Mohon tunggu...
Fiqram Iqra Pradana
Fiqram Iqra Pradana Mohon Tunggu... Freelancer - Menyukai hal yang berbeda

Biasa saja!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Mau Rugi Dua Kali!

12 Desember 2019   02:28 Diperbarui: 15 Desember 2019   08:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: Pixabay)

Kali ini saya akan menulis hal sederhana dan dalam tulisan ini pula saya akan sering bertanya. Hal sederhana itu mungkin sering luput dari pemikiran kita bahkan kita sering sekali untuk mengulanginya tanpa ada upaya untuk menghentikannya. Apa itu? Terlalu memikirkan perkataan negatif orang lain.

Yah, kita manusia selalu saja dihantui ilusi-ilusi yang berlebihan tentang diri kita karena terlalu jarang melihat kedalam diri kita. Hampir semua orang ingin dinilai baik oleh orang lain, bahkan terkadang kita menyiksa diri kita hanya untuk mendapatkan pujian baik dari orang-orang disekeliling kita. Ada salah sedikit saja atau ada komentar negatif sedikit saja, kita memikirkannya hampir berhari-hari dan sering pula sampai memasukkannya ke hati.

Apakah manusia tidak boleh salah atau melakukan kesalahan? Bukannya kesalahan adalah bagian dari proses belajar? Adakah manusia di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan? Bahkan sekelas nabi dan orang-orang suci pun pasti pernah melakukan kesalahan. Apalagi cuma kita ini yang hanya manusia biasa.

Adilkah kita ketika mematok standar dari luar diri kita --ikut-ikutan karena banyak yang melakukan- sedangkan diri kita menghendaki hal yang berbeda? Apakah orang-orang yang kita ikuti tersebut bertanggung jawab terhadap hidup kita? Apakah ada jaminan bahwa ketika kita mengikuti kebanyakan, kita akan sukses dan pasti dinilai baik atau disukai oleh orang-orang?

Terlalu memikirkan perkataan negatif orang lain membuat kita kehilangan energi positif dan ujung-ujungnya pasti ngebatin dan seharian waktu kita habis hanya karena kejadian tidak kurang dari 60 detik itu. 

Sadarkah bahwa perilaku tersebut menyiksa diri kita? Apakah perkataan baik orang lain tentang diri kita lebih baik dari rasa cinta kita kepada diri kita sendiri? Sadarkah selama ini bahwa ketika kita sedih, marah, dongkol, kecewa, menangis dan ngebatin karena perkataan orang lain kita telah rugi dua kali?

Kita Boleh Salah

Kita harus bisa mengakui bahwa kita adalah manusia biasa dan boleh salah. Tidak perfect tapi selalu berusaha memperbaiki diri menjadi lebih baik dan tidak pula sengaja melakukan kesalahan karena terlanjur percaya bahwa kita tidak baik.

Hal ini penting bagi kita karena kesalahan sendiri adalah bagian dari proses pembelajaran kita dalam kehidupan. Setiap kesalahan pasti mempunyai pembelajaran yang baik untuk kita. Hidup dan kehidupan adalah tempat kita diuji. Kesalahan itu tujuannya agar kita bisa benar di hari-hari selanjutnya. Sesederhana itu plongnya kan kalau kita bisa menerima bahwa kita boleh salah?

Kita merasa plong karena kita mengikuti fitrah kita yaitu senantiasa menuju kepada kebaikan. Menuju loh yah, berarti harus ada salah dulu, ada belajarnya dulu. Tidak langsung terlahir baik karena kita berbeda dengan malaikat.

Malaikat tidak pernah melakukan kesalahan, Ia selalu patuh dengan perintah Tuhan karena tidak memiliki hawa nafsu. Manusia memiliki hawa nafsu dan disitulah letak ujiannya. Jika kita bisa mengontrolnya, maka kita bisa lebih mulia dari malaikat. Hawa nafsu sebenarnya adalah sekumpulan energi yang menggerakkan, kita hanya perlu menyalurkannya secara positif saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun