Mohon tunggu...
De Kils Difa
De Kils Difa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat

Berkarya Tiada BAtaS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si ‘Loreng’ Adikku

11 Juli 2016   19:08 Diperbarui: 11 Juli 2016   19:31 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diriku merinding saat melihat wajahnya. Wajah rupawan yang dulu kukenal, hilang dimakan waktu.  Tak ada lagi sisa-sisa kebersahajaan dan keluguan. Hanya kegetiran yang terlihat.

Kumis tebal menghias di atas mulut mungilnya. Goretan luka bekas sayatan senjata tajam hadir di pipi kanan dan kiri. Di bawah alisnya, bergelantung tiga jarum kecil. Lidahnya saat ia berbicara tampak  tindikan jarum pentul. Pun dengan kedua telinganya, anting-anting yang aku tak tahu diperolehnya dari mana, berjejeran hampir setengah dari daun telinga. Rambutnya gondrong menjulur ke punggung. Kulit tubuhnya kini berubah dari putih menjadi hitam keling.

Aku hanya mampu menggelengkan kepala melihat dirinya saat ini. Ia sadar dengan keherananku, tapi ia tak berkomentar. Hanya menawarkan sebatang rokok untuk sedikit menghalau kekakuan yang terjadi antara diriku dengan dengannya.

Sesosok pria dewasa kini hadir di hadapanku setelah hampir lima belas tahun kami berpisah karena perbedaan prinsip dalam menjalani hidup setelah ditinggal oleh ibu tercinta karena penyakit TBC yang dideritanya.

Kami tiga bersaudara. Aku memiliki satu orang kakak perempuan yang sudah bersuami dan tinggal tak jauh dari rumah. Kakak perempuanku hidup sederhana dan bahagia bersama keluarganya. Dia sudah memiliki dua orang putra, yang paling tua sudah duduk di sekolah menengah pertama kelas tiga. Sementara si kecil baru saja duduk di kelas empat sekolah dasar.

Aku sempat tinggal menumpang di rumah kakak setelah menjual rumah peninggalan ibu. Tapi kini tidak lagi. Aku sudah memiliki rumah sendiri, meski dibilang kecil. Tapi tak apa, toh aku masih hidup seorang diri.

Sementara lelaki yang duduk di hadapanku adalah adikku yang bernama Dean Raihan. Dia tipikal sesosok pria keras kepala. Kalau sudah kemauannya, tak ada yang bisa menghalanginya kecuali ibu. Prinsip itulah yang akhirnya memisahkan kehidupanku dengan dirinya.

Berawal dari kematian ibu. Saat itu di usianya yang baru menginjak usia 17 tahun, ia meminta jatah warisan untuk dirinya sebagai modal untuk membuka usaha warnet bersama rekannya. Sebenarnya saat itu aku bukan tidak mau memberikan haknya. Tapi dalam pikiranku dan kakak, lancang sekali Dean sudah meminta jatah warisannya sementara kematian ibu belum genap 7 hari. Kami berdua jelas menolak untuk memberikannya saat itu.

Ia marah. Tak terima dengan keputusan itu. Kami berdebat sepanjang hari. Kakak perempuanku hanya bisa menangis melihat reaksi yang diperlihatkan Dean. Kesal karena keinginannya tidak dituruti, ia membabi buta. Di rumah peninggalan ibu, ia mengajak berduel denganku. Katanya, ”Kalau emang loe nggak mau ngasih jatah gua sekarang juga, mending kita berantem. Lebih baik gua mati di tangan loe dari pada gua ngga dapat jatah malam ini…”

Aku tentu kecewa mendengar ucapannya. Kakak menyuruhku segera pergi dari rumah untuk mendamaikan suasana. Aku setuju. Namun, belum sampai aku di depan pintu, Dean menyerangku dengan beringas. Ia kerahkan semua tenaganya untuk menghajar habis-habisan diriku. Tadinya aku hanya mengelak dan menghindar. Tapi melihat nafsu besarnya untuk mengalahkan, aku bereaksi juga.

Terjadilah pertengkaran hebat antara dua bersaudara. Kakakku menangis meraung-raung mencoba memisahkan kami berdua. Teriakan-teriakan untuk meminta menghentikan aksi ini tak kami dengar. Ku lihat api amarah di dada adikku sudah sulit untuk di padamkan. Sementara api di dadaku juga mulai menyala besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun