Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Macau, Negeri yang Menarik Dikunjungi untuk Pertama Kali ke Luar Negeri

4 Februari 2018   16:50 Diperbarui: 4 Februari 2018   16:58 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan-jalan ke Macau cuma seharian rasanya kurang banget. Soalnya tidak sedikit turis asal Indonesia yang sedang melancong ke Hong Kong tapi hanya singgah di Macau seharian saja. Saya saja yang selama tiga hari dua malam di Macau bersama dengan pemenang blog competition yang diselenggarakan oleh Macao Government Tourism Office (MGTO) dan Kompasiana, merasa masih belum cukup untuk mengeksplorasi semua tempat wisata instagenik di Macau.

Melanjutkan tulisan saya yang pertama, saya sudah terkesan saat pertama kali datang ke Macau.  Pembagian jalan bagi pejalan kaki dan kendaraan di Macau menurut saya memudahkan para pejalan kaki terutama turis yang baru pertama kali datang ke Macau. Semua trotoar di Macau terutama di jalan-jalan sempit diberikan pembatas yang jelas. Sehingga kami pun nyaman sekali untuk menyusuri beberapa sudut kota mencai hotel sambil geret-geret koper hahaha.

Nah ini turis jalan bukan pada tempatnya wkwkwk (dok.pibadi)
Nah ini turis jalan bukan pada tempatnya wkwkwk (dok.pibadi)
Beruntung setelah sampai di Hotel, kami pun istirahat selama kurang lebih 60 menit karena cuaca di Macau saat itu memang cukup bersahabat. Siang hari sedikit panas tapi pada malam hari cukup dingin. Akhirnya kami bisa tiba di hotel pada sore hari setelah keliling-keliling di beberapa Kasino-Kasino demi mendapatkan tiket untuk tumpangan gratis.

Iya, beberapa kasino memang memberikan fasilitas bus gratis ke beberapa tujuan. Namun, kita harus jeli karena ada beberapa kasino yang kini menetapkan aturan untuk mengambil tiket terlebih dahulu sebelum bisa menikmati fasilitas bus gratis.


Tapi, kalau dipikir-pikir menggunakan bus gratis itu gak efisien karena ngambil tiketnya sampai lantai dua wakakakakak. Jadi, daripada habis waktu mendingan bayar tiket aja buat ongkos bus. Rata-rata ongkos bus berkisar antara $3 MOP sampai dengan $10 MOP. Tapi, beberapa jalur ada yang punya tarif flat, jauh dekat cukup bayar $3.2 MOP saja. Lebih enak lagi kalau menggunakan kartu Octopus seperti di Hong Kong. Tinggal isi saldo dan tap jika ingin naik bus. 

Welcoming apple (dok.pri)
Welcoming apple (dok.pri)
Oh ya, saat tiba di hotel Best Western Macau (Hotel Sun Sun) kami mendapatkan welcoming apple. Hmm,,, karena saya sudah mulai lapar jadi saya mengambil satu buah untuk kemudian dimakan di dalam kamar. Lumayan buat ganjal perut sebelum jalan lagi.

Queen Bed tapi cuma sendirian,,, syedih (dok.pribadi)
Queen Bed tapi cuma sendirian,,, syedih (dok.pribadi)
Hotel yang kami tempati termasuk ramai juga dengan beberapa turis asal Tiongkok. Yah, gelagat mereka sudah ketahuan kok. Gak mau antre dan doyan serabat serobot saat masuk lift. Karena saya sudah sering baca tentang perilaku turis asal Tiongkok ini di beberapa negara termasuk di Eropa, jadi saya gak terlalu heran lah. Masa bodo aja, selama mereka gak ganggu gue, ya gue cuekin aja.  

View dari kamar hotel (dok.pribadi)
View dari kamar hotel (dok.pribadi)
Saya mendapatkan kamar dengan jendela city view. Langsung menghadap ke pemukiman penduduk. Yang paling enak sih bisa menghadap ke laut. Rasanya mungkin lebih syahdu kalau ngelamun malam-malam sendirian.

Fasilitas handphone yang bisa dibawa ke mana mana (dok.pribadi)
Fasilitas handphone yang bisa dibawa ke mana mana (dok.pribadi)
Nah, kalau nginep di hotel berbintang, enaknya ada fasilitas handphone seperti ini. Sudah gratis kuota internet, dan juga gratis telpon lokal dan interlokal (what bahasanya interlokal hahaha). Tapi, internetnya putus nyambung tiap 30 menit. Kalu buat hemat kuota sih oke nih. Hape ini pun jadi andalan buat kami bertiga tethering selama traveling. 

Sebetulnya saya sudah mengaktifkan paket roaming plus bonus kuota sebesar 2 GB menggunakan si merah. Kebetulan ada promo sehingga paket kuota bisa digunakan di Macau, Hong Kong dan juga Singapura. Nah, kebetulan pula tiga tempat itu memang bakal saya singgahi setelah dari Macau. Tapi, kalau mau beli SIM Card lokal juga bisa kok. Cuma harganya sepertinya lumayan yah. Di beberapa tempat saya baca kira-kira harganya sekitar $70 MOP dengan kuota 2GB. Jadi, sepertinya sama saja dengan mengaktifkan paket roaming dari Indonesia. Tapi, kadang-kadang kalau apes, paket roaming juga malah error saat tiba di tempat tujuan seperti salah satu peserta yang menggunakan si biru pas hahahaha.

Petunjuk jalan yang membantu turis fakir kuota seperti kami (dok.pribadi)
Petunjuk jalan yang membantu turis fakir kuota seperti kami (dok.pribadi)
Setelah mandi dan istirahat beberapa saat, kami lalu melanjutkan petualangan kami ke tempt selanjutnya. Tempat yang bakal kami kunjungi adalah sala satu kuil tertua di Macau, A Ma Temple di Macau. Kuil ini punya legenda yang berkaitan dengan Maritimo Museum di Macau. Apalagi posisinya hanya 10 langka dari A Ma Temple.

Sayangnya pada saat kami datang, Museum Maritimnya sudah tutup karena hanya beroperasi sampai pukul 17.00 saja. Oh ya, jika ingin mengunjungi beberapa Museum harus banyak cari informasi. Soalnya ada beberapa Museum yang tutup pada hari tertentu misalnya hari Senin atau hari Selasa. Mungkin ada alasan tertentu dibaliknya.

A Ma temple Macau (dok.pribadi)
A Ma temple Macau (dok.pribadi)
Nah, saat teman-teman yang lain mulau mengeksplorasi A Ma Temple, pandangan saja justru lebih tertarik pada beberapa gambar di depan A Ma Temple.

 

Mural di depan kuil (dok.pribadi)
Mural di depan kuil (dok.pribadi)
Saya kurang paham apa artinya, tapi saya menduga ini beberapa iklan layanan masyarakat yang dikemas dalam bentuk karikatur dan digambar dengan media dinding-dinding di sekitar A Ma Temple dan Museum Maritim Macau.

Iklan layanan masyarakat yang unik (dok.pribadi)
Iklan layanan masyarakat yang unik (dok.pribadi)
Saat kami datang kebetulan suasana pelataran di dapan kuil tidak terlalu ramai dengan pengunjung. Hanya ada beberapa orang saja berlalu lalang dan juga ada satu dua keluarga yang membawa serta anaknya untuk berjalan-jalan dan menikmati sore hari di sekitar A Ma Temple.

Setelah puas memotret akhirnya saya mencoba naik ke puncak A Ma Temple. Jalannya memang cukup mendaki. Tapi, tidak terlalu sulit kok untuk mencapai puncaknya. 

Kuil ini cukup unik juga karena penuh dengan lika liku jalan. Seperti berada di sebuah labirin dengan dinding batuan yang mata besar. Batu-batu seukuran rumah itu diukir dengan tulisan yang saya tak mengerti dengan warna merah mencolok. Kalau buat foto si instagrammable banget.


Setelah puas memotret beberapa sudut, kemudian saya mula mencari teman-teman lain. Iya, kenapa ya saya lebih suka ngeloyor sendiri daripada teman-teman lain yang suka jalan bareng. Nah, itu bedanya kalau orang introvertdan ekstrovertmenikmati perjalanan hahaha.

Eggtartnya endeus (dok.pribadi)
Eggtartnya endeus (dok.pribadi)
Nah, kebetulan tidak jauh dari A Ma Temple ada sebuah toko oleh-oleh. Salah satu yang perlu kamu coba adalah Egg Tart. Kebetulan saya sengaja cicip egg tart yang dijual di IKEA Alam Sutera demi membandingkan rasanya di negara aslinya hahaha. Ternyata emang betul, lebih enak egg tart di negara aslinya. Apalagi saat itu saya ditraktir oleh mas Christo hahaha. Satu kue ini dibandrol sekitar $10 MOP. Tapi setelah jalan-jalan ternyata ada yang lebih murah lagi, $8 MOP aja. Yah, tapi cuma beda $2 MOP sih apalah artinya hahaha.

Senado Square (dok.pribadi)
Senado Square (dok.pribadi)
Hari makin gelap dan kami meneruskan perjalanan menuju Senado Square. Rencana awal sebetulnya ingin langsung ke Gereja Tua atau Ruin's oo St. Paul. Tapi karena perut sudah kukuruyuk, akhirnya kami memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu.

Seharian jalan di Macau emang udah menguras tenaga. Apalagi saat tiba di Macau perut saya cuma terisi beberapa sendok makan nasi goreng Seafood. Oh ya, makanan di Macau itu emang mahal tapi ukurannya sebetulnya cukup untuk tiga porsi bahkan empat porsi. Jadi, bettersih kalau mau makan mendingan sharingaja sama teman kecuali solo traveling.

Nah, saya sempat membaca di TripAdvisor ada sebuah resto halal di dekat Senado Square. Ternyata arahnya malah ke arah Hotel tempat kami menginap.

Lou Lan Islam Restaurant Macau (dok.pribadi)
Lou Lan Islam Restaurant Macau (dok.pribadi)
Dengan batuan Google Maps dan sempat nyasar, ternyata resto ini nyempil. Tapi tidak terlalu sulit kok untuk dicari kecuali untuk pertama kali hahaha. Setelah masuk ternyata paramusajinya WNI. Pemiliknya warga lokal setempat dan kokinya juga warga lokal. Saat kami datang ada tamu lain yang juga sedang menikmati hidangan.

Setelah pilih-pilih makan karena masing-masing dari kami tidak suka beberapa makanan seperti kambing, ikan dan sapi. Jadi, menu yang kami pilih akhirnya jatuh pada udang dan cumi supaya bisa diterima semua pihak hahaha.

Udang dan cumi goreng dengan tumis sawi (dok.pribadi)
Udang dan cumi goreng dengan tumis sawi (dok.pribadi)
Porsi yang disajikan benar-benar porsi jumbo sehingga tak salah jika kami bisa menyantapnya berempat. Supaya hemat kami sudah bawa minum dari hotel dan membeli di jalan. Iya, saya termasuk yang bawa botol anak saya ke mana-mana saat di Macau. Selain buat ngirit sekaligus biar bisa inget sama anak, takut khilaf hahahaha.

Setelah makan, kami langsung kembali ke Gereja Tua. Itulah saat pertama kalinya melihat Ruin's of St Paul pertama kalinya. Suasana pada malam hari ternyata tak begitu sepi karena masih banyak beberapa wisatawan yang datang. Padahal saat itu sudah menunjukkan pukul 21.00 waktu setempat.

Setelah berfoto akhirnya kami semua pulang dan istirahat setelah seharian kelelahan. Nah, pas pulang ini saya nyasar hahahaha. Saya ambil jalan memutar dan malah balik lagi ke Gereja Tua bagian belakangnya. Duh!

***

Esok paginya kami sudah janjian ingin datang lebih awal. Alasannya supaya bisa mendapatkan foto a la travel blogger dan bisa dipasang di Instagram.

Suasana Senado pada pagi hari lebih sepi (dok.pribadi)
Suasana Senado pada pagi hari lebih sepi (dok.pribadi)
Suasana pagi ternyata cukup sepi. Subuh di Macau itu jam 06.00 pagi. Jadi saat keluar jam 05.00 itu termasuk masih dini hari. 

Senado Square saat pagi hari (dok.pribadi)
Senado Square saat pagi hari (dok.pribadi)
Aktivitas warga mulai terlihat sekitar pukul 07.00, lalu lalang orang menuju halte bus baru terasa ramai.

Pagi ternyata lebih cworded (dok.pribadi)
Pagi ternyata lebih cworded (dok.pribadi)
Ternyata tidak seperti yang kami duga, Gereja tua pada pagi hari jauh lebih ramai dari yang kami perkirakan. Jadi, gagal maning untuk mendapatkan foto kece di sini.

Benteng di belakang Gereja Tua (dok.pribadi)
Benteng di belakang Gereja Tua (dok.pribadi)
Nah di bagian atasnya terdapat sebuah benteng bernama Monte Forte (Fortaleza do Monte). Benteng ini pada masanya menjadi salah satu bangunan paling tertinggi di Macau. Dari benteng ini memang kami bisa melihat sekeliling Macau dengan sangat mudah. Di beberapa sudut masih terdapat beberapa meriam yang menjadi salah satu aksesoris Instagenik saat berkunjung ke sini. 

Monte Forte Macau (dok.pribadi)
Monte Forte Macau (dok.pribadi)
Nah, di bagian tengah benteng terdapat Museum of Macau. Hanya saja karena kami datang kepagian, Museum ini belum dibuka. Tapi, benteng ini ternyata menjadi tempat yang asyik untuk olahraga pada saat sore maupun pada saat pagi hari. Bahkan pada malam hari pun tempat ini dijadikan tempat berolahraga. Sudah ada beberapa lampu penerangan yang lumayan.

Museum Macau (dok.pribadi)
Museum Macau (dok.pribadi)
Setelah itu kami langsung menuju tempat instagramable lain, Macau Fisherman Whraf. 

Macau Fisherman Whraf (dok.pribadi)
Macau Fisherman Whraf (dok.pribadi)
Tidak seperti yang kami bayangkan. Ternyata tempatnya sepi hahaha. Mungkin karena kami datang pada siang hari. Di tempat ini sebetulnya ada replika seperti Colosseum di Roma, Italia. Hanya saja panas terik, jadi saya kurang bersemangat untuk mendapatkan foto-foto di sini.

Macau Fisherman Whraf (dok.pribadi)
Macau Fisherman Whraf (dok.pribadi)
Yap, beberapa bangunan di Macau itu emang instagenic. Parpaduan budaya timur dan barat sangat kentara dari beberapa bangunan yang ada. Jika ingin mencari beberapa bangunan kuno, salah satu tempat yang direkomendasikan adalah Taipa. 

Taipa (dok.pribadi)
Taipa (dok.pribadi)
Ternyata di Taipa itu lebih banyak tempat jajan juga hahaha. Sayang nih di sini tidak ada resto halal. Paling cuma bisa nyeruput "Koi" atau membeli es krim Turki.

Karena kami sudah ada jadwal untuk menikmati teh di Macau Tower, akhirnya perjalanan di lanjutkan kembali dengan menumpang bus kemudian berjalan kaki. Yap, ternyata bus yang kami tumpangi tidak berhenti dekat halte Macau Tower. Akhirnya lanjut jalan gan hahaha.

Macau Tower (dok.pribadi)
Macau Tower (dok.pribadi)
Kami cukup menikmati sensasi ngopi dan ngeteh di Cafe 360 derajat. Iya, Cafenya ini berputar terus sehingga kami bisa menikmati pemandangan Macau dari ketinggian 338 meter. Mungkin ini satu-satunya kemewahan yang bisa kami rasakan di Macau hahahaha.

Seskali kami pun menyaksikan beberapa wisatawan meloncat, mencoba bungee jumping tertinggi di dunia. Siap siap jantung copot deh, harganya mahal bro sektiar 7 jutaan sekali loncat. 

Tapi, di bagian lantai basement terdapat beberapa toko pernak pernik yang menyediakan beberapa merchandise lucu. Termasuk beberapa pernak-pernik dengan ikon Panda. 

Nah, kebetulan saat kami ke Macau Tower sedang ada persiapan event Gastronomy Macau, persis di depan pelataran Macau Tower.

Kebetulan bulan Oktober 2017 yang lalu, Macao baru saja dinobatkan sebagai "City of Gastronomy" dari UNESCO. Macao dianggap memiliki banyak tempat wisata kuliner yang sangat unik. Sepertinya ini tema pariwisata Macau tahun 2018 yang akan diangkat. 

***

Malam harinya kebetulan kami kangen dengan masakan Indonesia. Beruntung saat di Senado Square kami bertemu dengan TKI yang hendak lari di sekitar Gereja Tua. Lalu mereka merekomendasikan warung "Rasa Sayang" yang menyediakan makanan khas Indonesia. Tempatnya dekat sekali dengan Senado Square. Beruntung saat itu warungnya masih buka meski sudah pukul 21.00 malam.

Esok harinya sebelum berangkat ke Hong Kong, saya sempatnya berjalan kaki menuju Mosquita de Macau, masjid satu-satunya di Macau yang lokasinya ternyata tidak jauh dari Pelabuhan Macau. Di tenga perjalanan saya tertarik dengan beberapa bangunan pekuburan di Macau yang bak sebuah istana dengan pagar tinggi di pintu masuknya.

Kuburan di Macau (dok.pribadi)
Kuburan di Macau (dok.pribadi)
Sayangnya pagi itu gerbang masjid terkunci rapat dengan gembok. Meskipun warga lokal sudah menyarankan saya untuk masuk tapi saya kesulitan untuk bisa masuk ke dalam masjid. Jadi, saya hanya bisa mengabadikan bangunan masjid mungil di Macau dari luar pagar. 

Masjid di Macau (dok.pribadi)
Masjid di Macau (dok.pribadi)
Komunitas muslim di Macau diperkirakan sekitar 400 orang menurut beberapa sumber online yang saya baca. Jadi, masjid ini hanya ramai pada saat hari Jumat saja. Sedangkan saya mengunjunginya pada Kamis pagi.

Masjid di Macau (dok.pribadi)
Masjid di Macau (dok.pribadi)
Selama 3 hari dua malam  di Macau rasanya saja belum cukup. Masih banyak tempat wisata yang belum saya kunjungi. Negeri yang luasnya sekitar 115,3 km  persegi boleh menjadi role model bagi wisata Indonesia. Kunjungan turis asing ke Macau menurut data tradingeconomics.com itu ada sekitar 3 jutaan per-bulan. Dan 800 ribuan diantaranya merupakan wisatawan asal Indonesia.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, rasanya jauh lebih banyak potensi wisata di negeri ini. Tahun 2017 saja, target kunjungan wisatawan yang awalnya dipatok 15 juta wisatawan hanya tercapai kisaran 14 juta wisatawan per-tahun. Bandingkan dengan Macau yang dikunjungi wisatawan asing 2 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kunjungan wisatawan ke Indonesia. 

Ruin's of St. Paul Macau (dok.pribadi)
Ruin's of St. Paul Macau (dok.pribadi)
Pengalaman pertama saya ke luar negeri dengan mengunjungi Macau benar-benar pengalaman yang amat berharga. Apalagi setelah itu saya memperpanjang liburan saya ke Hong Kong dan Singapura sekaligus. Yah, sekali tepuk dua tiga pulau terlampaui gitu lah hehehe.

Akhir kata saya ingin mengucapkan terima kasih pada Macao Government Tourism Office (MGTO) dan Kompasiana.com yang sudah memberikan saya pengalaman pertama ke luar negeri yang tak akan terlupakan. Terima kasih juga buat Mas Christo yang sudah kami repotkan, mas Deddy Huang yang rela fotoin kami saat narsis dan mbak Dewi yang bikin perjalanan tiga orang pria tidak menjadi garing hahaha.

https://dzulfikaralala.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun