Mohon tunggu...
Fikri Hadi
Fikri Hadi Mohon Tunggu... Dosen - Instagram / Twitter: @fikrihadi13

Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya || Sekjen Persatuan Al-Ihsan. Mari turut berpartisipasi dalam membangun pendidikan, sosial, ekonomi umat di Persatuan Al-Ihsan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reshuffle Kabinet 2020: Momen Pembelajaran Politik serta Bersatunya Segenap Bangsa Indonesia

24 Desember 2020   11:01 Diperbarui: 24 Desember 2020   11:16 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meme yang beredar di masyarakat terkait Reshuffle Kabinet 2020. Sumber: Akurat.co

Selasa, 22 Desember 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan nama-nama tokoh yang ditunjuk sebagai menteri baru pada Kabinet Indonesia Maju. Terdapat sejumlah tokoh yang mengisi pos beberapa kementerian. Diantaranya ada Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial. Selanjutnya terdapat nama Gus Yaqut, Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor yang ditunjuk sebagai Menteri Agama. Dan yang tak kalah menarik adalah Sandiaga Uno, yang ditunjuk sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Terdapat hal yang cukup mengejutkan pada Reshuffle Kabinet Desember 2020 kali ini ditinjau dari sudut pandang iklim politik di Indonesia. Sandiaga Uno merupakan salah satu Calon Wakil Presiden pada Pemilihan Umum 2019 berdampingan dengan Prabowo Subianto adalah merupakan rival dari pasangan lainnya yakni Jokowi -- Ma'ruf Amin. Bahkan bila ditelusuri lebih jauh, Sandiaga Uno juga berpasangan dengan Anies Baswedan merupakan rival dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama (BTP / Ahok) -- Djarot Syaiful Hidayat pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.

Masyarakat tentu paham bahwa tensi politik di Indonesia mulai memanas sejak Pemilihan Umum, tepatnya pada Pemilihan Presiden 2014 yang kala itu memunculkan 2 (dua) kandidat, yakni Prabowo Subianto -- Hatta Rajasa dan Joko Widodo -- Jusuf Kalla. Tensi politik semakin memanas ketika kasus BTP pada 2016 yang memunculkan gelombang aksi unjuk rasa besar-besaran dan berlanjut pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017. Saking panasnya tensi tersebut, Pilkada DKI 2017 sering dijuluki Pilkada rasa Pilpres. Puncaknya ialah pada masa pra Pemilu 2019 hingga pelaksanaan Pemilu 2019 dengan Calon Presiden yang sama pada Pilpres 2014.

Pasca Pemilu 2019, secara mengejutkan Presiden Joko Widodo yang merupakan pemenang pada Pilpres 2019 memilih Prabowo Subianto untuk menjadi Menteri Pertahanan pada pengumuman Kabinet Indonesia Maju. Maka gempar-lah seluruh tokoh yang terlibat dalam tensi politik yang panas tersebut. 

Dua rival yang bertarung sengit selama 5 (lima) tahun kini justru bergabung dalam 1 (satu) kabinet. Setahun berselang, Sandiaga Uno juga bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. 4 (empat) orang yang menjadi rival dalam Pilpres 2019 yakni Joko Widodo -- KH Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno bergabung dalam satu kabinet.

Masyarakat tentu mengingat bahwa tensi politik yang panas selama beberapa tahun terakhir juga mempengaruhi kehidupan bermasyarakat. Ada yang putus pertemanan karena beda pilihan politik.. 

Ujaran kebencian dimana-mana. Ada istilah Cebong untuk pendukung Joko Widodo dan istilah Kampret (yang selanjutnya berubah menjadi Kadrun) untuk yang kontra dengan Joko Widodo dan pro dengan Anies Baswedan (yang merupakan pemenang Pilkada DKI 2017). Masyarakat terbelah. Bahkan hal ini merembet ke urusan privat seperti terdapat yang putus ikatan kekeluargaan karena beda pilihan politik bahkan ada kasus sekelompok masyarakat yang tidak mau mensholatkan jenazah seseorang karena beda pilihan politik.

Bahkan saking panasnya, ketika Prabowo Subianto ataupun Sandiaga Uno ditunjuk sebagai menteri, sejumlah pendukung Joko Widodo menyampaikan rasa kekecewaannya. Sebagai contoh adalah politisi Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago yang berujar sebagai berikut:

"Ada nama Sandiaga Uno ikut masuk, artinya percuma kemarin saya dan teman-teman koalisi berdarah-darah di Pilpres, Kalau Capres dan Cawapres lawan, dua duanya masuk kabinet, untuk apa ada Pilpres kemarin yang hampir saja membelah Indonesia menjadi dua.Terpikirkan tidak sih jika sampai Jokowi-Ma'ruf kalah? Apa yang terjadi dengan kami-kami yang bertarung habis habisan.Ini bukan soal pamrih atau tulus, tapi ini soal apresiasi." Ujar Irma.

Ujaran kekecewaan dari Irma Suryani Chaniago dapat dipahami, mengingat perjuangan tokoh-tokoh politik pada Pilpres yang lalu. Bahkan Irma juga pernah mengungkapkan bahwa beliau pernah ditolak oleh masyarakatnya sendiri dan acap kali dipanggil 'anak durhaka' karena masuk dalam kubu Joko Widodo, sedangkan masyarakatnya sendiri sangat kontra dengan kubu Joko Widodo.

Namun bila berpandangan lebih jauh, momen Reshuffle Kabinet Desember 2020 ini adalah momen pembelajaran politik bagi segenap masyarakat Indonesia. Terkadang masyarakat umum bahkan termasuk politisi pun sering lupa bahwa ada istilah seperti 'tidak ada yang abadi dalam politik' atau 'hari ini lawan besok menjadi kawan'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun