Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ketika Ramadan Tak Lagi Lengkap Tanpa Ayah dan Nenek

23 Mei 2018   22:11 Diperbarui: 23 Mei 2018   22:33 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Kumpul Keluarga (dok.pribadi)

Ketika bulan puasa tiba, salah satu yang paling saya ingat adalah acara berbuka puasa bersama dengan keluarga. Momen itulah yang bisa kami manfaatkan untuk saling bercengkerama dan bercerita satu sama lain setelah terpisah bertahun-tahun. Maklum saja, soalnya saya termasuk salah satu anggota keluarga yang jauh dari kampung halaman.

Setelah lulus SMP, saya sempat sekolah di Bandung, tapi tak selesai dan pindah ke Yogyakarta. Lulus dari SMA di Yogyakarta, saya melanjutkan kuliah di Jakarta sampai saat ini. Praktis, saya termasuk yang cukup lama jauh dari keluarga di Bandung.

Mendengar kata romantisme keluarga, saya jadi teringat kata-kata yang pernah diungkapkan oleh almarhum ayah saya. Beliau kerap kali meminta kami, anak-anaknya untuk makan dan kumpul bersama-sama ketika usia saya kira kira masih SMP.

"Ayah ingin ketika kalian nanti sudah dewasa, kalian bisa guyub rukun dan saling membantu satu sama lain. Ayah ingin kalian bisa berkumpul seperti ini (kumpul dan makan bersama) ketika ayah sudah tidak ada"

Kata-kata itulah yang masih terngiang-ngiang di telinga saya. April 2015 silam, ayah meninggalkan kami semua tanpa tanda, tanpa pesan. Semuanya sangat cepat berlalu.

Ayah ketika menggendong cucunya (dok.pribadi)
Ayah ketika menggendong cucunya (dok.pribadi)
Dua tahun kemudian, giliran nenek saya berpulang. Ada banyak kenangan manis saat nenek masih ada. Saya dan cucu-cucunya yang lain tak pernah memanggilnya nenek. Kami semua memanggilnya dengan sebutan "mamah".

Kecintaan mamah pada cucu-cucunya selalu diungkapkan dengan membagi-bagikan makanan. Begitupun ketika saya kedua anak saya pulang ke Bandung, nenek langsung mengadakan acara buka puasa bersama. Saya malah merasa tak enak dengan saudara sepupu yang lain. Kesannya mamah malah menunggu kedatangan saya baru mengadakan acara buka bersama.

Lebaran 2014 menjadi lebaran terakhir kami bersama ayah. Sedangkan lebaran 2017 menjadi lebaran terakhir kami dengan mamah. Semua seperti mimpi. Saya merasa seolah-olah keduanya masih ada di Bandung, menanti kedatangan saya tiap jelang Lebaran.

Bagi kami, anak dan cucunya tentu saja mereka adalah pahlawan yang curahan kecintaanya benar-benar kami rasakan. Meskipun ayah dan mamah tekesan galak dan judes pada orang lain, padahal mereka adalah orang-orang yang paling mencintai kami, paling setia menunggu kami datang untuk pulang dan bercengkrama bersama.

Ramadan dan Lebaran selanjutnya memang menjadi berbeda tanpa kehadiran mereka berdua. Serasa ada yang kurang. Dada saya masih terasa sesak jika mengingat mereka berdua. Karena mereka berdua yang selama ini begitu mencurahkan perhatiannya pada kami semua, anak dan cucunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun