[caption id="" align="aligncenter" width="616" caption="omvan.blogspot.com"][/caption]
Beberapa bulan nongkrong di kompasiana, saya mulai 'akrab' dengan berbagai trik para kompasianer agar tulisannya dilirik dan dibaca. Salah satunya adalah menitipkan link di postingan sesama kompasianer.
Saya suka menyebut kebiasaan itu sebagai parasit. Parasit menempel di inang untuk mendapatkan keuntungan dari si inang. Yang terjadi di sini bisa simbiosis mutualisme, alias menguntungkan, tetapi bisa juga benar-benar jadi parasit yang "menempel dalam postingan tanpa memberi nilai tambah pada tulisan."
Bagi saya, halal hukumnya untuk meletakkan link tersebut di postingan sesama kompasianer, asal si kompasianer yang menjadi 'inang' tidak keberatan. Syukur-syukur, link yang ditempel itu tersebut memberikan sudut pandang lain atau memberikan bahan tambahan yang belum dikupas tuntas oleh si penulis. Tukar menukar link menjadi sarana bagi para kompasianer untuk saling memperkaya.
Tetapi ada kompasianer yang semboro meletakkan link ke dalam kotak komentar postingan orang lain. Biasanya, kompasianer tersebut promosi tulisan yang baru dibuat dengan meletakkan link di 'lapak' yang lagi rame dikunjungi orang-orang. Tak peduli setopik atau tidak, sikaaaat. Intinya, ade kerumunan, ane jualan, hehe... Ini parasit murni deh menurut saya.
Apapun alasan kompasianer nitip link di postingan kompasianer lain, si pemilik tulisan memiliki hak penuh untuk memoderasi sendiri kotak komentar yang terpasang di akhir tulisannya. Ia berhak memelihara dan menghapus link yang dititipkan oleh kompasianer lain kalau tidak berkenan. Ia juga dengan bebas bisa menuliskan aturan-aturan khusus, termasuk soal menitip link, di akhir postingannya. Penulis adalah admin atas buah karyanya sendiri.
Filsuf Kampung, 25 Juni 2012