Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

4 Langkah Mudah Kurangi Kantong Plastik di Bulan Ramadan

10 Mei 2019   09:54 Diperbarui: 10 Mei 2019   10:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurangi Kantong Plastik / dok.pribadi

Mungkin Anda adalah satu diantara jutaan orang lain yang pernah menonton seekor penyu yang sedang diselamatkan dengan cara yang membuat hati ini tersayat-sayat. Video tersebut memperlihatkan seseorang yang tengah mengeluarkan sedotan plastik dari hidung seekor penyu di lautan.

Di dalam hidung penyu tersebut terdapat sebuah sedotan plastik yang cukup panjang untuk ukuran seekor penyu. Apalagi sedotan tersebut menusuk di hidungnya. 

Entah berapa lama sedotan tersebut ada di dalam hidungnya. Dan entah bagaimana pula penyu tersebut bisa tetap bertahan dengan sedotan di dalam hidungnya.

Kondisi tersebut yang membuat banyak orang, mulai peduli diet kantong plastik. Mengurangi kantong plastik memang membutuhkan kesadaran individu. Harus diakui bahwa upaya diet kantong plastik masih kurang terasa gaungnya, meski kini sudah cukup banyak gerakan-gerakan mengurangi kantong plastik yang timbul tenggelam.

 

Seekor penyu yang hidungnya terdapat sedotan plastik / tangkapan layar dari Youtube.com
Seekor penyu yang hidungnya terdapat sedotan plastik / tangkapan layar dari Youtube.com

Upaya-upaya untuk mengurangi kantong plastik tersebut tetap harus kita apresiasi sembari memulai untuk mengurangi kantong plastik dari diri sendiri. Apalagi saat ini pemerintah sudah memberlakukan kembali peraturan tentang biaya penggunaan kantong plastik di swalayan atau mini market.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik? Momen Ramadan kali ini menjadi momen yang tepat untuk diet kantong plastik.

Gunakan Kantong Belanja

Buat emak-emak pasti paham deh. Bayar kantong plastik 200 perak jika dilakukan setiap minggu pasti akan terasa juga. Itulah sebabnya istri saya kerap kali mengingatkan untuk membawa kantong belanja khusus. 

Kantong belanja biasanya berbahan ringan, awet dan mudah dilipat. Hanya saja memang kadang-kadang kita perlu menyiapkan kantong cadangan saat belanjaan melebihi kapasitas kantong belanja.

kantong belanja ramah lingkungan / tribunnews.com
kantong belanja ramah lingkungan / tribunnews.com

Cara ini memang terlihat sederhana dan sepele sekali. Tapi, bayangkan jika dilakukan oleh banyak ibu rumah tangga. Mungkin bisa mengurangi penggunaan kantong plastik yang katanya sudah mencapai 1 juta penggunaan kantong plastik per menit di Indonesia. 

Gunakan Wadah Sendiri

Ini salah satu kebiasaan anak saya ketika membawa bekal ke sekolah. Anak saya suka membeli roti siap saji. Untuk mengurangi sampah plastik di sekolah, roti tersebut memang sengaja dikeluarkan dari plastiknya dan ditempatkan di wadah yang sudah disiapkan dari rumah.

Kebiasaan seperti ini juga pernah saya jalani saat masih jadi guru. Membawa bekal nasi dan tinggal membeli lauknya di warung. Supaya tidak perlu menggunakan kemasan plastik dan kantung plastik, saya langsung menyodorkan tempat makannya ke pelayan. Kemudian tinggal memasukkan lauk-lauk yang saya mau.

Kurangi penggunaan styrofoam/dok.tribunnews.com
Kurangi penggunaan styrofoam/dok.tribunnews.com

Bukan hanya diet kantong plastik. Ketika mencari sarapan saat weekend pun saya membiasakan membawa wadah makan sendiri. Istri dan anak saya sangat suka sekali bubur. Nah, biasanya tukang bubur sudah menyediakan styrofoam. Alih-alih menggunakan styrofoam, saya lebih memilih membawa wadah sendiri.

Ternyata bukan hanya saya saja lho yang punya kebiasaan membawa wadah sendiri saat membeli bubur. Meski begitu, jumlahnya masih bisa dihitung jari. Mungkin alasan praktis dan malas menyiapkan, akhirnya mereka tetap mengandalkan styrofoam saat membeli bubur.

Mungkin bisa juga dibuat peraturan untuk mengurangi wadah styrofoam. Misalnya satu pedagang hanya dibatasi menggunakan beberapa puluh saja per hari. Lambat-laun bisa dihilangkan sama sekali sembari diberikan sosialisasi.

Kurangi Sedotan Plastik

Ternyata ada yang salah kaprah dengan mengurangi sedotan dan menggantinya dengan sedotan stainless. Dari artikel yang pernah saya baca di Kompasiana bahwa proses pembuatan stainless straw atau sedotan berbahan stainless ini lebih polutif dibandingkan sedotan plastik itu sendiri.

Sedotan dari bambu / dok.tribunnews.com
Sedotan dari bambu / dok.tribunnews.com

Nah, salah satu alternatifnya adalah menggunakan sedotan berbahan bambu dan kertas. Kedua bahan ini jelas lebih ramah lingkungan dan mudah untuk didaur ulang.   

Pilah dan Olah Sampah Plastik

Selain diet plastik, salah satu yang juga tak kalah penting adalah memilah sampah. Apalagi bisa mengolah sampah plastik menjadi barang yang memiliki nila daya jual. 

Beruntung saya pernah melihat langsung komunitas Pengelola Sampah, Rukun Santoso, Karanglo Polanharjo  di Klaten, Jawa Tengah saat mengikuti acara bersama Danone. 

Tas-tas cantik dari sampah plastik / dok. Danone
Tas-tas cantik dari sampah plastik / dok. Danone

Komunitas di Polanharjo ini bukan hanya bisa memberikan value terhadap sampah kantong plastik tapi juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan warga. Ibu-ibu yang sudah selesai beres-beres rumah, bisa mengolah sampah menjadi kerajinan tangan hingga tas-tas cantik dan bernilai tinggi.

Tas-tas cantik ini secara sekilas sama seperti tas pada umumnya. Namun, jika lebih seksama lagi, tas-tas ini merupakan hasil kreasi ibu-ibu dan komunitas pengelolaan sampah di Polanharjo, Klaten.

Komunitas seperti inilah yang kita butuhkan dan kita tularkan ke daerah-daerah lainnya. Agar tujuan pemerintah program pengurangan sampah hingga 30 persen, zero waste bisa terwujud di tahun 2025. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun