Aku menitipkan pada malam itu,
Sejuntai rasa untuk-Mu.
Di sepanjang labirin ini,
Barangkali yang disebut misteri.
Kucoba memaknai segala ucapan-Mu,
Sehabis mengeja tiap-tiap pendar aksara,
Yang termaktub di antara suhuf-suhufnya.
Lahir, hadir, untuk yang terakhir,
Sebagai pembeda.
Aku mencintai-Mu melebihi batas surga dan karangan bunga,
Yang dirangkai bidadari dengan kebeningan rintik embun pagi buta.
Memercik hingga sudut-sudut dinding memori,
Kelak menggebu-gebu rindunya,
Saat tiba mengalir menuju lubuk hati.
Barangkali yang disebut misteri.
Apabila tersesat di kemudian hari,
Tatakala rinduku terlipat malam,
Yang tak pernah kunjung temukan pagi,
Maka biar kuabadikan cinta ini menjadi bongkahan puisi.