Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

5 Kegagalan Prabowo Menguasai Debat Capres Putaran Kedua

26 Februari 2019   00:26 Diperbarui: 26 Februari 2019   02:54 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat penampilan Prabowo dalam debat capres putaran kedua tidak terlalu mengejutkan bagi saya. Karena gagasan Prabowo tak jauh berbeda dengan gagasan 4 tahun sebelumnya.

Gaya bicara Prabowo yang normatif dan bersifat retoris masih sama seperti 2014 silam. Apalagi saat gelagapan ketika ditanya infrastruktur unicorn. Persis situasinya hampir sama ketika Prabowo kebingungan ditanya soal TPID.\

Baca BPN Laporkan Jokowi Ibarat Membuka "Borok Prabowo"

1. Pemaparan rencana tanpa data

Dalam debat putaran kedua, Prabowo tidak bisa memanfaatkan dengan maksimal tema Energi, Pangan, Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam, dan Infrastruktur. Bahkan pada saat segmen pertama di awal debat, Prabowo tak menyinggung sama sekali tentang rencananya dalam bidang lingkungan hidup.

Padahal isu ini adalah isu yang sangat seksi dan bisa menjadi salah satu peluru. Sebaliknya, Jokowi jutsu memaparkan dengan baik, secara runut, dan semua diulan satu persatu mulai dari energi hingga lingkungan hidup.

Dalam bidang lingkungan hidup, Jokowi sempat menyinggung berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik di sungai maupun di laut serta mengurangi kebakaran hutan di berbagai daerah.

dok.pribadi
dok.pribadi
Kealpaan ini jelas menjadi kerugian bagi Prabowo karena rakyat tidak tahu apa program Prabowo dan Sandiaga Uno dalam bidang lingkungan hidup di segmen pertama yang menjadi pembuka.

2. Prabowo miskin gagasan

Dari pemaparannya, Prabowo sangat miskin ide. Bahkan dengan gagasan memisahkan antara menteri kehutanan dan menteri lingkungan hidup menjadi blunder lagi bagi Prabowo. 

Sepertinya Prabowo baru saja memutuskan di atas panggung untuk memisahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ini bukti bahwa Prabowo grusa grusu tanpa memikirkan dampaknya dalam jangka panjang. 

Ide-ide yang ditawarkan oleh Prabowo malahan sudah dijalankan oleh Jokowi. Lantas buat apa lagi Prabowo susah-susah memikirkan ide "lama" yang sudah dikerjakan oleh petahana?

Contoh konkret adalah rencana Prabowo membangun BUMN khusus menangani perikanan dan kelautan yang sudah dilakukan Jokowi dengan membangun Perindo dan Perinus. 

Keduanya merupakan BUMN di sektor perikanan yang membantu membeli ikan-ikan langsung dari rakyat.

Berita tentang ikan yang harus diketahui Prabowo juga adalah bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) lewat ibu Susi sudah menyalurkan bantuan bagi nelayan dan para pelaku usaha perikanan.

Program tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit perbankan dengan nilai hingga Rp 5,3 triliun yang diserap hingga lebih dari 82 ribu debitur secara nasional. Artinya, gagasan Prabowo dimentahkan lagi karena wujud BUMN sudah jadi bahkan sudah membantu meningkatkan taraf hidup para nelayan.

3. Penegakan hukum terhadap perusak lingkungan

Prabowo menuding bahwa pemerintah tidak serius melakukan penegakan hukum terhadap perusahaan perusak lingkungan.

Tudingan ini langsung dijawab oleh Jokowi bahwa ia tak segan menindak siapapun yang merusak lingkungan tanpa pandang bulu.

Saat ini bahkan pemerintah sudah memberikan sanksi kepada 11 perusahaan yang melakukan pembalakan liar sampai dengan pembakaran hutan. Angkanya pun disebut oleh Jokowi. Sanksi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada para pelanggar tersebut mencapai Rp 18,3 triliun. 

4. Impor pangan

Soal tudingan impor pangan pun sudah dijawab oleh Jokowi dengan amat strategis. Untuk memenuhi dan menjaga pasokan ketersediaan pangan pemerintah terpaksa harus membuka keran impor beras.

Pandangan ini dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas harga pangan di pasaran. Bagi kalangan terdidik, pesan ini sebetulnya sudah cukup jelas. Karena hingga saat kebutuhan masih jauh lebih besar daripada ketersediaan. 

5. Bumerang mempersoalkan bagi-bagi sertifikat gratis

Mempersoalkan bagi-bagi sertifikat tanah gratis, justru jadi smash balik yang keras buat Prabowo. Tak tanggung-tanggung, rakyat langsung heboh dengan kepemilikan lahan HGU Prabowo hingga mencapai 340 ribu hektar di Kalimantan Timur dan Aceh Tengah.

Serangan balik Jokowi tentang tanah ini menjadi serangan yang amat telak. Karena pada akhirnya rakyat justru meminta tanah yang luasnya 5 kali luas DKI Jakarta dikembalikan kepada negara. Menyusul beberapa pengusaha lain termasuk orang-orang dalam lingkaran Ring 1 sekalipun.

Kegagalan kedua Prabowo dalam debat capres kali ini memang amat terasa sekali. Pasalnya media sosial langsung menggema soal lahan dan unicorn yang menutupi tema-tema lain yang sudah dibahas.

Apapun hasilnya memang Prabowo masih punya kesempatan satu kali lagi 17 Maret 2019 mendatang. Semoga Prabowo bisa memberikan perlawanan yang seimbang karena rakyat butuh ide dan gagasan baru bukan seperti memutar kaset lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun