Abdurrahman Wahid alias Gus Dur memang sangat dikenal sebagai salah satu tokoh yang vokal pada saat rezim Orde Baru. Namun, anehnya Presiden Soeharto beberapa kali malah mengundang Gus Dur ke kediamannya untuk berbuka puasa.
Selain kerap kali mendapatkan undangan dari kepala negara, Gus Dur juga kerap diundang sebagai juru dakwah yang materi-materinya tentang kebangsaan dan nusantara.
Suatu saat, Gus Dur diundang buka puasa bersama di Masjid Istiqlal bersama perwakilan duta besar negara-negara sahabat. Termasuk salah satunya dari Arab Saudi.
Namun, selain mengundang para duta besar, buka puasa bersama ini juga melibatkan masyarakat umum yang kerap kali buka puasa bersama.
Sore itu kebetulan suasana masjid sedang ramai. Apalagi ada acara buka puasa bersama kenegaraan mengundang tamu-tamu negara serta masyarakat umum.
Tempat khusus sudah disediakan untuk beberapa tamu negara termasuk para pejabat tinggi negara. Gus Dur duduk di antara para tamu undangan. Sedangkan masyarakat umum, disediakan tempat sedikit terpisah dengan tamu undangan.
Tapi, di sebuah sudut terjadi sedikit keributan. Pasalnya ada orang Madura yang tidak mau pindah tempat duduk. Padahal, tempat itu sudah disediakan untuk para duta besar. Apalagi tempat duduk yang ditempati adalah tempat untuk duta besar Arab Saudi.
Petugas akhirnya kelimpungan, bisa gawat kalau tamunya datang, tapi tempat duduknya sudah ditempati orang.
Panitia sebetuknya sudah mengerahkan cukup banyak orang untuk meminta dengan baik, agar orang Madura itu pindah tempat duduk. Tapi, dia bergeming dan bersikukuh bahwa di Rumah Tuhan, siapapun dan jabatan apapun kedudukannya sama. Jadi, ia berkesimpulan bebas duduk di mana saja.
Mendengar ribut-ribut seperti itu, akhirnya Gus Dur pun turun tangan. Dia lalu bertanya pada petugas yang sedang mengerubungi orang Madura tersebut tentang apa yang sedang terjadi.
Setelah paham, Gus Dur lalu mencoba membujuknya.