Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Saatnya Bukalapak Bebenah

16 Februari 2019   11:09 Diperbarui: 16 Februari 2019   11:50 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zaky dan Jokowi / Foto Tribun

Saya merasa kasihan juga dengan "drama" yang terjadi pada Bukalapak. Itu juga yang membuat kita terpolarisasi lagi dengan tagar #uninstallbukalapak. Tagar ini dijadikan bahan pertarungan bagi cebong army dan kampret army di sosial media.

Satu sisi bahwa Achmad Zaky melakukan blunder memang benar. Pemilihan diksi yang kurang tepat bagi seorang CEO, justru bisa membuat heboh jagat maya.

Namun demikian, saya melihat bahwa ada upaya Achmad Zaky untuk memperbaiki dan meluruskan apa yang sudah dicuitkannya. Terlepas dari pro dan kontra, sebagai warga Indonesia tentu saya amat bangga dengan hadirnya Bukalapak. 

Tidak mudah bertarung dalam dunia digital, beberapa bertarung sampah berdarah-darah hingga akhirnya tutup.

Sebaliknya, kondisi ini juga semestinya dimanfaatkan oleh Bukalapak untuk membenahi internalnya. Caranya dengan merekam semua keluhan yang ada dan dicari solusinya. Saya yakin anak-anak product Bukalapak bukan anak kemarin sore apalagi menutup mata dengan inovasi yang dilakukan oleh kompetitor.

Konsumen yang menumpahkan kemarahannya gara-gara tagar #uninstallbukalapak mungkin saja tidak jujur dalam berkomentar, tapi justru data-data tersebut bisa menjadi masukan untuk mengembangkan produk Bukalapak ke depan.

Jujur saya sendiri sempat terseret dalam banner lucu-lucuan "LupaBapak" yang kemudian saya unggah di akun Facebook saya. Tapi, lambat laun justru tagar #uninstallbukalapak sudah tidak lucu lagi. 

Pasalnya mereka membuat rating aplikasi Bukalapak di Playstore menjadi berbanding terbalik dengan sebelumnya. Jadi, saya rasa kekecewaan terhadap cuitan bos Bukalapak cukup hanya sampai unggahan tagar saja, dan tidak lebih dari itu.

Apapun yang terjadi memang itulah konsekuensi yang harus diterima oleh Achmad Zaky dan Bukalapak.

Bagi saya krisis yang terjadi karena kesalahan diksi seperti ini bisa jadi pelajaran bagi para CEO startup untuk berhati-hati ketika menyimpulkan data apalagi dikaitkan dengan pemerintah. Cuitan Zaky mungkin akan ditanggapi berbeda jika diunggah pada tahun yang sama, 2016. Seperti data R&D yang dikutipnya.

Ibarat kata, cuitan Zaky yang salah waktu saja. Padahal jika cuitan itu dilakukan beberapa tahun sebelumnya mungkin akan ditanggapi berbeda bahkan malah tidak akan ada respon sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun