitu saja oleh orang lain, oleh filsuf atau pemikir sains sekalipun. Sepanjang manusia "nyambung" dengan akar primordialnya yang sejati, nyawa-nyawa agama senantiasa subur dan abadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun