Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Sesat Pikir Berbuka dengan Yang Manis, Kok Masih Diikuti?

21 Mei 2019   22:53 Diperbarui: 21 Mei 2019   23:23 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu favorit buka puasa / dok.pribadi

"Korban iklan" begitulah beberapa orang menganggap terhadap mereka yang terbiasa berbuka puasa dengan yang manis. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah. Hanya salah kaprah saja.

Salah kaprahnya di mana? 

Berbuka dengan yang manis jelas dianjurkan untuk mengganti energi yang telah digunakan selama berpuasa. Sumber energi itu bisa didapatkan dari glukosa. Tapi,  bukan gula secara harfiah. Melainkan dari produk makanan yang seimbang. 

Nasi sebagai sumber karbohidrat pun ternyata dapat diubah oleh tubuh menjadi glukosa sederhana kemudian disimpan sebagai cadangan energi. Itulah mengapa alasan dianjurkan untuk sahur ketika berpuasa. Karena tubuh tetap membutuhkan sumber energi agar tetap bisa beraktivitas secara normal seharian meskipun dalam kondisi berpuasa.

Lalu mengapa kurma dianggap lebih baik sebagai hidangan pembuka? Alasannya ternyata sederhana. Menurut beberapa sumber yang saya baca, kurma ternyata mengandung fruktosa. Fruktosa lebih cepat diserap oleh tubuh, berbeda dengan glukosa. Sehingga kekurangan sumber energi seharian tersebut bisa secepatnya digantikan oleh fruktosa yang ada dalam kurma. 

Menurut beberapa kajian, batas aman kandungan gula pada manusia dianjurkan hanya sekitar 50 gram perhari. Atau jika dihitung kira-kira setara dengan 5-9 sendok teh per hari. Sedangkan tiga biji kurma atau sekitar 15 gram gula sudah cukup aman untuk menggantikan gula atau energi yang hilang selama berpuasa. 

Tiga biji kurma pun dianggap batas aman bagi para penderita diabetes. Namun, inipun perlu kehati-hatian dan penjelasan lebih mendalam. Pasalnya ada berbagai jenis macam kurma. Ada kurma basah, kurma kering dan kurma muda. Kalau saya lebih memilih kurma kering. Ibarat minum kopi, kurma kering itu less sugarnya kopi. 

Kesalahan dalam pemahaman berbuka dengan yang manis adalah menggeneralisasi bahwa semua yang manis itu aman bagi kesehatan. Padahal, tidak semua makanan manis aman dan menyehatkan.

Tidak sedikit orang yang punya kebiasaan berbuka dengan teh manis dan gorengan. Padahal, dua jenis makanan ini amat berbahaya jika dikonsumsi secara bersamaan. Pertama, teh manis mengandung kadar gula yang sangat tinggi. Jika terus menerus dikonsumsi justru akan membahayakan. Apalagi gorengan yang sangat berminyak.

Anjuran makanan yang sehat dan seimbang saat berbuka puasa adalah minum air putih terlebih dahulu. Tidak panas dan tidak dingin, yang sedang-sedang saja. Fungsinya tentu saja menghindari dehidrasi. Dalam sehari setidaknya tubuh membutuhkan 8 gelas air. Namun, dalam kondisi terik panas apalagi bagi kaum urban, 8 gelas per hari tidaklah cukup.

Kesalahan dalam pemahaman berbuka dengan yang manis adalah menggeneralisasi bahwa semua yang manis itu aman bagi kesehatan.

Anda juga perlu mengatur ritme asupan air saat berpuasa. Misalnya mencicil meminum 4-5 gelas air dari sejak buka sampai hendak akan tidur. Barulah kemudian mencicil lagi minum 4-5 gelas di saat sebelum sahur hingga waktu imsak tiba. Dengan begitu, kita tidak akan merasa kekurangan cairan yang mengakibatkan kurang fokus dan mudah lelah. 

Sangat tidak dianjurkan juga untuk makan secara berlebihan. Apalagi saat berbuka puasa ada kecenderungan apa saja bisa langsung dilahap dan dihabiskan secara bersamaan. Padahal kebiasaan tersebut adalah kebiasaan buruk yang memicu obesitas. Pasalnya Anda juga harus mengatur waktu, jarak antara makan saat berbuka dengan waktu tidur. 

Menjaga jarak antara makan malam dengan tidur malam sangat penting untuk mengistirahatkan pencernaan selama tidur malam. Jika jarak terlalu dekat antara berbuka dengan waktu tidur, justru yang ada pencernaan akan dipaksa bekerja keras disaat tubuh sedang istirahat. Efeknya tidak baik bagi kesehatan dan akan memicu berbagai timbulnya penyakit.

Jadi, sesat pikir tentang berbukalah dengan yang manis tidak mengacu pada semua makanan yang manis. Puasa justru bermanfaat bagi kesehatan. Tapi, jika kebiasaannya tidak diubah, manfaat puasa tidak akan dirasakan dengan baik oleh tubuh. Wallahu'alam.

Sumber Alodokter, Hellosehat, Tirto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun