Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Indonesia Negara Demokrasi atau Demonstrasi?

14 November 2017   22:33 Diperbarui: 14 November 2017   22:44 2674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DEMOKRASI, berasal dari bahasa Yunani yang mempuunyai arti kekuasaan rakyat. Sebagaimana kita tahu negara kita Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi demokrasi. Berikut saya kutip dari Wikipedia: demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. 

Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi---baik secara langsung atau melalui perwakilan---dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Hal ini sejalan dengan Hak Asasi Manusia yang salah satunya menyatakan hak kebebasan berpendapat. Indonesia pernah berada pada masa-masa mencekam dimana menyatakan pendapat yang bertentangan dengan pemerintah dapat mengantar rakyat ke ajal.

Demonstrasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyalurkan aspirasi rakyat. Namun di era yang sudah modern ini rupanya aspirasi  masyarakat bagai tak terbendung. Terutama jika kita lihat kehidupan di ibu kota, demonstrasi menjadi sobat karib di siang hari. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bukankah sudah ada lembaga-lembaga yang [seharusnnya] menyuarakan suara rakyat pada para pemegang kekuasaan negara? Demonstrasi bukannya buruk; namun perlu dilihat konteks yang didemonstrasikan. 

Baru-baru ini masih hangat di telinga kita agama digunakan sebagai senjata menyerang dan ujung-ujungnya kembali menjadi persoalan SARA. Padahal demonstrasi tetap harus dilakukan dalam koridor nilai dan norma, demonstrasi harus tetap tunduk pada peraturan perundang undangan yang berlaku. Tak jarang pula dijumpai aksi demonstrasi yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Hal ini bertentangan dengan aturan bahwa demonstrasi tidak boleh mengganggu aktivitas orang lain yang tidak ikut berdemonstrasi.

Namun demikian, betapa terasa menyakitkan jika kita melihat kembali di masa lampau, dimana perbedaan yang mempersatukan kita untuk mencapai Indonesia merdeka, dan sekarang justru hendak dipecah-belah lagi? Dengan demikian sia-sialah segenap perlawanan dan perjuangan bangsa ini. "Robohya Surau Kami" karya A. A. Navis sangat relevan dengan bangsa ini. 

Dalam cerpen ini dikisahkan percakapan Haji Saleh dengan Tuhan, dan inilah alasan Tuhan menyatakan Haji Saleh dan kawan-kawannya bertempat di neraka, "Kamu tinggal di tanah Indonesia yang maha kaya raya,tapi engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tetapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang". Cerita pendek ini bagai tamparan keras. Bangsa Indonesia tidaklah semata-mata begitu. Bangsa kita mempunyai Pancasila yang menjadi pemersatu. Dan terlebih dari itu, bangsa Indonesia lebih dari sekedar mampu untuk bergerak maju.

Oleh karena itu sebelum melakukan aksi demonstrasi, demokrasi haruslah digunakan dengan sebaik mungkin dengan dasar pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan.

#MenujuIndonesiaYangLebihBaik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun