Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Segelas Canda

10 Desember 2017   23:10 Diperbarui: 10 Desember 2017   23:19 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasigelas:www.jansonhendryli.net


Waktu tak pernah kuhitung. Seberapa menit, seberapa jam dan berapa hari. Hal itu tak pernah ada dalam tiap pertemuan kami. Tapi ia tetap mengerti aku. Hanya gelas yang jadi indikator pertemuan kami.

Ketika tak lagi berisi, akupun kembali melayani kepalsuan dan kebohongan. Sejak dulu, hingga kini selalu begitu. Dia menerima dengan segala ikhlasnya. Dunia tak mengetahui hubungan kami. Begitu baiknya dia menjalankan status ini.

Sebagai istri kedua, dia membantah segala anggapan. Begitu hormatnya ia padaku. Menerimaku dikala susah. Membantuku kala keuangan keluarga telah surut. Dia wanita mapan, membantuku, meski bantuannya untuk istri pertama dan anak-anakku.

Lalu, ia hanya memiliki kasih sayang dari manusia sepertiku. Bahkan, seharusnya aku tak diterima oleh langit dan bumi. Tapi ia sungguh menerimaku. Entah apa yang didapatnya dari aku, hingga bersedia menjadi maduku.

Setiap sore aku meluangkan waktu bersamanya. Kini bayi kami sudah setahun umurnya. Hanya setelah gelas minuman darinya kosong aku melangkah pulang. Di akhir pertemuanku padanya hari itu, seperti biasanya kami bercanda.

"Tahukah kau sayang, aku tak bisa hidup tanpamu. Kecuali aku masih ingin hidup," tuturnya.

Lalu aku tertawa karena kala itu bagiku adalah lelucon. Ia selalu memiliki canda yang smart, sampai gelasku tak lagi berisi minuman.

"Sudah habiskan minumanmu sayang, aku mulai kehabisan bahan untuk bercanda," ucapnya. Itupun membuatku terpingkal, jika mendengar pengucapan, mimik serta gerakannya. Benar-benar ia perempuan yang unik.

Terakhir, satu kalimat darinya yang membuatku bingung antara canda atau kseseriusan. Yaitu kalimat setelah gelasku benar-benar kosong.

"Aku akan menghormati istri pertamamu sebagai kakakku, perkenalkanlah aku dengannya. Akan kuhormati dia sayank," ucapnya sambil cengengesan. Betul, hingga kini aku benar-benar bingung. Karena itulah aku curhat padamu teman!!!

Sei Rampah 10/12/2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun