Mohon tunggu...
Fiksiana Community
Fiksiana Community Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas pecinta fiksi untuk belajar fiksi bersama dengan riang gembira

Komunitas Fiksiana adalah penyelenggara event menulis fiksi online yang diposting di Kompasiana. Group kami: https://www.facebook.com/groups/Fiksiana.Community/ |Fan Page: https://www.facebook.com/FiksianaCommunity/ |Instagram: @fiksiana_community (https://www.instagram.com/fiksiana_community/) |Twitter FC @Fiksiana1 (https://twitter.com/Fiksiana1)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[CerpenFC] Berkarat

11 Februari 2016   17:19 Diperbarui: 11 Februari 2016   17:31 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu, jam 3.15 – sore.

Awan gelap berarak membawa gumpalan air bersamanya, sebentar lagi akan tiris menghunjam bumi. Cepat sekali menutupi birunya langit, menghalangi garangnya terik mentari.

Doni—35 tahun—menapak ke tanah, bertumpu dengan kedua lutut. Menengadah pasrah ke cakrawala menghitam, mengharap hujan turun saat itu juga, membasuh dan menghanyutkan lara tak berbentuk di relung terdalam. Bersimpuh di samping tubuh tak bergerak. Kepala lemah tertunduk, bulir air mata mendahului sang hujan. Satu per satu menampar bumi.

Ana—27 tahun—sang kekasih, menelungkup di atas tanah tak berumput. Dengan tangan gemetar, Doni membalikkan tubuh Ana.

Cairan merah masih menganak sungai dari pisau perak bergagang hitam yang menembus dada kiri Ana, meski tak sederas sebelumnya.

Doni menjerit, memeluk erat belahan jiwa yang telah pergi untuk selamanya.

 

Sepasang mata tua mengawasi punggung Doni yang terisak dari balik jendela nako lantai satu. Selaksa rasa bias di wajah yang keriput. Sosok tua bersetelan hitam-hitam meninggalkan jendela, membiarkan Doni di halaman belakang itu bersama kedukaannya.

Pandangan iba dan penyesalan juga tertumbuk ke punggung Doni. Hadi—60 tahun—adik dari mendiang ayah kandung Doni, Hary. Sang paman menghela napas dalam.

“Aku akan membalasmu, Kamal.” Bayangan Hadi menghilang dari jendela di lantai dua. “Dan kuharap… ini malam keberuntunganku.”

Klontang…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun