Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ingin Jadi Freelancer? Ini 5 Hal yang Harus Disiapkan

14 Februari 2018   09:59 Diperbarui: 28 Februari 2018   08:38 2328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels (dok.pribadi)

Meskipun awalnya mungkin istri saya malu, tapi lambat laun istri mulai menerima. Bahwa pekerjaan sebagai freelancer itu bisa dijalani asal memang dipersiapkan segala sesuatunya. 

Menurut saya persiapan mental sih yang paling utama. Menyiapkan mental keluarga mulai dari pasangan, anak sampai dengan mertua dan orang tua. Supaya mereka yakin bahwa apa yang saya lakukan sebetulnya tidak berbeda dengan pekerjaan yang saya lakukan sebelumnya sebagai content writer, hanya tempatnya saja yang berbeda. Toh kalau salary-nya lebih besar kan malah lebih enak kan?

2. Meminta Restu Orang Tua

Nah, ini juga penting. Agar orang tua tidak khawatir berlebihan. Bagaimanapun jangan sampai membuat orang tua terbebani pikirannya karena kita sudah tidak bekerja alias memilih menjadi freelancer. 

Yang utama tentu saja saya harus menjelaskan mengapa dan alasan saya memilih menjadi freelancer. Setelah itu memastikan bahwa semua akan baik baik saja seperti sedia kala. Jadi, orang tua tak perlu merasa khawatir dengan kondisi keluarga anaknya.

3. Menyiapkan Dana Cadangan 6 Bulan ke Depan

Setelah mendapatkan persetujuan dari pasangan dan restu dari orang tua. Tak kalah penting adalah menyiapkan dana carangan 6 bulan ke depan. Mungkin ini yang berat hahaha.

Jika pengeluaran sebulan kira-kira 3.5 jutaan. Artinya saya harus menyiapkan dana sekitar 21 jutaan untuk mengamankan dapur saya selama 6 bulan ke depan.

Jelas harus ada proteksi di awal. Jangan sampai saatnya anak butuh susu atau istri perlu kebutuhan lainnya, kita jadi tak berdaya gara-gara invoice belum cair hehehe.. balada freelancer memang begini. Selalu bergelut dengan invoice. Awal-awal mungkin kaget, tapi lama-lama enjoy aja kok. Asal kita punya perjanjian hitam di atas putih agar ada rasa aman bagi kedua belah pihak. 

4. Mulai "Jual Diri"

Bulan pertama saya sempat goyah juga sih sebetulnya. Sempat juga melamar ke beberapa perusahaan, khawatir jika penghasilan dari freelancer ini tidak mencukupi uang bulanan. Sempat juga meminta beberapa bantuan teman untuk mencarikan pekerjaan jika ada lowongan. Ketakutan ini saya rasa cukup beralasan, soalnya rasa khawatir itu menular hahaha... Jujur, istri masih ada rasa khawatir dengan pemasukan bulanan. Jadi ketularan deh hahaha.

Hamdalah...

Sebulan setelah resign, cicilan motor kebetulan baru lunas. Dan uang bonus dari kantor pun bisa saya bayarkan untuk menutupi semua utang termasuk menutup kartu kredit. Tapi, agak sedikit menyesal karena ternyata kalau mau ke luar negeri bayar ini itu jadi butuh kartu kredit juga hahaha... Godaannya emang gini kali yak kalau mau traveling ke luar negeri.

Tapi, ternyata Tuhan Maha Baik. Ada saja jalan untuk membuka pintu rezeki sampai sampai saya sempat menolak pinangan salah satu portal potensial di Indonesia yang meminta saya menjadi salah satu bagian dari tim mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun