Mohon tunggu...
Fiksiana Community
Fiksiana Community Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas pecinta fiksi untuk belajar fiksi bersama dengan riang gembira

Komunitas Fiksiana adalah penyelenggara event menulis fiksi online yang diposting di Kompasiana. Group kami: https://www.facebook.com/groups/Fiksiana.Community/ |Fan Page: https://www.facebook.com/FiksianaCommunity/ |Instagram: @fiksiana_community (https://www.instagram.com/fiksiana_community/) |Twitter FC @Fiksiana1 (https://twitter.com/Fiksiana1)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

[Event Menulis FC] Mari Bercerita tentang Hujan

6 Februari 2020   00:07 Diperbarui: 10 Februari 2020   01:01 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. www.thedenverchannel.com

Februari adalah hujan. Banyak kisah tercipta di bulan ini.

Katanya, aroma tanah basah bisa memancing ingatan seseorang akan hal-hal manis.

Katanya lagi, hal-hal manis akan membuatmu tersenyum.

Atau sebaliknya, membuatmu terluka.

***

Kopiku masih separuh dan ini baru lima menit lewat dari pukul satu siang. Air langit masih saja tumpah seperti tak berkesudahan. Aroma tanah basah sudah terlewat lama, tak ada lagi yang bisa memancingku mengenang yang lampau.

Seharusnya aku sudah pergi dari kafe ini beberapa menit yang lalu, tetapi sesuatu yang entah apa itu membuatku tetap di tempat. Layar ponsel --- yang sengaja kubisukan deringnya --- berkali-kali menampilkan panggilan tak terjawab dan belasan pesan WhatsApp. 

Mereka mencariku. Kata mereka, manajer baru kami akan datang sebentar lagi. Ya, seharusnya aku sudah kembali ke kantor detik ini. Namun, yah, kopiku belum habis. Paling tidak, itu bisa kujadikan alasan jika salah satu dari mereka mendatangiku kemari. Toh kantorku hanya di seberang jalan. Mereka bahkan bisa melihat tempat dudukku dari lantai tiga.

Ru, apa perlu aku yang menyeretmu kembali ke kantor?

Mataku agak terbelalak membaca preview pesan WhatsApp yang baru saja masuk.

Pesan dari Moy.

Dia sedang di kantorku? Untuk apa? Sejak kapan ia tahu aku berkantor di daerah ini?

Ah, Moy, apa kabarmu? Sudah dua tahun sejak kita terakhir bertemu.

Belum sempat aku bertindak, kulihat seseorang berpayung biru mendekat ke arah kafe dari seberang jalan. Wanita itu menurunkan payungnya ketika sudah menginjak teras kafe. 

Seorang pelayan membantunya menyimpan payung. Mataku mungkin agak buram karena semalam nyaris tak tidur, tetapi aku tahu persis wajah itu. Wajah yang tak pernah berubah, meskipun sudah dua tahun aku tak melihatnya.

Lalu, aku mendadak ingat semuanya. Semua hal tentang kami. Dua tahun lalu.

Aku meninggalkannya begitu saja ketika kami berdebat soal masa depan. Aku ingin mengikatnya, tetapi ia masih ingin terbang tinggi dan jauh. Mungkin kalian berpikir aku kurang tegas, kurang bisa merayu, dan kurang-kurang lainnya sehingga gagal membuat ikatan. 

Mungkin memang begitulah adanya aku, yang tidak tega melihatnya tersiksa. Kubebaskan ia dengan segala keinginannya, begitu pula dengan masa depannya bersamaku.

Aku pergi ke kota ini, mencoba segalanya dari nol. Aku sengaja menutup hatiku karena tidak ingin menyakiti siapa pun lagi. Cukup aku saja yang berdarah-darah.

Moy tiba-tiba sudah berada di hadapanku, duduk dengan sikap resminya. Ia sudah tidak memakai kacamata lagi, tetapi iris matanya kini berwarna biru kehijauan --- warna favoritnya. Ia memandangku, menanti aku bicara. Akan tetapi, apa yang harus kukatakan? Mengucapkan selamat datang di kota ini? Menyambutnya dengan konfeti dan rangkaian bunga? Aku tahu Moy tidak suka semua selebrasi itu.

Hujan masih saja deras. Sepertinya malah bertambah deras sebab aku merasakan butiran-butiran halus air menerpa wajahku. Angin juga mulai nakal, membuat rambut ikal Moy berantakan, tetapi si empunya seolah-olah tak peduli. Malah aku yang tidak tahan untuk segera merapikannya.

"Apa kabarmu, Moy?" tanyaku sambil memainkan cangkir kopi, berharap Moy tidak melihat kegundahanku.

Moy menghela napas. Matanya terpejam selama beberapa detik. Dan ketika matanya terbuka, raut wajahnya berubah. Sikap resminya hilang entah ke mana. Ia hempaskan punggungnya ke sandaran kursi dan melipat lengan di dada.

"Aku baik-baik saja, Ru," jawabnya.

"Maafkan soal hujan ini, Moy."

Moy tergelak.

Sungguh, aku tidak tahu apa lagi yang harus kukatakan padanya.

"Untuk apa kamu minta maaf, Ru?"

"Untuk---"

"Ru?!"

Seseorang menyeru namaku, tetapi bukan Moy. Aku melihat Doni berdiri di ambang teras kafe. Tubuhnya berbalut jas hujan.

Oke, selepas ini, siapa lagi yang akan menjemputku agar segera kembali ke kantor?

Doni sudah melepas jas hujannya. Kini ia berdiri di samping mejaku, bergantian menatap cemas aku dan Moy.

"Ru, kamu ngapain masih di sini?" Suara Doni secemas wajahnya.

"Kopiku belum habis," kataku sambil menunjukkan isi cangkirku yang kini tersisa seperempat. Tadi, ketika Doni melepas jas hujannya, aku mencuri sesap sebentar. "Memang manajer yang baru udah dateng, Don?"

Wajah Doni tambah pasi. Dan, aku bertambah bingung. Memangnya ada apa, sih?

Aku menatap Moy yang kini melihat ke arah Doni. Ia mengangguk ke rekan kerjaku, seolah-olah memberi kode entah apa.

"Udah, Ru," jawab Doni.

"Oh, di mana dia sekarang? Langsung ke ruangannya?" tanyaku sambil menghabiskan sesapan kopi terakhir.

"Ehm, beliau duduk di depanmu, Ru."

[Moy, Bali, 050220]

***

Mwihihihi... Monmaap kalau contoh soalnya agak nggak jelas ya, mBeeerrr... Maklum, mimin sukanya main di pantai, bukan main hujan-hujanan. *eh

Jadi, intinya, mari kita berkisah tentang hujan dengan segala hiasannya. Mimin yakin, mBer-mBer semua lebih jago menuliskannya ketimbang penggalan kisah buatan mimin di atas.

Nah, mari kita simak ketentuan-ketentuan naskah berikut ini:

  1. Naskah merupakan karya asli penulis. Bukan hasil jiplakan/saduran/kutipan, baik keseluruhan ataupun sebagian.
  2. Naskah berupa cerita pendek (cerpen) dengan panjang 1000-1500 kata, atau cerita mini (cermin) dengan panjang 500-1000 kata.
  3. Naskah bertema "Cerita Tentang Hujan" dengan genre romance.
  4. Naskah diposkan tanggal 8-16 Februari 2020 melalui akun Kompasiana masing-masing peserta dan mencantumkan tautan ke kolom komentar pada artikel yang akan diposkan FC pada tanggal berlangsungnya event. Tambahkan label Cerita Hujan FC dan fiksianacommunity pada artikel kalian.
  5. Membagikan tautan artikel ke akun sosial media masing-masing peserta disertai tagar #ceritatentanghujanFC dan #fiksianacommunity.
  6. Peserta diperbolehkan mengeposkan lebih dari satu karya, tetapi hanya satu judul yang bisa diikutkan penilaian.
  7. Penulisan judul berformat [Cerita Tentang Hujan] Judul Karya. Contoh: [Cerita Tentang Hujan] Tarian Air Langit
  8. Lima karya terunik berhak mendapat hadiah pulsa atau saldo OVO sebesar Rp 100.000. Diumumkan tanggal 29 Februari 2020.
  9. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.

Bagikan kisah manismu agar setiap orang tahu, tidak selamanya hujan membawa air mata.

Salam fiksi,

Admin FC

(sumber gambar)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun