Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Si Penjaga Sungai Pusur

9 November 2018   18:55 Diperbarui: 10 November 2018   18:14 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
River Tubing di Sungai Pusur Klaten / dok.pribadi

Sejarah mencatat bahwa beberapa ibu kota berdiri tidak jauh dari sumber air seperti sungai dan lautan. Tak terkecuali beberapa kerajaan di Pulau Jawa yang berdekatan dengan sumber air, sungai-sungai yang mengalir jernih dari pegunungan.

Air juga kerap menjadi salah satu sumber yang dijadikan alasan untuk berperang. Air menjadi sumber penghidupan dan menjadi sumber vital bagi sebuah kerajaan.

Itulah sebabnya kata DR. Ir. Nana Mulyana Arifjaya, Pakar Hidrologi dari IPB, air juga membentuk karakter orang. Mereka yang hidup dekat dengan sumber air cenderung memiliki sikap toleran dan damai. Sebaliknya, mereka yang sulit mendapatkan air kerap mengedepankan watak yang keras.

Aris sedang memberikan briefing sebelum turun ke Sungai / dok.pribadi
Aris sedang memberikan briefing sebelum turun ke Sungai / dok.pribadi
Itulah yang tercermin pada kondisi Timur Tengah saat ini. Tak pernah layu dengan peperangan. Meskipun dengan alasan yang berbeda selain memperebutkan air kehidupan yang lainnya.

Jika dulu raja dan rakyatnya bisa berperang demi memperebutkan air, kini justru sebaliknya. Warga justru harus berperang dengan dirinya sendiri.

Mereka yang tinggal di dekat aliran sungai tak lantas hidup makmur dan sejahtera. Ironisnya, air menjadi sumber dari malapetaka dan wabah yang melanda. Salah satunya yang pernah terjadi di Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.

Infografis River Tubing Pusur Adventure / dok.pribadi
Infografis River Tubing Pusur Adventure / dok.pribadi
Desa ini tak ubahnya seperti kampung halaman saya dulu di Prajekan, Jawa Timur. Masih banyak hamparan sawah yang menghijau dengan rumah-rumah tradisional. Sebagian masih beralaskan papan dan bilik-bilik bambu, tetapi sudah cukup didominasi dengan bangunan-bangunan modern nan permanen. 

Corak dan ciri khas rumah Jawanya tetap dipertahankan. Hal tersebut terlihat dari atap yang bisa dijangkau tangan dengan teras yang lapang. Di beberapa rumah masih ada yang menaruh bale-bale sebagai tempat bersantai. Di samping kanan dan kirinya beberapa tanaman tumbuh mempercantik rumah-rumah mungil khas di desa.

Lingkungan pedesaannya pun cukup bersih. Ingatan saya menerawang jauh saat pernah tinggal di Yogyakarta. Kondisinya hampir serupa. Biasanya mbah-mbah dengan punggung yang sudah membungkuk sekalipun masih tetap rajin membersihkan halaman rumah hingga ke sudut-sudut jalan tetangganya. Hebatnya lagi, hal itu mereka jadikan rutinitas yang tak pernah dilewatkan setiap pagi sehingga saya bisa menyapa mereka dan bercengkrama meski hanya sesaat.

Aris membantu para peserta DBA2 mengenakan helm dan safety jacket / dok.pribadi
Aris membantu para peserta DBA2 mengenakan helm dan safety jacket / dok.pribadi
Aliran sungai Pusur, Klaten bukan hanya menjadi sumber air minum tapi juga tempat cuci kakus sehingga warga dengan sangat mudah terserang penyakit. Salah satu yang melanda warga kecamatan Polanharjo adalah wabah demam berdarah medio 2015. Bahkan tahun tersebut menjadi wabah terburuk jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dikutip dari Solopos (3/10/2015).

Kondisi tersebut membuat sosok seperti Aris Wardoyo, pemuda yang mulai sadar bahwa ia harus berbuat sesuatu dengan desanya jika tak ingin terus menerus dalam kondisi yang sama.

Aris mulai mengajak pemuda lainnya untuk ikut membersihkan aliran sungai Pusur yang tercemar dengan sampah dan limbah rumah tangga. Padahal aliran sungai dari mata air Cokro ini sejatinya merupakan air bersih. Bahkan aliran Sungai Pusur tidak jauh dari beberapa tempat wisata mata air di Klaten seperti Umbul Wedi, Umbul Putri, Umbul Waru, dan Umbul Karet.

Perasaan suka cita meliputi seluruh peserta / dok.pribadi
Perasaan suka cita meliputi seluruh peserta / dok.pribadi
Kisah ini bermula saat Aris memiliki kebiasaan unik bersama warga lainnya. Ia gemar bermain di aliran sungai terutama saat debit air naik. Mereka menyebut permainan itu dengan ban-banan.

Dengan menggunakan ban dalam bekas kendaraan, kemudian mereka terombang-ambing mengikuti arus yang deras. Kebiasaan inilah yang akhirnya diubah oleh Aris sambil membersihkan sampah sambil menyusuri sungai Pusur.

Awalnya pria dengan kacamata tebal dianggap gila. Idenya membersihkan sungai sempat dicemooh oleh warga. Menurut warga, ide tersebut hanya akan berakhir sia-sia. Toh, saat itu warga memang tetap menjadikan sungai pusur sebagai tempat sampah.

Aris bergeming, ia tetap melanjutkan kegiatannya bersama anak-anak muda lainnya. Lambat laun ternyata Sungai Pusur menjadi tempat kegiatan menarik bagi warga lainnya.

Aris merangkul anak-anak muda karang taruna Desa untuk ikut serta turun tangan membersihkan Sungai Pusur sambil melestarikan permainan mereka sejak masih kanak-kanak.

Hanya dengan bermodalkan ban bekas, Aris bersama pemuda lainnya menyusuri sungai sambil membawa kantong untuk mengambil sampah-sampah yang ikut hanyut atau tersangkut dahan-dahan pohon di pinggir aliran sungai. Kegiatan itu hampir setiap minggu dilakukan.

Peserta River Tubing Adventure sudah siap turun sungai / dok.pribadi
Peserta River Tubing Adventure sudah siap turun sungai / dok.pribadi
Kondisinya yang semakin bersih membuat banyak anak muda tak enggan lagi untuk bermain di sungai. Tua muda kini berkumpul di Sungai yang menyatukan mereka semua.


Menyusuri Sungai Pusur dengan menggunakan ban besar seukuran ban truk memang sangat menyenangkan. Di beberapa bagian ada arus yang deras dan ada arus yang tenang. Secara keseluruhan arus Sungai Pusur cukup aman. Tetapi ada beberapa titik yang membuat kami harus berjalan.

Di antaranya seperti celah yang amat curam dan sempit sehingga khawatir wisatawan bisa terjerembab dalam pusaran arus. Sebaliknya ada juga aliran yang landai sehingga ban pun sempat nyangkut. 

Kegiatan Aris tersebut kebetulan sekali sejalan dengan Program Kali Bersih (PROKASIH) yang merupakan salah satu CSR Aqua Danone di Klaten, Jawa Tengah. Program tersebut dilakukan dengan membangun beberapa toilet umum untuk warga. Selain itu juga penyediaan septic tank agar warga bisa membuang limbahnya tanpa harus mengotori sungai, seperti tutur Ronny, PR Danone Aqua.

Meskipun saat itu sudah ada beberapa warga yang membangun toilet, namun pembuangannya masih dialirkan ke Sungai Pusur. Tak ubahnya hanya menggeser tempat buang hajat namun tetap mengalir ke muara yang sama.

Pos pertama peserta langsung merasakan derasnya bendungan Sungai Pusur / dok.pribadi
Pos pertama peserta langsung merasakan derasnya bendungan Sungai Pusur / dok.pribadi
Kegiatan susur sungai dengan menggunakan ban layaknya seorang yang sedang berarung jeram tak diduga ternyata semakin memikat warga sekitar, apalagi setelah Aris membagikan kegiatan ban-banannya itu ke sosial media.

Aris tak pernah menyangka jika banyak yang tertarik untuk ikut merasakan terombang-ambing di atas ban menyusuri aliran Sungai Pusur, Klaten. Postingan yang tidak disengaja tersebut kini menjadi berkah tersembunyi bagi warga sekitar aliran Sungai Pusur, Klaten.

Aliran Sungai Pusur memiliki dua karakter yang berbeda. Ada aliran yang deras dan ada aliran yang menantang. Jika ingin memacu adrenalin, kita bisa meloncat dari ketinggian 2 meter dengan menggunakan ban di pos yang dinamakan Palung.

Bahkan di pos ini Aris memberikan sayembara. Jika 51 persen lebih dari total peserta bisa terjun dengan menggunakan ban tanpa terjatuh, makan biaya river tubing otomatis digratiskan alias free.

Awalnya saya berpikir tantangan tersebut mudah saja. Tetapi, setelah merasakannya ternyata sangat sulit. Apalagi buat saya yang pertama kalinya merasakan river tubing yang cukup berbeda dengan rafting menggunakan perahu karet.  

Menguji adrenalin di Sungai Pusur / dok.pribadi
Menguji adrenalin di Sungai Pusur / dok.pribadi
Merespon permintaan yang semakin tidak terbendung, akhirnya Aris membentuk sebuah komunitas untuk memfasilitasi wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang tertarik untuk ban-banan atau river tubing Sungai Pusur, Klaten.

Awalnya Aris dan kawan-kawannya menggunakan fasilitas seadanya. Tetapi, lambat laun Aris berpikir bahwa kegiatan tersebut justru bisa jadi pemasukan bagi warga sekitar.

Akhirnya, Aris dan kawan-kawannya sepakat untuk tidak mengutip keuntungan terlebih dahulu. Semua keuntungan dari wisata river tubing Sungai Pusur diinvestasikan kembali untuk melengkapi peralatan seperti ban yang lebih besar dan lebih bagus, menambah kuantitas helm dan jaket pelampung bagi para wisatawan. 

"Semua pemuda yang menjadi pendamping river tubing adventure sampai saat ini tidak dibayar sepeserpun mas. Meskipun begitu, kami semua sudah punya pekerjaan masing-masing. Jadi kegiatan ini benar-benar murni dilakukan sebagai sampingan saja" tutur Aris. 

Aris pun berbagi tugas dengan semua pemuda desa. Semua bergiliran menjadi petugas mulai dari mengantarkan sampai membimbing para wisatawan merasakan derasnya aliran Sungai Pusur.

Menunggu giliran untuk menerjang arus / dok.pribadi
Menunggu giliran untuk menerjang arus / dok.pribadi
Dalam satu hari saat akhir pekan, Aris dan kawan-kawan bisa turun sungai lebih dari tiga kali. Satu kali rombongan wisatawan bisa membawa sampai dengan 20 orang. 

"Mas tahu enggak saya udah turun (ke sungai) berapa kali hari ini?" tanya salah satu guide kami yang memperkenalkan dirinya bernama Toni. Saya pun menjawabnya dengan menggelengkan kepala. "Untuk rombongan mas ini aja saya udah yang keempat kalinya" tutur Toni.

Warga pun dilibatkan dalam membangun desa wisata Polanharjo ini. Setelah selesai ber-tubing ria, wisatawan bisa menikmati sajian khas warga seperti makanan kecil olahan rumahan warga seperti tahu dan tempe mendoan dan sampai makanan berat.

Pos kedua menguji mental dan keterampilan / dok.pribadi
Pos kedua menguji mental dan keterampilan / dok.pribadi
Belum lagi ditambah dengan fasilitas sewa kamar mandi untuk wisatawan yang hendak mandi dan membersihkan diri. Aris sengaja belum membangun kamar mandi untuk memfasilitasi wisatawan yang ingin mandi setelah berarung jeram. Aris justru melihat ada manfaat lain yang bisa dirasakan masyarakat dengan menyewakan kamar mandinya.

Beberapa kamar mandi yang disewakan berbeda-beda letaknya. Ada yang di dalam rumah dan ada juga yang berada di luar rumah. Kondisi kamar mandinya memang sederhana tetapi sudah dibangun secara permanen dengan batako. Airnya sangat segar dan jernih. Mengalir seperti tak ada habis-habisnya.

Secara tidak sadar ternyata efek membersihkan kali Pusur sangat signifikan. Kini, warga benar-benar merasakan manfaat keberadaan sungai Pusur sebagai salah satu destinasi wisata wajib saat ke Klaten selain mengunjungi Sumber Mata Air, Umbul Ponggok, Klaten yang terkenal di sosial media dengan foto underwater-nya.

Pos terakhir berjejer mengikuti aliran arus / dok.pribadi
Pos terakhir berjejer mengikuti aliran arus / dok.pribadi
Upaya Aris berbuah manis. Bahkan Aris tak pernah menyangka jika kegiatan yang dirintisnya sejak 2016 ini bisa mengantarkannya menjadi salah satu pembicara nasional yang diundang oleh berbagai lembaga dan institusi pemerintah hingga ke pelosok daerah untuk berbagi kisah suksesnya membangun wisata sungai Pusur Polanharjo.

Sembari terus menerus memperbaiki dan menambah fasilitas river tubing Sungai Pusur, Aris juga dengan ringan tangan berbagi ilmu dan pengalaman ketika membangun desa wisata Sungai Pusur Polanharjo, Klaten.

Pengunjung yang ingin merasakan river tubing hanya dikenai biaya Rp 50 ribu perkepala. Fasilitas yang didapatkan mulai dari safety jacket, helm dan ban untuk menyusuri sungai Pusur sepanjang kurang lebih dua kilometer dalam waktu 120 menit. Di akhir perjalanan, wisatawan akan disuguhi dengan makanan hangat seperti gorengan dan juga minuman hangat teh manis.

Berfoto usai river tubing ria di Sungai Pusur / dok.pribadi
Berfoto usai river tubing ria di Sungai Pusur / dok.pribadi
Selain paket hemat tersebut, wisatawan juga bisa memilih paket makanan berat. Perbedaannya hanya dari sajian makanan ringan dan makanan berat saja. Untuk sajian makanan berat dihargai sebesar Rp 70 ribu per-kepala.  

Jika dihitung-hitung setiap bulan Aris dan komunitas Tubing Pusur Adventurenya bisa mengantongi omset sebesar Rp 6 juta. Namun, lagi-lagi itu semua digunakan untuk kas komunitas untuk melengkapi dan memperbaiki beberapa fasilitas untuk wisatawan.

Kini, dampak kebersihan sungai Pusur bukan hanya mengusir wabah demam berdarah yang menjadi momok menakutkan bagi warga selama bertahun-tahun. Sungai Pusur yang dulunya kotor dan menjadi tempat sampah bagi warga, kini lambat laut sudah mulai lebih baik. 

Sosok Aris yang mengubah wajah Sungai Pusur / dok.pribadi
Sosok Aris yang mengubah wajah Sungai Pusur / dok.pribadi
Warga sudah bisa menuai kebaikan Sungai Pusur berkat tekad dan perjuangan Aris dan kawan-kawannya mengubah mindset masyarakat. Sungai Pusur kini bisa dikembalikan lagi fungsinya sebagai sumber air bersih sekaligus tempat wisata yang menguntungkan bagi lingkungan.

Kisah Aris, si Penjaga Sungai Pusur kini abadi. Bukan lewat prasasti, tapi melalui manfaat yang dirasakan oleh warga Desa Wangen, Polanharjo yang hampir setiap hari tak henti-hentinya kedatangan wisatawan dari dalam dan luar negeri demi merasakan derasnya aliran Sungai Pusur dengan cara bertubing ria.

Popularitas River Tubing Kali Pusur tak lantas membuat kegiatan bersih-bersih surut. Justru Aris yang juga merupakan karyawan pabrik Aqua, tetap memiliki jadwal membersihkan Sungai Pusur setiap hari Jumat. Apalagi komunitas ini sekarang didukung penuh oleh CSR Aqua Klaten dan pemerintah daerah setempat yang sudah merasakan sendiri dampak ekonominya bagi masyarakat sekitar. Semoga kisah Aris ini bisa menjadi inspirasi bagi pemuda di desa lainnya di Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun