Betapa berharganya waktu bagiku. Tiap detiknya kuberharap jadi kebermanfaatan. Lalu saat ini antrian masih menunjukkan nomor 003. Haruskahku terus menunduk menyelancari dunia maya?
Hanya ada satu teller yang aktif. Lalu, perlu memakan waktu sepuluh menit disetiap nomor antrian. Lantas aku akan  menunggu lebih kurang tiga jam. Ini benar sia-sia. Ah, tak kubiarkan ini.
Pada antrian 005, aku sudah dalam ketidaksabaran yang memuncak. Aku mendatangi teller dan menunjukkan emosiku.
"Ini mana teller yang lain. Meja lain kosong kenapa tidak diisi yang lain. Bagaimana pelayanan kalian?"
"Bapak mohon maaf, bapak datang saat masa-masa perayaan hari besar agama. Jadi personil kami banyak yang cuti pak."
"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya, tapi kami akan berusaha melayani semaksimal mungkin," ucap teller dengan sabar.
Orang-orang lain yang duduk mengantri memandangku dengan sinis. Aku kembali ke tempat antrian.
Tapi kesabaranku sudah habis pada antrian ke 17. Aku berdiri memporakporandakan banner-banner.
"Lama sekali ini. Sudah lama sekali aku menunggu, ini perbuatan yang tidak bermanfaat. Sialan kalian. Aku tidak pernah membuat hal-hal yang tidak bermanfaat seperti ini," ucapku dengan nada tinggi.
"Kami sudah memberikan keterangan lewat spanduk di luar dan banner-banner di dalam sini. Bahwa pelayanan kami kurang maksimal karena keterbatasan personil,"
"Mohon maaf pak, dengan tingkah laku bapak seperti ini. Secara tidak sadar bapak telah melakukan hal yang tidak bermanfaat," ucap teller tadi sambil membereskan banner-banner yang jatuh karena ulahku.