Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ingin Jadi Freelancer? Ini 5 Hal yang Harus Disiapkan

14 Februari 2018   09:59 Diperbarui: 28 Februari 2018   08:38 2328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels (dok.pribadi)

Ketika November 2017 lalu saya memutuskan menjadi seorang freelancer, itu loh yang kerjanya bisa di mana aja ala generasi zaman now. Kantornya bisa pindah-pindah. Bisa di coworking space atau di kafe. 

Awalnya memang ada sedikit ketakutan ketika memutuskan untuk memilih menjadi seorang pekerja bebas tanpa naungan kantor apa pun dan terjebak dalam ruangan sempit.

"Gimana ya bayar listrik yang naik mulu...?"

"Gimana ya bayar internet...?"

"Kalau gak ada internet gak bisa Ngompasiana dong #eaaa"

Pikiran-pikiran itu sempat bergelantungan selama beberapa hari bahkan setelah seminggu saya resign. Tapi, alhamdulillah, setelah hampir genap 4 bulan menjadi seorang freelancer, justru saya mulai menikmatinya.

Saya bisa mengatur jadwal sendiri kapan harus mengejar deadline dan kapan bisa jalan-jalan. Apalagi Januari lalu berbarengan dengan hadiah jalan-jalan ke Macau sehingga saya tak perlu repot izin cuti ke kantor. Wong udah gak punya kantor hahahaha.

Nah, sebelum memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, saya banyak membaca beberapa sumber terutama dari beberapa freelancer dan blogger yang memutuskan bekerja secara independen. Kira-kira ini yang saya lakukan sebulan sebelum memutuskan untuk bekerja di rumah.

1. Membicarakan Pada Pasangan

Buat yang masih single tentu saya tahapan ini bisa di skip. Tapi buat yang sudah punya keluarga dan punya anak, tentu tidak mudah memutuskan untuk mencari nafkah dari project-project yang tak tentu. 

Awalnya istri saya pun berat menerima keputusan saya. Seberat rindu Milea pada Dilan hahaha. Bahkan di awal saya berhenti, istri seperti khawatir dan tak nyaman saya selalu berada di rumah

Sempat juga sih istri bingung ketika rekan kerjanya bertanya kenapa saya terlihat seperti tidak kerja. Soalnya hampir tiap pagi saya bisa mengantar istri ke kantor dan kadang bisa jemput pula sore harinya. Sebuah kemewahan yang tidak bisa saya lakukan saat saya masih ngantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun