Mohon tunggu...
Abdurrohman Fikri
Abdurrohman Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biasa-biasa saja.

Belajar benar, bukan berarti selalu berbuat salah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jaga Adab! Jangan Kebablasan!

28 Januari 2022   09:06 Diperbarui: 28 Januari 2022   09:23 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sedang hangat dalam pemberitaan nasional tentang Kasus Edy Mulyadi (EM) yang mengatakan bahwasannya Kalimantan adalah Tempat jin buang anak, tempat kuntilanak, monyet-monyet, dan lain sebagainya. Pernyataan EM ini mendapat banyak kecaman dari tokoh adat Kalimantan dan warga kalimantan pada umumnya, kasus ini pun saat ini sudah masuk ke tahap Penyidikan oleh pihak Kepolisian. Seperti biasa, ketika pernyataan kontroversi sudah viral di media sosial, seorang yang membuat kontroversi akan membuat klarifikasi dan meminta maaf, namun nasi sudah menjadi bubur, nyala pijar api emosi warga kalimantan tak dapat di bendung, dan Proses Hukum adalah suatu hal yang adil bagi penyelesaian kasus ini.

Bukan hanya Kasus EM sebelumnya juga sudah terjadi suatu kontroversi dari pernyataan yang menyinggung Bahasa dari Suku Sunda, hal ini dilakukan oleh salah satu anggota DPR-RI Komisi III Arteria Dahlan (AD) ketika melaksanakan rapat kerja dengan Kejaksaan Agung. Dari kasus keduanya ini masyarakat dapat melihat karakter politikus di negeri ini yang tidak lagi memegang teguh sikap Ramah, sopan santun, dan arif bijaksana. Semoga saja tidak ada lagi oknum-oknum politikus seperti ini. Karena sudah sepatutnya seorang politikus yang sekaligus juga public figure harus menjaga Adab/Etika dalam bertingkah laku dan berbicara, dan itupun bukan hanya sekedar himbauan namun memang suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang politikus dalam memberikan contoh yang baik kepada masyarakat umum. Bukan malah menjadi pengkritik atau pembuat opini yang ugal dalam menyampaikan kritik atau opini, yang hanya akan membuat situasi politik semakin pelik.

Akan sampai kapan permasalahan seperti ini akan terjadi, jika dalam berbicara atau berpendapat cenderung mengikuti hawa nafsu, tanpa memikirkan terlebih dahulu akan apa yang akan dibicarakan, karena tak jarang banyak pihak yang ingin terkenal dengan memanfaatkan hal-hal yang menimbulkan kontroversi agar mendapat banyak perhatian, sungguh perbuatan yang kurang beradab dan merugikan.  Namun jika manusia sudah dibutakan dengan nafsu kepentingan pribadinya, segala cara apapun akan dilakukan demi membuat kepentingan itu tercapai. 

Semoga kasus ini akan menjadi pelajaran bagi penulis, Masyarakat umum dan para Politikus khususnya. Agar tidak terjadi kembali hal-hal yang membuat kegaduhan dan mengusik ketentraman Warga Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun