Mohon tunggu...
fikri abdillah
fikri abdillah Mohon Tunggu... Guru - writer

Teacher and learner | Writer of Education Issues | Edutech Enthusiast | Building Edutech Company

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Gaji Seorang Guru Menentukan Kesejahteraan, Bukan Surganya

17 Oktober 2019   09:49 Diperbarui: 17 Oktober 2019   17:34 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat menghadiri Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kamis (7/2/2019).(KOMPAS.com/ANDI HARTIK)

Ada pepatah mengatakan, "Jasa seorang guru yang baik itu ibarat lilin, membakar dirinya sendiri demi menerangi jalan orang lain."

Tapi, apakah tega lilin membakar lilin lainnya?

Setidaknya pertanyaan tersebut yang tebersit di dalam benak saya setelah membaca pernyataan Menteri Pendidikan, Muhadjir Effendy, dalam acara Hari Guru Internasional 2019 pada tanggal 10 Oktober di Graha Utama Kemendikbud.

"Saya 'agak' yakin bahwa orang yang pertama masuk surga itu adalah guru. Kalau sekarang gajinya sedikit, apalagi kalau honorer (gajinya) seratus lima puluh ribu. Nikmati saja, nanti masuk surga."

Mendengar kata surga dengan segala keindahannya memanglah menjadi harapan bagi hampir semua umat beragama. Cerita tentang bidadari, makan dan minuman terenak, sungai yang jernih dan memiliki rasa, bahkan hingga harumnya tanah memang akan membuat kita dapat membayangkan betapa nikmatnya hidup di surga kelak setelah hari kiamat. 

Namun, apakah itu satu-satunya cara para guru honorer untuk berbahagia? Tidak adakah cara guru yang sering kita sebut sebagai pahlawan ini menikmati hidupnya dengan bahagia selama di dunia?

Yang terhormat Bapak Muhadjir, mungkin bapak lupa, pada tahun 2017, bapak sendiri yang menyerukan tema hari pendidikan dengan tema "Percepatan Pendidikan yang Merata dan Berkualitas". 

Kita semua tahu, bahwa cepat, merata, dan berkualitas adalah kata-kata yang dapat bersinggungan dengan adanya biaya yang besar, termasuk gaji seorang guru yang merupakan garda terdepan yang berhadapan langsung dengan objek pendidikan Indonesia.

Yang terhormat Bapak Muhadjir, mungkin bapak lupa, yang menentukan seseorang masuk surga adalah amalnya, bahkan pelajaran ini bukan hanya ada di agama Islam. Tidak ada satu pun agama di dunia ini yang mengajarkan bahwa untuk masuk surga itu harus mendapatkan gaji kecil terlebih dahulu.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat menghadiri Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kamis (7/2/2019).(KOMPAS.com/ANDI HARTIK)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat menghadiri Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kamis (7/2/2019).(KOMPAS.com/ANDI HARTIK)
Yang terhormat Bapak Muhadjir, entah bapak sedang bercanda atau tidak, tapi para guru honorer yang setiap bulannya harus menerima pahitnya slip gaji bukanlah bahan bercandaan bagi bapak yang hidup di menara gading sana. 

Setiap hari harus bergelut dengan segala macam hiruk pikuk kehidupan sekolah dengan segala administrasi, kegiatan belajar mengajar, dan dinamikanya, bukanlah menjadi hal yang mudah untuk menerima kenyataan pahit untuk menerima gaji bahkan hanya dikisaran 1% dari gaji bapak atau 10% jika beruntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun