Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harap di Ujung Pelangi

6 Desember 2017   23:01 Diperbarui: 6 Desember 2017   23:17 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Air telah bercampur tanah. Keruh dan dalam ditambah berbagai kotoran serta sisa-sisa perabot. Rumah-rumah warga tak lagi menampakkan lantai. Akar pepohonan tak mampu menyerap kubik genangan. Begitupun anak-anak masih bermain dengan ceria menggunakan kayu dan ban bekas.

Dedaunan merunduk mananggung beban air. Orang-orang bernafas dalam cemas. Hujan November hingga Desember menjadikan pria-pria sebagai kuli dadakan. Memindahkan perabotan ke jalanan, ketempat lebih tinggi.

Adapun Neneng, perempuan tua yang hidup sendiri, masih saja menunggu anak-anaknya pulang. Ia tak memikul apapun. Ia tak memindahkan apapun. Tinggal digubuk reot tanpa barang-barang. Hanya kain-kain alasnya tidur yang sudah dijemurnya.

Sebenarnya Neneng bahagia akan banjir yang melanda desanya itu. Hidup dengan belas kasihan warga, Neneng beranggapan musibah ini akan mempertemukan ia dan anaknya. Tak peduli apakah ketiga anaknya hidup mapan atau melarat. Ia hanya ingin berjumpa.

Media massa nasional menyorot desa itu. Neneng kerap mendekatkan dirinya pada para kuli tinta. Agar dirinya terkabar dan tersiarkan. Hingga diliat anak-anaknya sehingga menjadi alasan kepulangan mereka.

Kebetulan Kang Ebiet diperintahkan mengangkat sisi -human interest- dalam kondisi banjir kali ini. Ia mengangkat Neneng yang telah limabelas tahun tak berjumpa ketiga anaknya. Hidup sendiri dalam masa tuanya.

Sebagai kontributor berita televisi nasional, Kang Ebiet dengan cepat mengirimkan informasi tersebut ke redaksi. Yaitu ketika Neneng berucap agar anak-anaknya segera pulang. Juga saat Neneng menitikkan air mata dan dipeluk Ketua PKK Desa yang mengambil kesempatan.

Esoknya, baik cetak maupun elektronik mulai menjadikan Neneng sebagai fokus utama. Netizen mulai menuliskan kata-kata makian untuk ketiga anak Neneng.

"Anak durhaka," tulis akun Instagram @Yopisiregar.

"Parah ni anak-anaknya.........," tulis akun Instagram @Fadlykedoi27

"Semoga Nek Neneng dapat kehidupan yang lebih baik. Kalau sudah  Nek Neneng mapan, jangan mau anggap anaknya lagi," akun atas nama @Rahmadnasution.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun