Mohon tunggu...
Fiona Try
Fiona Try Mohon Tunggu... Jurnalis - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

When nothing is sure, everything is possible.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tidak Perlu Menjadi Cinderella untuk Menikmati Kendaraan Bangsawan

5 Maret 2021   21:52 Diperbarui: 5 Maret 2021   21:55 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu contoh status sosial untuk menaiki kereta kuda (sumber:dongengceritarakyat.com)

Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota/

Naik delman istimewa kududuk di muka/Duduk di samping Pak Kusir yang sedang bekena/

Mengendali kuda supaya baik jalannya/ Duk idak iduk idak iduk/ Duk idak iduk idak iduk suara sepatu kuda.

Ada yang masih ingat lagu ini? tak terasa ya waktu begitu cepat berlalu, bersyukur banget semasa kecil saya pernah merasakan asyiknya menaiki delman diiringi indahnya jalanan yang pada saat itu belum banyak kendaraan seperti sekarang ini. Kira-kira pembaca disini menyebut kereta kuda ini dengan sebutan apa? Andong? Delman? Atau ada sebutan yang lain?

Penting bagi kita mengetahui sejarah singkat mengenai kereta kuda dan melihat sudut pandang permasalahan budaya dari topik ini dengan teori komunikasi. Yuk, langsung simak artikel ini sampai habis ya biar makin menambah wawasan!

Kereta kuda merupakan salah satu alat transportasi roda empat yang ditarik oleh kuda, digunakan pada saat zaman tradisional-hingga sekarang. Kereta kuda terispirasi dari gerobak yang didorong oleh hewan (kuda, keledai, dll). Charles Theodore Deelman merupakan insyinyur belanda  dikenal pertamakali menciptakan kereta kuda. (Astrina, 2019) Sesuai nama belakang penciptanya di Indonesia kereta kuda dikenal dengan sebutan deelman, namun sebutan ini dapat berbeda-beda sesuai daerah tempat tinggal pembaca masing-masing.

Kereta kuda merupakan salah satu alat transportasi paling mewah dan hanya bisa digunakan oleh bangsawan dan tuan tanah pada zaman itu, tak semua orang bisa menaiki kereta seperti itu. Contohnya: masyarakat kalangan bawah tidak mampu membeli atau menyewa kereta kuda sehingga mereka biasanya berjalan kaki atau menggunakan gerobak yang ditarik oleh hewan  yang harganya jauh lebih murah dari kuda yaitu sapi atau kerbau.

Nah, agar semakin jelas saya akan melakukan pendalaman permasalahan tersebut dengan menggunakan salah satu dari 5 elemen yang ada pada teori circuit of cultural yaitu "Regulasi".  Sebelum membahas lebih dalam, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu circuit of culture.

Apa itu circuit of culture?

Secara singkat circuit of culture ini merupakan sebuah analisis terhadap text atau artefak budaya yang dianalisis melalui lima proses. Hal ini bertujuan untuk menganalisis dengan mengumpulkan makna pada lima "momen" yang berbeda adalah representasi, identitas, produksi, konsumsi, dan regulasi. (Du Gay, Hall, Jones, 1997. h. 3)

Contoh aplikasi elemen circuit of culture pada  kereta kuda:

  • Representasi : salah satu alat transportasi yang hanya bisa dinaiki kaum bangsawan.
  • Produksi: dibuat oleh pembuat kereta kuda.
  • Konsumsi: dulu dijadikan alat trasnportasi dan dapat dijadikan kereta pengangkut barang.
  • Identitas: kalau dulu orang yang memiliki kereta kuda merupakan ciri khas seseorang ber status sosial tinggi. Namun di zaman sekarang, kita dapat menaiki kereta kuda kapanpun tanpa terhalang status sosial.
  • Regulasi: perubahan budaya, dimana sekarang tidak ada peraturan s tertentu untuk menaiki kereta kuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun