Ketika November 2017 lalu saya memutuskan menjadi seorang freelancer, itu loh yang kerjanya bisa di mana aja ala generasi zaman now. Kantornya bisa pindah-pindah. Bisa di coworking space atau di kafe.Â
Awalnya memang ada sedikit ketakutan ketika memutuskan untuk memilih menjadi seorang pekerja bebas tanpa naungan kantor apa pun dan terjebak dalam ruangan sempit.
"Gimana ya bayar listrik yang naik mulu...?"
"Gimana ya bayar internet...?"
"Kalau gak ada internet gak bisa Ngompasiana dong #eaaa"
Pikiran-pikiran itu sempat bergelantungan selama beberapa hari bahkan setelah seminggu saya resign. Tapi, alhamdulillah, setelah hampir genap 4 bulan menjadi seorang freelancer, justru saya mulai menikmatinya.
Saya bisa mengatur jadwal sendiri kapan harus mengejar deadline dan kapan bisa jalan-jalan. Apalagi Januari lalu berbarengan dengan hadiah jalan-jalan ke Macau sehingga saya tak perlu repot izin cuti ke kantor. Wong udah gak punya kantor hahahaha.
Nah, sebelum memutuskan untuk menjadi seorang freelancer, saya banyak membaca beberapa sumber terutama dari beberapa freelancer dan blogger yang memutuskan bekerja secara independen. Kira-kira ini yang saya lakukan sebulan sebelum memutuskan untuk bekerja di rumah.
1. Membicarakan Pada Pasangan
Buat yang masih single tentu saya tahapan ini bisa di skip. Tapi buat yang sudah punya keluarga dan punya anak, tentu tidak mudah memutuskan untuk mencari nafkah dari project-project yang tak tentu.Â
Awalnya istri saya pun berat menerima keputusan saya. Seberat rindu Milea pada Dilan hahaha. Bahkan di awal saya berhenti, istri seperti khawatir dan tak nyaman saya selalu berada di rumah
Sempat juga sih istri bingung ketika rekan kerjanya bertanya kenapa saya terlihat seperti tidak kerja. Soalnya hampir tiap pagi saya bisa mengantar istri ke kantor dan kadang bisa jemput pula sore harinya. Sebuah kemewahan yang tidak bisa saya lakukan saat saya masih ngantor.