Mohon tunggu...
FIKRI NI
FIKRI NI Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teacherpreneur? Siapa takut!

10 Desember 2015   02:10 Diperbarui: 10 Desember 2015   02:22 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencetak guru berjiwa entrepreneurship melalui pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah dilaksanakan. Apalagi hakikat profesi guru yang dikenal selama ini hanya seputar mengajar dan mendidik. Sedangkan Entrepreneur bukan berarti harus menjadi pengusaha, pedagang, maupun pebisnis. Sebenarnya, profesi apapun bisa memberi nilai tambah jika ia mampu menerapkan jiwa entrepreneurship didalamnya. Tidak terlepas dalam hal ini adalah guru.

Pada tahun 2008, BPS mengumumkan pengangguran dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi mencapai angka 7% dari total seluruh pengangguran di Indonesia. Penelusuran lebih dalam yang dilakukan ialah disebabkan kurikulum dan kultur pendidikan pada perguruan tinggi kurang mendukung. Mahasiswa-mahasiswanya kurang diberi ruang belajar untuk praktik bekerja langsung atau menciptakan pekerjaan. Fenomena sistem pendidikan tersebut memaksa kita untuk mengubah visi dan misi kurikulum di Indonesia. Jangan sampai tidak belajar dari kesalahan sebelumnya.

       Profesi guru dengan jiwa entrepreneurship pasti akan menambahkan keterampilan pada anak didiknya di luar bidang akademik yang dikuasai. Terutama keterampilan yang berkaitan dengan entrepreneurship. Pendidikan di Indonesia membutuhkan pendidik-pendidik yang mampu untuk berpikir lokal, bersikap sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung moralitas dan kesederhanaan, namun bersikap profesional dengan memperhatikan tantangan global. Indonesia membutuhkan pendidik/guru yang tidak hanya ahli dalam segi teori. Namun, sudah saatnya Indonesia membutuhkan guru dengan keterampilandan jiwa entrepreneurship mengingat kondisi sektor ekonomi Indonesia yang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Mengkolaborasikan sisi ekonomi dengan pendidikan adalah satu hal yang bisa menjadi luar biasa!

Upaya peningkatan persentase jiwa entrepreneurship guru di Indonesia harus ditempuh dengan segala cara. Salah satunya adalah upaya yang dilakukan melalui pendidikan entrepreneurship yang terintegrasi dalam pembelajaran. Tidak terlepas dari hal ini, pribadi seorang gurunya pun juga harus ditingkatkan menjadi berjiwa entrepreneurship. Berkenaan dengan bahasan kependidikan, guru bisa berinisiatif untuk mengkolaborasikan pendidikan dengan bentuk pembelajaran berbasis entrepreneurship. Sehingga kurikulum tidak hanya membahas tentang materi pendidikan yang sudah dijadwalkan, namun juga terdapat pengajaran tentang pembentukan jiwa entrepreneurship dalam proses pembelajaran.

Terkadang, jiwa seorang guru seringkali hanya fokus pada kewajiban jam mengajar dikelas saja. Tidak banyak diantaranya yang bisa menyadari untuk bisa mengoptimalkan kemampuan mengajarnya. Padahal jika bisa optimal, maka aktivitas ‘mengajar’ bukan hanya sekedar profesi lagi, namun menjadi kesenangan. Menjadikan murid-murid sebagai mitra belajar adalah lebih baik daripada hanya memandang mereka sebagai pihak yang menerima materi. Buatlah murid berasa nyaman dengan keberadaan kita. Mereka adalah mitra sekaligus teman profesi.

Fenomena lainnya ialah, longgarnya waktu yang dimiliki guru diluar jam pelajaran adalah surga. Mereka beranggapan bahwa di luar jam mengajar adalah waktu istirahat, karena tugas utama mereka hanya mengajar ketika pembelajaran berlangsung. Disinilah daya tariknya. Menjadi guru yang istirahat setelah mengajar lebih membuat mereka bangga daripada menjadi guru yang produktif. Padahal, menjadi guru produktif tidak kalah keren. Menjadi kreatif dan mampu meng-upgrade diri menjadi lebih baik di dalam maupun di luar kegiatan pembelajaran. Sebuah kesempatan untuk membekali diri sendiri Entrepreneurship, apalagi bagi guru-guru muda yang belum diangkat menjadi PNS.

Selain membuka jalan pikir Entrepreneurship untuk diri sendiri, bisa juga membekali murid. Sebagai golongan terpelajar, hendaknya menjadi seorang yang produktif dan tidak hanya menggantungkan nasib kepada pemerintah. Mempersiapkan diri sebagai wirausahawan sekaligus abdi negara bukanlah profesi yang sia-sia. Apalagi jika bisa berkolaborasi antara diri sendiri dengan murid untuk saling belajar Entrepeneurship, bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan baik untuk diri sendiri maupun anak-anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun