Mohon tunggu...
Fikriyyah Fahma
Fikriyyah Fahma Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa PIAUD

Kuat dilakoni gak kuat kudu tetep dilakoni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siapa yang Bodoh?

3 Maret 2019   16:31 Diperbarui: 3 Maret 2019   16:54 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memilikimu adalah suatu rasa syukur-ku --saat itu- yang amat mendalam. Betapa aku sangat beruntungnya saat itu, kita pernah berjanji akan menjaga semua ini dengan sebaik mungkin, sekuat mungkin menghadapi permasalahan yang datang. Namun, semua kini telah berubah sejak setahun lalu. Saat mulai ada jarak. Serumit itu menjalaninya. Bahkan kita sempat ingin menyerah, namun kita bisa kembali lagi dengan dalih "kita bisa. Jangan mau kalah dengan jarak!"

Setahun sudah hubungan ini berjalan dengan keadaan Long Distance Relationship. Betapa bahagianya aku dengan adanya pertemuan kita di waktu dua minggu sekali. Hei. Melepas rindu itu mengasyikkan. Bertemu denganmu hanya untuk melihat tawamu, bercerita tentang dunia saat tidak ada kita. Itu hobiku saat itu.

Kita yang sibuk dengan dunia kampus masing-masing. Kau yang selalu meyakinkanku untuk tumbuhkan rasa percaya, bukan rasa curiga. Namun, tidak semudah itu meyakinkan bahwa akulah rumahmu.

Permasalahan kecil pun sering muncul, hingga diantara kita tidak ada yang mau mengalah. Dan aku pun mulai percaya omongan kecil dari teman-temanmu, namun aku yakin kau tak begitu. Aku berdo'a, jika apa yang temanmu katakan benar, izinkan aku melihatnya dengan mataku. Tak sempat menemukan bukti, kau pun mengaku salah. Tidak ada pertengkaran sebelumnya.

Kau memilih pergi dengan wanita yang baru kau kenal. Aku tak bisa mencegahnya, ini keputusanmu. Kau tau bagaimana aku mendengar kalimat itu darimu? Aku merasa Tuhan tidak adil, lagi-lagi ditinggalkan oleh orang yang sangat ku sayang. Pertama ayahku, kedua kamu. Orang yang ku paksa jodohku, orang yang selalu aku semogakan. Tapi aku ingat satu hal, aku selalu berdo'a agar dijauhkan dari orang jahat. Tapi, "menurutku kamu nggak jahat". Itu yang selalu aku katakan berulang-ulang.

Tidak ada lagi kita. Tidak ada lagi rutinitas melepas rinduku. Betapa waktu yang berjalan diantara aku dan kamu telah menciptakan kedekatan yang sulit aku kendalikan.

Aku yang sudah berjuang mati-matian menjaga hubungan, mengapa kau tertaut pada orang baru? Ini tidak adil bukan? Tidakkah kau melihat rasa cinta yang menderas untukmu? Tidakkah kau melihat air mata yang terus jatuh untukmu? Lihat dong. Putar balik.

Sekarang aku harus mempelajari bagaimana hidup tanpamu, bagaimana hariku tanpa ada kamu, bagaimana kota kelahiranku tanpa hadirmu. Tidak ada 'kita' lagi. Aku merasa sekarang aku wanita paling menyedihkan di dunia. Siapa yang bodoh disini? Seseorang yang setia pada dia yang memberi rasa sakit atau seseorang yang memberi rasa sakit pada dia yang setia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun