Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lulusan Pesantren Kini Bisa Bersaing Secara Global

24 November 2017   16:45 Diperbarui: 24 November 2017   17:11 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. Ahmad Zayadi, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kemenag RI (dok.pribadi)

Saat mengunjungi pameran pendidikan Islam Internasional di ICE BSD Serpong (21/11), saya tak pernah menyangka jika sebuah pondok pesantren memiliki beberapa insan-insan terkemuka dalam ilmu pengetahuan. Saat ini pesantren sangat berbeda dengan pesantren yang saya kenal pada zaman dulu.

Karikatur Santri (dok.pribadi)
Karikatur Santri (dok.pribadi)
Dulu, pesantren lebih dikenal sebagai tempat belajar kitab dan juga bahasa Arab. Begitupun, pesantren merupakan tempat belajar sekaligus menghafal Alquran. Pesantren adalah tempat untuk mencetak ulama ulama terkemuka yang bisa tampil untuk menyatukan seluruh umat Islam di Indonesia.

Namun, pesantren masa kini sudah sangat berbeda karena pendidikan agama di pesantren sudah disandingkan dengan pendidikan ilmu pengetahuan dalam hal ini adalah aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah harus dikuasai oleh para santri. Santri saat ini bukan hanya dikenal mahir membaca kitab gundul tetapi juga dituntut menguasai teknologi.

Prototipe dan medali siswa Al Irsyad Purwokerto
Prototipe dan medali siswa Al Irsyad Purwokerto
Santri zaman now bukan hanya pandai berorasi dengan menggunakan dua bahasa namun juga mampu menyampaikan buah pikiran melalui tulisan-tulisan kekinian sesuai zamannya di sosial media dengan cara yang sangat meneduhkan. Santri saat ini juga dituntut untuk mampu memberdayakan warga dan masyarakat sekitar dengan cara bercocok tanam. Gambaran tersebut sudah terbukti dilakukan salah satu pesantren di di Ciwidey. 

Itulah gambaran yang bisa saya lihat dalam waktu singkat dalam pameran yang digelar dari tanggal 21-24 November 2017 di ICE BSD, Serpong, Tangerang Selatan yang diresmikan oleh Wakil Presiden Yusuf Kalla dan dihadiri pula oleh Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin.

dok.pribadi
dok.pribadi
Pendidikan pesantren di tingkat pendidikan diniyah (Setara SD, SMP dan SMA) ternyata memiliki benang merah dengan pendidikan tinggi di tingkat Universitas Islam di beberapa daerah di Indonesia. Universitas Islam atau perguruan tinggi Islam di Indonesia kini tak kalah dengan perguruan tinggi umum atau Negeri lainnya.

Mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi Islam juga tak kalah dalam Persaingan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Contohnya saat saya berkunjung ke salah satu booth Universitas Islam Negeri Malang, mahasiswa dari jurusan informatika dan juga jurusan fisika mampu menunjukkan karya mereka sehingga menjadi salah satu solusi pendidikan di tingkat dunia ataupun perguruan tinggi.

prototipe pembangkit listrik (dok.pribadi)
prototipe pembangkit listrik (dok.pribadi)
Beberapa karya yang saya lihat seperti printer digital tiga dimensi yang bisa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan salah satunya adalah mencetak material untuk merakit sebuah robot. Begitu juga dengan alat unik yang mampu mendeteksi bahan-bahan yang terkandung dalam makanan hanya dengan mendeteksi uapnya saja. Jelas alat tersebut sebuah terobosan yang bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi bahan makanan untuk mengetahui sejauh makanan tersebut diolah dan tidak menggunakan bahan dan material yang tidak halal. 

Selain itu juga mereka sudah mampu mengembangkan teknologi aplikasi dengan metode pembelajaran menarik menggunakan buku atau poster yang bisa ditampilkan dalam bentuk animasi tiga dimensi dengan menggunakan smartphone.

Produk sayuran Pesantren AlIttifaq Ciwidey (dok.pribadi)
Produk sayuran Pesantren AlIttifaq Ciwidey (dok.pribadi)
Teknologi pembelajaran digital ini bukan hanya interaktif tapi juga merangsang anak-anak untuk bisa lebih tertarik belajar beberapa materi yang dikenal membosankan seperti materi Sejarah. Dengan adanya benang merah antara pendidikan Islam di pesantren dan perguruan tinggi sudah selayaknya membuat orang tua tak perlu khawatir lagi bahwa santri tidak bisa berkompetisi dalam bidang eksak dan ilmu pengetahuan umum. Santri saat ini sudah memiliki kemampuan dan pengetahuan lebih baik untuk persaingan global.

Printer tiga dimensi rakitan karya Mahasiswa UIN Malang (dok.pribadi)
Printer tiga dimensi rakitan karya Mahasiswa UIN Malang (dok.pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun